PENANGANAN COVID 19 DILIHAT DARI PERSPEKTIF AGAMA HINDUÂ
Oleh: Ida Ayu Parami Cintiya
BAB I
PENDAHULUAN
Di penghujung tahun 2019, dunia telah menghadapi masalah besar. Sejak mewabahnya penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang biasa dikenal dengan Covid 19 .  Virus corona (Covid-19), bisa dikatakan, adalah virus yang sangat berbahaya sebagai bencana yang dapat merugikan dan menghancurkan kehidupan. . Virus Corona (Covid-19) adalah termasuk jenis virus baru yang dikenal luas  penyebarannya. Virus yang  begitu cepat dan menyebar luas oleh sebab itu virus ini disebut sebagai pandemi Covid-19.terjadi perubahan di hampir semua bidang kehidupan yang semakin mengkhawatirkan seluruh dunia. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan kelelahan. Gejala lain yang kurang umum yang dapat dialami beberapa pasien termasuk nyeri, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan rasa atau bau, ruam atau perubahan warna pada jari tangan atau kaki. Gejala biasanya ringan dan muncul secara bertahap.
Agama secara konseptual adalah cara untuk meningkatkan keimanan kepada Tuhan dan hubungan interpersonal. Agama merupakan penerapan nilai cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari. dalam era pandemi, agama menghadapi masa-masa sulit. Kegiatan keagamaan dibatasi untuk pencegahan dari penyebaran virus Covid-19. Dilihat dari pandagan agama hindu sendiri, Agama Hindu memiliki pendapatnya tentang Covid-19. Umat Hindu memandang Covid-19 sebagai peringatan dan renungan agar umat hindu berhenti sejenak dan berserah diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam agama Hindu, manusia tunduk pada hukum karma, Karma Phala sebagai Hukum Sebab Akibat. Karma (perbuatan) sebagai sebab, phala (hasil) sebagai akibat. Karma Phala diyakini sebagai hukum sebab akibat oleh umat beragama Hindu. Seluruh phala (hasil) dari perbuatan manusia merupakan buah dari karma yang telah dibuat.Tidak ada yang bisa menolak hukum karma. Pandemi Covid-19 adalah hukum karma dari perbuatan manusia, yang bukan merupakan perbuatan bijak. Aktivitas manusia yang justru berujung pada kesengsaraan.
BAB II
PEMBAHASAN
Cara pencegahan pandemi covid 19 menurut agama hindu dapat dilakukan cara sekala (ilmiah) atau jasmani merupakan tubuh manusia. Tubuh fisik adalah tubuh yang menutupi atma kita. Jadi kesehatan fisik itu penting dengan mengikuti anjuran pemerintah. dan dengan cara niskala (non-ilmiah) atau rohani mengetahui bagaimana cara menghindari, bagaimana upaya yang dapat kita lakukan dalam menghadapi pandemi, bagaimana cara mengendalikan pikiran ketika terpapar untuk tetap berpikir positif dan terkendali merupakan hal yang penting. Berjapa, berdoa, meditasi, yoga adalah hal penting untuk kita lakukan. Selain itu kita bisa melakukan melalui budaya agama Hindu tradisional, khususnya di Bali.
Upaya memerangi penyebaran dan penyebaran Covid-19 seacra sekala yaitu dengan menaati peraturan pemerintah. Pemerintah dan masyarakat terus melakukan berbagai upaya untuk menghentikan ancaman virus corona yang berulang kali menyerang. Di beberapa negara, seperti Indonesia, pemerintah telah menyusun pedoman dan protokol kesehatan untuk menghadapi COVID-19 dan senantiasa menjaga kesehatan baik imun maupun iman. Di Indonesia, protokol kesehatan ini dikenal dengan  5M.
- Mencuci tangan, Mencuci tangan secara teratur adalah salah satu praktik kesehatan yang cukup efektif untuk mencegah infeksi COVID-19. Untuk hasil terbaik, cuci tangan Anda beberapa kali sehari selama minimal 20 detik.
- Mengunakan masker, Penggunaan masker  yang baik dan benar secara terus menerus penting  untuk memaksimalkan upaya pencegahan penyebaran Covid-19.
- Menjaga jarak , Menjaga jarak atau physical distance tetap menjadi salah satu protokol utama untuk mencegah penyebaran Covid-19.
- Menghindari keramaian, Menghindari keramaian berarti melindungi orang-orang yang rentan, seperti lansia dan mereka yang memiliki penyakit kronis. Karena jika orang-orang yang rentan ini terkena virus corona, itu akan berakibat mematikan.
- Mengurangi mobilitas, Mengurangi mobilitas berarti mengurangi pergerakan dari satu tempat ke tempat lain.
Sementara itu, secara niskala agama hindu  percaya bahwa penyebab, pencegahan dan pengobatan penyakit berhubungan dengan tubuh, pikiran dan jiwa secara keseluruhan. Seseorang disebut sehat bila seluruh sistem tubuh seimbang dan dapat berfungsi dengan baik. Ayurveda menyebutkan tiga penyebab penyakit yaitu adhidaiwika dukkha (peringatan dari Tuhan dan leluhur), adhyatmika dukkha (pikiran atau psikis) dan adhibhautika dukkha (makhluk kecil seperti virus, bakteri, kuman dll). Bakti kepada Tuhan dan leluhur serta taat terhadap ajaran agama (dharma) merupakan cara untuk mencegah adhidaiwika dukha. Sementara itu, pengobatan bisa dilakukan melalui ritual permohonan maaf kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa da manisfestasinya yang biasa disebut dengan ritual guru piduka.
Kebudayaan agama hindu khususnya diBali mempercayai ada banyak cara-cara niskala dalam menanggulangi wabah. Beberapa diantaranya yang dilakukan pada saat pandemi Covid-19 ini adalah, memasang penolak bala di pintu masuk rumah, menghaturkan pejati, dan menyuguhkan nasi wong-wongan. Upacara-upacara ini pun dilakukan secara serentak oleh umat agama hindu khusunya Bali. Selanjutnya ada upakara segehan wong-wongan. Masyarakat Hindu mempercayai, bhuta yang dikenal dengan virus saat ini membutuhkan labahan (makanan) maka diberilah segehan wong-wongan, yakni nasi berwarna-warni yang dibentuk menyerupai bentuk manusia. Kemudian ada upacara menghaturkan pejati secara serentak di masing-masing rumah. Pejati adalah ulun (kepala) dari segala banten/sajen yang biasa dipergunakan oleh umat Hindu sebagai sarana menghadap Tuhan. Tujuan dari mempersembahkan pejati ini adalah memohon keselamatan pada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar diberikan keselamatan.
Menjaga keseimbangan pikiran dan emosi melalui yoga (yoga citta verti nirodah) merupakan cara menghindari adhyatmika dukha. Walaupun pengobatan bisa dilakukan melalui penyucian rohani (malukat, mabayuh, dll). Adhibhautika dukha dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Semenatara itu, pengobatan dilakukan dengan ramuan obat-obat herbal.
Konsisten dengan prinsip Ayurveda, yaitu. konsumsi makanan dan minuman berkualitas baik (ahara), istirahat dan tidur yang cukup (nidra), dan kembali ke cara hidup alami (vihara). Karena masih belum ada obat untuk virus ini, gagasan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati menjadi semakin penting saat ini. Meski pemerintah (guru wisesa) mensosialisasikan anjuran tersebut di berbagai ruang publik, kesadaran sebagian masyarakat belum sepenuhnya sesuai dengan harapan. Anjuran menjaga jarak sosial (social distance) yang dinilai efektif mencegah penyebaran Covid-19 menyisakan persoalan dengan konsekuensi. Bekerja di luar rumah dapat ditoleransi karena menyangkut kebutuhan hidup manusia, meskipun risiko penularan akibat aktivitas tersebut cukup tinggi. Namun, keramaian dan interaksi sosial non-kerja lainnya tentu bertentangan dengan prinsip  yang dianjurkan pemerintah. Kedisiplinan masyarakat seperti itu dapat meningkatkan risiko penyebaran Covid-19, sehingga diperlukan upaya penyadaran secara terus menerus untuk lebih meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Virus corona (Covid-19), bisa dikatakan, adalah virus yang sangat berbahaya sebagai bencana yang dapat merugikan dan menghancurkan kehidupan. . Virus Corona (Covid-19) adalah termasuk jenis virus baru yang dikenal luas  penyebarannya. Virus yang  begitu cepat dan menyebar luas oleh sebab itu virus ini disebut sebagai pandemi Covid-19.terjadi perubahan di hampir semua bidang kehidupan yang semakin mengkhawatirkan seluruh dunia. Terdapat berbagai dampak yang disebabkan oleh corona virus salah satunya yaitu terjadinya perubahan di berbagai bidang kehidupan.  Menurut agama hindu pandemi Covid-19 adalah hukum karma dari perbuatan manusia. Karma (perbuatan) sebagai sebab, phala (hasil) sebagai akibat. Karma Phala diyakini sebagai hukum sebab akibat oleh umat beragama Hindu. Agama Hindu meyakini pencegahan atau penanganan Covid 19 bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara selaka (ilmiah) atau jasmani dan dengan cara niskala (non-ilmiah) atau rohani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H