Mohon tunggu...
Ida Hutasoit
Ida Hutasoit Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Editor

Menulislah dengan hati. Menulislah karena cinta. Niscaya tulisanmu berguna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Putus Cinta = Baper? Gak Level!

24 Maret 2017   16:02 Diperbarui: 25 Maret 2017   18:00 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cobalah temukan, apakah kamu sudah membuat kompromi-kompromi atau bersikap di luar kepribadianmu demi menghindari tampil kurang sempurna dalam satu hubungan? Apakah kamu cenderung berkencan dengan seseorang yang kurang beriman atau bahkan tidak beriman sama sekali? Itu dia mungkin masalah besarnya! Berdoalah Tuhan mengubah keinginanmu di masa depan dan menolak untuk jatuh dalam dosa yang sama atau pola pikir yang salah. Tuhan selalu memberi kita kesempatan kedua, dan tidak pernah ada kata terlambat untuk mengubah kebiasaan atau pola buruk dalam kehidupan kencan masa lalumu.

Gambarkan seseorang yang kamu inginkan

Ini kedengarannya seperti kanak-kanak, tetapi serius, buatlah daftar! Ketika kamu bangkit dari putus cinta dan ingin memulai hubungan yang baru, hal ini akan sangat membantu kamu untuk mengindentifikasi kualitas-kualitas apa yang benar-benar penting buatmu. Cobalah untuk tidak terlalu fokus pada yang bersifat fisik. Dalam menemukan pasangan terbaik, konten atau karakter seharusnya lebih diutamakan. Contoh, apakah dia seorang yang rendah hati dan baik. Talenta apa yang ia punya? Bermusik, bernyanyi, dll. Taruhlah kriteria atau ciri-ciri yang kamu cari di nomor pertama, kedua dan ketiga pada daftarmu. Ketika kita benar-benar tahu apa yang kita cari dan inginkan, itu akan menghindarkan kita dari hubungan yang ‘kurang’ atau bahkan mengenal orang yang salah di masa depan.   

Fokus pada apa yang kamu sukai

Ketika kamu menderita dari hari ke hari melewati masa kelabu pasca perpisahan, nasihat terbaik adalah… keep busy! Apa kegiatan atau hobi yang kamu sukai, dimana mungkin selama ini kamu abaikan karena waktumu banyak habis untuk hubunganmu? Cobalah pertimbangkan untuk terlibat dalam pelayanan, atau ikut sebagai sukarelawan dalam acara amal bersama seorang teman, atau bergabung dengan tim doa di gereja. Hang out dengan teman-teman. Atau bahkan, manjakanlah sedikit diri sendiri selama masa sulit. Dikelilingi orang-orang yang berpikiran sama dan melakukan hal-hal yang kamu sukai adalah kunci untuk memulai pemulihan dan mengurangi kesempatanmu untuk larut dalam kesedihan dan menangis berkepanjangan karena meratapi nasib!

Jangan terburu-buru berkencan

Demi meringankan rasa sakit, kita mungkin tergoda untuk bergabung dengan komunitas atau grup pencarian jodoh. Ingat, ketika kisah cintamu yang berakhir tanpa terduga dan malam-malam dimana kamu sering menerima pesan-pesan cinta menghantui, jangan tergoda untuk meng-upload profilmu, mengirim pesan pada sang mantan, atau membuat keputusan berkencan lagi sampai kamu benar-benar siap! Alih-alih menutupi luka dari hubungan yang gagal, kita justru bisa jatuh ke pelukan yang salah. Ini bukan saja tidak adil untuk dirimu sendiri, tetapi juga orang baru yang berharap tentang kencan dan hubungan yang indah. Percayalah, sampai kita benar-benar sembuh dan berhasil mengatasi sakit hati serta emosi dari perpisahan, kita tidak akan pernah berhasil dalam hubungan yang berikut. Jadi, bersabarlah dalam proses dan nantikan waktu Tuhan dimana kita percaya bahwa Ia punya rencana yang lebih baik dan benar-benar akan menjawab doa-doa kita untuk hubungan yang lebih baik.

Andalkan Tuhan

Tidak bisa disangkali, hidup pasca putus dari pasangan adalah masa sulit. Namun, kita punya kekuatan ketika mengandalkan Tuhan. Memilih untuk menjalani hidup dalam kesabaran dan kepenuhan di dalam Kristus. Manfaatkan waktu-waktu kesendirian kita untuk belajar dan bertumbuh sebagai pribadi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun