Putus cinta kadang menimbulkan perasaan buruk dan situasi yang sulit. Entah sebagai orang yang memutuskan hubungan atau dicampakkan, akan ada penderitaan dan luka seiring harapan yang pupus, perasaan gagal dan sakit hati terkait perpisahan yang menyakitkan. Mungkin kita telah menghabiskan banyak waktu, uang, energi dan tahun untuk mencintai seseorang, tetapi malah berakhir dengan kata putus. Kabar baiknya, Tuhan benar-benar tahu dan punya rencana terhadap “rasa sakit” kita, dan akan membimbing kita untuk mendapat pasangan yang tepat jika kita mengizinkannya.
Kuncinya, belajarlah melihat segala yang peristiwa melalui mata Tuhan. Memahami bahwa Ia menginginkan yang terbaik buat kita, termasuk pasangan yang akan mencintai kita sepenuh hati dan menganggap bahwa memiliki kita adalah sebuah anugerah (ohhh so sweet….). Yup, putus cinta memang menyebalkan dan kita terluka untuk sementara waktu. Namun beberapa kebenaran ini kiranya bisa menolong meringankan rasa sakit yang kita alami dan mempercepat proses penyembuhannya!
Tuhan menyediakan seseorang yang jauh lebih baik
Apa pun alasan yang membuat kamu dan pasangan putus, itu artinya dia bukanlah orang yang tepat, dan Tuhan punya seorang yang lebih layak untukmu. Okay, kita memang anak-anak Tuhan yang berharga tetapi kita semua juga punya banyak kelemahan, dan karena itu kadang kita perlu melakukan satu atau dua kali putaran (baca: pencarian) untuk menemukan yang terbaik dariNya.
“Seseorang yang terbaik” versi dunia mungkin berarti menemukan pasangan yang lebih baik secara penampilan, keuangan, status sosial dan lainnya. Tapi yang terbaik bagi kita di dalam Tuhan berarti menemukan seseorang yang mengerti, mencintai, melindungi dan menghargai perasaan kita. Sesederhana itu. Jadi, jika bukan itu yang terjadi dalam hubunganmu, dan kamu memutuskan untuk berpisah, maka yakinlah bahwa Tuhan punya seseorang yang lebih baik untukmu.
Saat seseorang meninggalkanmu, itu pertanda bahwa dia tak sepenuhnya mencintai dan menghargai siapa kamu seutuhnya. Ini memang kebenaran yang menyakitkan, tapi apakah kamu benar-benar mau bersama seseorang yang tidak setia dan mencintai kamu 100 persen? Pikirkan itu baik-baik! Sayangnya, banyak orang yang menikah atau tinggal dalam satu hubungan demi alasan yang keliru. Ujung-ujungnya, hubungan berakhir dengan ketidakbahagiaan dan kepahitan. Menjadi seorang lajang memang ada tantangannya, tapi kalau kita beriman dan percaya bahwa Tuhan bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi yang mengasihiNya, kesendirian kita hanyalah bersifat sementara.
Fokus pada apa yang berharga
Ada jutaan pasangan potensial di luar sana. Apakah kita mau tinggal dalam kekurangan daripada memiliki hubungan yang luar biasa demi kenyamanan, rasa takut, kesepian atau ribuan alasan lain yang membuat orang tinggal dalam hubungan yang biasa-biasa saja? Tentu tidak! Tuhan melihat setiap kita sebagai anak-anakNya yang berharga. Ia menginginkan kehidupan yang melimpah, penuh kebaikan dan sukacita buat kita. Sewaktu kita mengalami sakit hati, sebenarnya itu bisa mambantu kita untuk fokus pada bagaimana Tuhan melihat dan memahami kita. Tuhan tidak peduli dengan uang kita di bank, ukuran baju, jumlah follower IG yang kita punya, atau kedinamisan kepribadian kita. Kita adalah sebagaimana Dia menciptakan kita, dan tidak ada hal yang lebih indah dibanding menemukan orang percaya lainnya melihat kita di dalam ‘cahaya’ ini.
Kita bisa membayangkan Tuhan berbisik, “Bukankah dia mengagumkan?” ketika kita merasa jatuh cinta pada orang yang tepat. Maka itu, bersabarlah menanti seseorang yang membuat jantungmu berdegup. Nantikanlah dia! Kita semua punya kesalahan, kelemahan dan kekurangan tetapi kita semua berproses menuju kesempurnaan. Camkan, setiap kita berhak mendapatkan pasangan yang menganggap menemukan diri kita adalah anugerah.
Analisa apa yang salah
Ini bukan berarti mengingatkan kita kembali pada setiap pertengkaran dan keputusan buruk yang kita jalani dalam hubungan sebelumnya, lalu kita menyesalinya dan merasa bersalah. Tetapi kita akan menemukan manfaat dari menganalisa kembali kesalahan yang mungkin kita lakukan, atau batas-batas apa yang sudah kita langgar, atau perilaku-perilaku menyakitkan apa yang sudah kita tolerir. Langkah berikutnya, berjanjilah pada diri sendiri untuk tidak mengulang atau melanjutkan pola tersebut di waktu mendatang.