Mohon tunggu...
ida ayu saraswati
ida ayu saraswati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

suka menulis, membaca novel misteri, dan menonton drama Korea tentang detektif-detektif yang memecahkan kasus

Selanjutnya

Tutup

Kkn

KKN Goes Wrong

22 Mei 2024   10:36 Diperbarui: 30 Mei 2024   11:08 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

....                    

Suara ketukan pintu berulang kali terdengar dan itu membuat keenam gadis yang sedang sibuk menyiapkan bumbu masakan di dapur mengeluh berisik. Salah satu dari mereka memutuskan untuk membuka pintu dan terkejut saat Yudha dan Bima membopong seorang remaja lelaki lalu mendudukkannya di salah satu kursi ruang tamu. Janu dan Galih masuk sembari membawa kayu bakar yang sayangnya harus basah kuyup karena mereka terlambat pulang sehingga hujan turun dengan deras saat mereka masih di luar posko.

Mereka menanyakan siapakah yang dibawa oleh mereka, tapi keempat cowok itu hanya mengatakan bahwa mereka akan membahasnya nanti saja setelah makan malam selesai. Di samping menyiapkan makan malam, mereka juga menyiapkan air hangat untuk anak lelaki itu mandi. Ia tampak gemetaran dan seluruh tubuhnya penuh luka lecet. Tatapan matanya kosong sekaligus bingung. Aroma yang menguar dari baju yang ia kenakan tidak enak, tapi mereka berusaha menahannya. Alana datang kemudian memberikan salah satu selimut yang ia bawa kepada anak lelaki itu. Ia mencoba bertanya siapa namanya, namun alih alih menjawab, anak itu malah berkata, "Selamatkan kami." katanya. "teman temanku masih ada di sana. Belum diselamatkan. Tidak ada seorang pun yang bisa membawa kami keluar. Tolong selamatkan kami. Tapi jangan bilang pada siapa siapa. Jangan pada polisi, jangan pada kepala desa, jangan. Bisakah kalian saja yang menyelamatkan kami? Aku mohon. Aku mohon selamatkan kami. Kami sangat menderita. Kami tidak mau tinggal di sana lagi." Anak itu terus meracau dan itu membuat beberapa dari mereka mendekatinya dan berusaha menenangkan.

"Tenang. Tenang dulu, ya. Kita omongin lagi soal ini kalau sudah makan malam. Sekarang kamu mandi dan ganti baju dulu. Ini baju dan perlengkapan mandinya," Nata berujar dengan tenang walaupun ia juga ikut bingung dengan racauan bocah itu. Bocah itu mengangguk dan mengambil peralatan mandinya beserta baju baru yang dipinjamkan oleh Janu karena hanya bajunya yang dirasa muat untuk si anak yang belum mereka ketahui siapa namanya.

Malam itu hujan lebat turun disertai angin seolah angin itu akan merobohkan posko tempat mereka tinggal. Walaupun semuanya menyimpan banyak tanda tanya tentang apa yang baru saja terjadi, mereka berusaha menyembunyikannya dengan baik sampai setidaknya makan malam selesai. Dan setelah melihat bagaimana lahapnya bocah itu malam ini, mereka berasumsi bahwa ia tidak makan dengan layak selama beberapa hari. Dari pakaiannya yang mengenakan seragam olahraga hitam merah dengan nomor 2765 di bagian dada kanan, mereka berasumsi bahwa bocah itu bukanlah pendaki. Saat menolongnya tadi, keempat cowok itu tidak melihat adanya perlengkapan pendakian. Saat ditanya apakah bocah itu terluka karena tersesat saat mendaki, ia menggeleng sebagai jawaban. Badannya kurus dengan penampilan yang tidak terurus. Rambutnya kekuningan dan kulitnya gelap--menandakan bahwa ia terpapar sinar matahari cukup sering entah karena melakukan apa.

Usai makan malam, mereka mengajak bocah itu ke lantai atas untuk menceritakan semua yang terjadi pada si bocah. Belum sempat membuka suara untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, ia menangis sambil berusaha menjelaskan sesuatu. Akhirnya karena tidak tega, mereka sepakat untuk menyuruhnya menangis dulu dan menunggunya sampai tenang. Ketika keadaannya mulai tenang, ia menarik napas untuk kemudian menceritakan yang sebenarnya. "A-aku bukan pendaki. Sebenarnya aku tinggal di sini sudah lama. Sejak aku kecil. Aku tinggal di panti asuhan tua tidak terurus yang ada di hutan desa ini. Setiap hari kami dipaksa bekerja sampai malam dan hanya diberi makan kentang rebus satu kali dalam sehari. Kami tidur di tempat yang tidak layak, baju kami jarang sekali ganti, bahkan kalau ada yang sakit, kami tetap harus bekerja atau kalau tidak, kami akan disuruh tidur di kandang sapi dan tidak diberi jatah makan. Aku tidak tahu kenapa bisa berakhir di tempat itu, tapi di sana ada banyak anak yang disuruh bekerja. Aku dan keempat anak lainnya mencoba kabur di malam malam sebelumnya. Kami terpaksa berpisah di tengah jalan karena banyak anjing liar yang mengejar kami. Aku tidak tahu nasib yang lain bagaimana. Apakah mereka masih hidup atau tidak. Yang jelas, aku masih lebih beruntung daripada mereka." Bocah itu mendongak dan menatap mereka semua dengan mata berkaca kaca. "tolong percaya pada ceritaku. Tolong keluarkan teman temanku dari sana. Kami mau bebas. Kami tidak mau dijual. Tidak mau dibedah juga."

"Dibedah? Maksudnya gimana?" tanya Utari.

"Ada hari dimana anak anak dipilih. Mereka bilang, anak anak yang terpilih akan diadopsi oleh orangtua angkat mereka. Mereka diberi makanan yang banyak dan enak, tapi ternyata setelah beberapa hari diperlakukan dengan baik, mereka dibawa ke ruang operasi, dan tidak pernah kembali lagi. Semenjak saat itu, kalau ada nama anak anak yang dipanggil untuk diberi makanan yang banyak, kami takut, karena mungkin itu adalah terakhir kalinya kami hidup. Kalau tidak masuk ruang operasi, kami akan dibawa pakai mobil entah kemana. Karena katanya mata kami ditutupi dengan kain hitam. Kakak kakak di sana bilang bahwa itu artinya kami dijual kepada orang lain, jadi tolong selamatkan kami."

"K-kalau boleh tau, berapa banyak anak yang ditahan di sana?"

"Dua puluh? Entahlah. Mungkin lebih banyak daripada itu."

"Berapa orang yang biasanya mengurus kalian?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun