"Oh jadi nama kakak Maya" "udah ngbrol kesana kesini kok aku duluan yang tahu nama tamunya" aku mengejek Rina. Ia hanya memonyongkan bibirnya yang kecil. Aku dan Kak Maya tertawa.
"Kak May boleh lihat bagian yang..." "boleh kak" belum selesai tamu itu menyelesaikan kalimatnya aku sudah memotongnya duluan sambil membuka selimut yang dari tadi menutupi tubuhku.
"Oke kakak rasa cukup. Nanti kalau ibunya sudah pulang tolong sampaikan sama ibu kalian terkait kedatangan kakak tadi ya. Surat ini juga tolong dikasihkan ke ibu ya. Kakak yakin program ini akan sangat berguna buat Amel. sekarang kakak pamit dulu. Oh ya adik manis ini namanya siapa ya?" "Oh jadi tadi ngbrol udah banyak, udah cerita kesana kesini belum kenalan" godaku pada Rina yang masih cemberut. Kak Maya tertawa kecil dan menengok ke arah Rina. "Nama aku Rina kak May. Aku sekarang kelas dua SD. Besok mau ulangan" serentak aku dan Kak Maya tertawa keras.
Tamu itu pun pamit pulang. Rina yang mengantarkan keluar. Aku masih dengan rasa senang yang bercampur aduk. Senang karena aku akan bisa belajar. Tapi kebimbanganku muncul, apakah ibu akan mengizinkan? Toh selama ini ibu tak pernah mau mendengarkan rengekan ku yang satu itu lagi.
Cuaca panas berganti awan sore kemerah-merahan. Depan halaman masih ramai suara anak-anak bermain kelereng dan petak umpet. suara pintu berbunyi, menandakan ada yang membuka. Aku menerka itu pasti ibu. "Mel, siapa yang datang? Kayaknya ada tamu?" "iya bu, tadi ada kakak dari Yayasan Anak Sekolah. Pesannya mau ada program mengajar untuk anak difabel" kulihat ibu mengeryitkan dahi dan tidak begitu antusias. "oh iya, ini ada dititipin surat juga tadi" ibu langsung menyambar surat ditanganku dan membukanya. "kamu udah baca surat ini?" "belum bu, surat itu kan buat ibu. Amel enggak berani buka" tanpa ekspresi ibu langsung berlalu meninggalkan ku yang menunggu kata-kata dari ibu. Aku sungguh penasaran dengan isi surat itu.
Ibu membantu membopongku kedapur. Makan malam kali ini tumis sayur kangkung dan tempe goreng. Aku melihat Rina sudah siap dengan piring dan sendoknya. Ibu mengambilkan piring dan sendokku. Lalu menuangkan nasi kedalam piring Rina dan aku. Terakhir baru piring ibu. Ibu adalah wanita yang tidak banyak bicara. Namun ibu sangat perhatian pada kami berdua. Sejak ayah meninggal ibu sendirian mengurus aku dan Rina. Ibu bilang pada kami jangan suka mengeluh. Mengeluh itu akan ada kalau kita terlalu banyak keinginan. Apa lagi keinginan itu sulit untuk diwujudkan. Begitu kata ibu.
"Rin..." ibu memanggil Rina dengan lembut "iya bu.." jawab Rina sambil tetap fokus pada nasi dan lauknya. "minggu depan Kak Amel mulai sekolah" mendadak aku dan Rina langsung terkejut dengan kalimat ibu. "minum dulu..hati-hati makannya" "ibu serius? Kak Amel akan sekolah? Dimana? Satu sekolah sama aku? Wahh..nanti kita bisa belajar bersama Kak ya? Celotehan Rina mulai ramai.
Aku mengangguk. Setelah sekian lama akhirnya harapan ini menjadi nyata. Tapi kenapa ibu jadi berubah pikiran? apa isi surat itu? bagaimana dengan biayanya siapa yang akan mengantar dan mengurusku nanti? bukankah ibu harus mencari uang untuk biaya hidup kami? berbagai pertanyaan menyelimutiku.
"Surat tadi sebenarnya ditujukan untuk Amel. Nanti setiap hari Amel akan dijemput dan diantar oleh Kak Maya menuju sekolah dan pulang kerumah. Tapi sekolahnya Amel berbeda dengan Rina karena program ini memang khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Tapi Amel jangan khawatir. Katanya Amel tetap bisa ikut ujian paket C kalau mau melanjutkan ke SMP. Selain itu Amel akan dapat terapi untuk penyembuhan kaki dan tangan juga. Amel senang?" aku mengangguk mantap. Makan malam ini pun menjadi nikmat seiring dengan kabar gembira itu. Ternyata tamu tadi dikirimkan Tuhan untuk mewujudkan impianku. Bukan masalah tidak memakai seragam putih merah dan dasi, yang terpenting aku bisa belajar, bermain dan melihat dunia luar seperti anak-anak seusiaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H