Mohon tunggu...
Ida Bagus Nyoman
Ida Bagus Nyoman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 5 Universitas Airlangga Fakultas Ilmu Budaya

Saya orang biasa saja yang hobi ngobrol dengan teman dan jalan-jalan santai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Aimai, Budaya Keharmonisan Negeri Sakura

21 Oktober 2022   14:25 Diperbarui: 21 Oktober 2022   14:34 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering dijumpai juga pada percakapan Jepang yang menggunakan "Maa maa" yang ditranslasi secara langsung menjadi "Tidak terlalu buruk" tetapi dalam Bahasa Jepang sendiri kata tersebut tidak memiliki arti yang pasti atau ambigu. 

Seperti saat percakapan "ogenki desuka" lalu dijawab "maa maa" tetapi jika diikuti dengan ekspresi yang tidak sesuai maka arti kata tersebut ambigu dan mungkin saja dia sedang tidak baik-baik saja dan lebih memilih untuk menjawab "maa maa" untuk tidak menciptakan suasana yang suram. 

Atau pada percakapan "Shiken wa dou datta?" Dijawab "maa maa" meskipun dia dapat mengerjakannya dengan sangat baik tetapi agar dia tidak dianggap arogant dan sombong jika menjawab Iya secara langsung maka arti kata tersebut menjadi ambigu.

Efek Pertukaran Ambiguitas
Fenomena efek pertukaran sering terjadi di ranah pekerjaan atau pendidikan yang dimana banyak tenaga asing yang harus beradaptasi dengan budaya masyarakat lokal dan terkadang cukup menimbulkan kesalah pahaman terutama adanya perbedaan paham terhadap ambiguitas pada pekerja dari bangsa barat. 

Pada suatu situasi rapat antara orang Jepang dengan orang Barat maka akan ada perbedaan pandangan terhadap suatu perilaku, seperti contoh saat pada kondisi diskusi dan diam orang Jepang akan menganggap diam ini adalah suatu perilaku yang mengindikasikan bahwa seseorang tersebut sedang berpikir sangat dalam dan Orang Jepang akan menghormati itu, tetapi berbeda dengan orang Barat, akan menganggap bahwa terlalu banyak diam berarti itu suatu bentuk acuh dan ketidak sopanan, pada dasarnya diskusi adalah ajang dimana kita harus bicara dan bertukar pikiran. 

Maka dari itu sering terjadi permasalahan yang dimana sifat Orang Barat yang cenderung to the point akan dianggap tidak sopan oleh orang Jepang, sebaliknya orang Barat menganggap bahwa orang Jepang itu terlalu kikuk.

Kesimpulan
Budaya menjaga keharmonisan masyarakat Jepang ini merupakan tata cara mereka menjalani kehidupan bermasyarakat. Mereka sangat menghormati budaya tersebut karena bagi mereka kesolidaritasan golongan itu sangat penting. Tetapi juga sering kali menimbulkan masalah entah itu dari internal masyarakat jepang maupun eksternal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun