Selama proses persidangan berlangsung, saya dilanda depresi. September 2010, surat keputusan pengadilan keluar. Kami resmi bercerai dan istri saya memenangkan hak asuh anak. Tak lama setelah perceraian, saya hidup di rumah orangtua. Dalam kesendirian, saya sering kepikiran untuk mengakhiri hidup. Saya memang punya materi karena orangtua yang kaya raya. Namun saya merasa kosong dan hidup seolah tiada guna. Itu membuat saya frustasi dan terus menerus menyalahkan Tuhan. Mengapa Ia izinkan semua ini terjadi? Saya juga merasa sepertinya tidak ada yang peduli dengan kesusahan dan kesedihan saya.
Setiap malam saya minum obat penenang dalam dosis tinggi. Bahkan beberapa kali saya mencoba bunuh diri lantaran tidak tahan dengan keadaan. Saya pikir kalau saya mati, semua orang, termasuk istri saya, tentu akan lebih tenang hidupnya. Saya mencoba gantung diri di pohon di halaman belakang rumah. Tapi anehnya saya selalu gagal.Â
Di suatu malam, saya benar-benar tak bisa tidur. Saya lantas menyalakan televisi, berharap dengan itu kantuk bisa datang. Saat itu saya memilih tontonan "Solusi". Ini adalah acara yang menayangkan kesaksian orang-orang yang mengalami "berbagai keajaiban TUhan". Bukan suatu kebetulan kalau tayangan yang saya tonton saat itu menceritakan sebuah rumah tangga yang hancur, lalu Tuhan pulihkan. Tapi dasarnya saya orang yang congkak dan bebal, bukannya tersentuh dan sadar diri. Saya malah merasa iri dan kecewa, mengapa keluarga lain Tuhan selamatkan, sementara keluarga saya tidak? Sungguh itu tidak adil!
Di akhir acara, sang presenter mengajak pemirsa untuk berdoa. Entah mengapa secara spontan saya menaruh tangan di dada dan mengikuti doa itu. Saat sedang berdoa, saya menangis sejadi-jadinya. Airmata saya meluncur deras tanpa mampu saya tahan. Ada perasaan sesal yang begitu menyesakkan. Entah apa yang menjamah saya, seketika itu saya seperti disadarkan dengan dosa-dosa yang saya perbuat selama ini. Termasuk kesalahan demi kesalahan yang saya perbuat terhadap istri. Saya pun bersujud, memohon belas kasih dan ampunan Tuhan. Saya menaruh harapan TUhan akan buka jalan. Saya pun jadi rutin mengikuti acara televisi itu. Saya seperti diberi kekuatan sekaligus pengharapan bahwa masalah saya pun akan ada solusinya suatu saat nanti.
Pertolongan itu akhirnya datang juga! Suatu hari teman kantor yang tahu permasalah yang menimpa saya, menawarkan saya untuk ikut HMCC, sebuah seminar kerohanian untuk para pria yang ingin hidupnya dipulihkan. Awalnya saya ragu, toh istri saya sudah tak mencintai saya lagi. Toh, saya dan istri sudah berpisah. Jadi buat apa? Tapi entah mengapa, akhirnya saya menyetujui ajakan itu. Di tengah perjalanan sempat terlintas pikiran jahat. Saya berniat akan menelanjangi perbuatan istri saya yang sudah selingkuh, dan saya adalah korban yang perlu mendapat simpati serta dukungan. Saya seolah ingin memberitahu semua orang bahwa yang bersalah adalah istri saya, dan bukan saya.
Tapi Tuhan berperkara lebih dulu dengan saya. Di sesi pertama, saya sudah mengalami jamahan Roh Kudus. Belas kasihanNya turun atas saya, sehingga saya pada akhirnya bersedia mengampuni istri saya. Bukan hanya itu, kasih saya terhadap istri seperti dikembalikan.
Setelah peristiwa pemulihan rohani dan luka batin itu, Tuhan membukakan pintu-pintu yang tertutup selama ini. Tertutup karena dosa dan keegoisan yang saya perlihara. Tapi semenjak saya membuka diri dan menerima kasih Tuhan, hidup saya seperti dibarui setiap hari. Ternyata tanpa saya ketahui, bukan hanya saya saja yang Tuhan lawat. Tetapi kehidupan istri saya pun mengalami pemulihan. Saya mengetahuinya setelah Tuhan mempertemukan kami kembali dengan caraNya yang ajaib.
Kami mulai menjalin komunikasi kembali. Â Selangkah demi selangkah kami berusaha memperbaiki hubungan yang selama ini telah retak. Memang tidak mudah. Kami melewati proses jatuh bangun yang acapkali menyakiti keakuan kami masing-masing. Tapi saya percaya, Tuhanlah yang akan menolong dan memampukan kami untuk merekatkan satu persatu serpihannya, hingga kami bisa disatukan kembali sebagai keluarga. TUhan akan membawa pernikahan kami kembali berjalan dalam rencanaNya yang indah. Mungkin bukan hari ini. Mungkin bukan sekarang. Tapi suatu hari nanti impian itu akan tergenapi di dalam waktu Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H