Kebudayaan agama hindu khususnya diBali mempercayai ada banyak cara-cara niskala dalam menanggulangi wabah. Beberapa diantaranya yang dilakukan pada saat pandemi Covid-19 ini adalah, memasang penolak bala di pintu masuk rumah, menghaturkan pejati, dan menyuguhkan nasi wong-wongan. Upacara-upacara ini pun dilakukan secara serentak oleh umat agama hindu khusunya Bali. Selanjutnya ada upakara segehan wong-wongan. Masyarakat Hindu mempercayai, bhuta yang dikenal dengan virus saat ini membutuhkan labahan (makanan) maka diberilah segehan wong-wongan, yakni nasi berwarna-warni yang dibentuk menyerupai bentuk manusia. Kemudian ada upacara menghaturkan pejati secara serentak di masing-masing rumah. Pejati adalah ulun (kepala) dari segala banten/sajen yang biasa dipergunakan oleh umat Hindu sebagai sarana menghadap Tuhan. Tujuan dari mempersembahkan pejati ini adalah memohon keselamatan pada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar diberikan keselamatan.
Menjaga keseimbangan pikiran dan emosi melalui yoga (yoga citta verti nirodah) merupakan cara menghindari adhyatmika dukha. Walaupun pengobatan bisa dilakukan melalui penyucian rohani (malukat, mabayuh, dll). Adhibhautika dukha dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Semenatara itu, pengobatan dilakukan dengan ramuan obat-obat herbal.
Konsisten dengan prinsip Ayurveda, yaitu. konsumsi makanan dan minuman berkualitas baik (ahara), istirahat dan tidur yang cukup (nidra), dan kembali ke cara hidup alami (vihara). Karena masih belum ada obat untuk virus ini, gagasan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati menjadi semakin penting saat ini. Meski pemerintah (guru wisesa) mensosialisasikan anjuran tersebut di berbagai ruang publik, kesadaran sebagian masyarakat belum sepenuhnya sesuai dengan harapan. Anjuran menjaga jarak sosial (social distance) yang dinilai efektif mencegah penyebaran Covid-19 menyisakan persoalan dengan konsekuensi. Bekerja di luar rumah dapat ditoleransi karena menyangkut kebutuhan hidup manusia, meskipun risiko penularan akibat aktivitas tersebut cukup tinggi. Namun, keramaian dan interaksi sosial non-kerja lainnya tentu bertentangan dengan prinsip  yang dianjurkan pemerintah. Kedisiplinan masyarakat seperti itu dapat meningkatkan risiko penyebaran Covid-19, sehingga diperlukan upaya penyadaran secara terus menerus untuk lebih meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Virus corona (Covid-19), bisa dikatakan, adalah virus yang sangat berbahaya sebagai bencana yang dapat merugikan dan menghancurkan kehidupan. . Virus Corona (Covid-19) adalah termasuk jenis virus baru yang dikenal luas  penyebarannya. Virus yang  begitu cepat dan menyebar luas oleh sebab itu virus ini disebut sebagai pandemi Covid-19.terjadi perubahan di hampir semua bidang kehidupan yang semakin mengkhawatirkan seluruh dunia. Terdapat berbagai dampak yang disebabkan oleh corona virus salah satunya yaitu terjadinya perubahan di berbagai bidang kehidupan.  Menurut agama hindu pandemi Covid-19 adalah hukum karma dari perbuatan manusia. Karma (perbuatan) sebagai sebab, phala (hasil) sebagai akibat. Karma Phala diyakini sebagai hukum sebab akibat oleh umat beragama Hindu. Agama Hindu meyakini pencegahan atau penanganan Covid 19 bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara selaka (ilmiah) atau jasmani dan dengan cara niskala (non-ilmiah) atau rohani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H