"Kepikiran aja, kalau kita kaya masalah hidup kita bakal lebih senang ya." - Tika
Kalimat dari tokoh Tika di atas mengandung ungkapan bahwa dengan menjadi kaya semua masalah dapat terselesaikan dan hidup akan menjadi lebih bahagia. Â
Tidak hanya Tika, tetapi anggota keluarga yang lain juga memimpikan untuk hidup berkecukupan. Hidup sebagai keluarga berkekurangan membuat segalanya menjadi sulit bagi mereka, belum lagi mereka harus mendapatkan perlakuan tidak adil dari lingkungan sekitar.
Peran Lukman Sardi sebagai Bapak sangat berpengaruh dalam film ini, ia sangat menekankan nilai dari hidup sederhana melalui nasihat dan rasa sayangnya pada anggota keluarga. Tetapi, keadaan pun berubah ketika Bapak meninggal dan keluarga tersebut mendadak menjadi kaya raya.
Bapak ternyata meninggalkan wasiat dan warisan yang berlimpah untuk semua anggota keluarga. Awalnya mereka tak percaya dan kebingungan, namun setelah itu mereka pun berfoya -- foya dengan uang warisan tersebut.
Ibu, Duta, Tika dan Dodi pun melakukan semua hal yang mereka inginkan, terutama hal yang tidak bisa mereka lakukan ketika mereka hidup susah. Mereka belanja banyak hal mulai dari makanan mahal, baju, sepatu, bahkan membeli rumah baru.
Di sini isu konsumerisme pun semakin ditonjolkan melalui adegan yang ditunjukan oleh beberapa tokoh. Konsumerisme adalah suatu paham di mana seorang atau kelompok melakukan proses pembelian atau pemakaian barang hasil produksi secara berlebihan, tidak sadar dan berkelanjut (Febriani & Dewi, 2019).
Ketika seseorang menjadikan hal konsumtif sebagai suatu gaya hidup, maka dapat dikatakan roang tersebut menganut konsumerisme. Begitu juga dengan keluarga jenaka tersebut, di mana setiap adegan dan dialog yang mereka tunjukkan semakin mengarah pada sikap konsumtif yang berlebihan.