Penulis: I. B. Brahmananda Telabah, A. Stephany Midyasari, V. A. Tanujaya, I.C. Tjongson, N. Mutiara C.A.Sudina.
Program penggalangan dana yang diikuti oleh 16 komunitas penggemar K-pop dengan jumlah melebihi 45.000 orang yang ikut berpartisipasi berjalan dengan lancar. Acara diikuti oleh beberapa fans club K-pop. Penggalangan dana bertujuan untuk membantu pemerintah dalam menangani korban bencana. Donasi dilakukan perorangan dengan jumlah uang antara Rp1.000 hingga Rp5.000 sejak tanggal 15-18 Januari 2021.Â
Kegiatan tersebut berhasil menghasilkan dana sebesar US$99,727 atau senilai dengan Rp 1,4 miliar. Penggalangan dana dilakukan melalui platform berbagi kitabisa.com. Kegiatan juga didukung oleh komunitas penggemar K-pop di Korea Selatan yaitu Kpop4Planet.
Nurul Sarifah, yang merupakan salah satu pendukung Kpop4Planet mengajak para penggemar K-pop. Mereka berharap untuk bisa melakukan penggalangan dana ini karena melihat besarnya gerakan ini agar bisa bersama sama memerangi perubahan iklim dan mencegah dampak dari perubahan iklim di masa depan.Â
"Sangat memilukan melihat beberapa bencana yang terjadi belakangan ini. "Melihat bagaimana kita memiliki gerakan kolektif, saya berharap kita juga bisa melakukan hal yang sama untuk keadilan iklim. Untuk mencegah dampak apapun dari perubahan iklim di masa depan, kita perlu melakukan aksi iklim sekarang," ujarnya (Selasa, 26 Januari 2021).Â
Dana yang terkumpul akan diserahkan untuk membantu korban bencana banjir di Kalimantan Selatan dan gempa bumi di Sulawesi Barat. Bantuan yang diberikan berupa makanan, pakaian, dan perlengkapan kebersihan. Donatur mengatakan penyebab ketertarikan mereka berpartisipasi karena terinspirasi oleh aksi idola mereka yang melakukan aksi amal, salah satunya adalah Siwon Choi yang menjadi duta UNICEF (CNN Indonesia, 2021).Â
"Kami berdoa agar tidak terjadi bencana di Indonesia yang kini sedang dilanda cuaca ekstrim," ungkap Arendeelle (bukan nama sebenarnya) selaku administrator utama fandom Super Junor, Elfindonesiacom.
Lalu, perwakilan dari salah satu fans club dengan nama akun Instagram Armyteamkalsel (bukan nama sebenarnya), yang merupakan salah satu fandom BTS di Indonesia, mengatakan bahwa donasi yang mereka lakukan adalah bentuk kepedulian terhadap sesama. "Kami tidak hanya fandom yang mencintai BTS, tapi lebih dari itu kami ingin menjadi fandom yang bisa peduli orang banyak.Â
Sama seperti BTS yang berharap semua musiknya bisa membawa harapan buat semua orang," ujar mereka. Penggalangan dana juga berperan untuk mematahkan stereotype negatif publik terhadap K-popers.Â
"Bencana bukan sesuatu yang diharapkan semua orang. Kami berharap donasi ini dapat meringankan beban semua korban dan berharap dengan bencana ini pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama untuk menjaga lingkungan agar meminimalisir kerusakan yang disebabkan ulah manusia." (CNN Indonesia, 2021). Di Indonesia sendiri, ARMY berhasil menggalang dana hingga Rp 500 juta dalam waktu tiga hari dan terus bertambah. Berikut merupakan bukti dari 16 komunitas penggemar K-pop yang ikut berpartisipasi dalam program penggalangan dana :
              Â
Dewasa ini, para penggemar K-pop seringkali terlibat dalam peperangan antar fandom atau dapat dikatakan sebagai fanwar. Namun, keunikan yang muncul dari acara amal yang tersebut adalah bersatunya para penggemar K-pop dari berbagai fandom. Contoh fanwar di dunia K-pop baru-baru ini terjadi saat setelah ajang tahunan Asia Artist Award (AAA) yang diselenggarakan pada Selasa, 26 November 2019.Â
Dalam acara tersebut, salah satu boyband asal Korea Selatan yang bernama Seventeen memenangkan tiga penghargaan sekaligus dalam acara yang dilaksanakan di My Dinh National Stadium, Hanoi, Vietnam. Salah satu penghargaan yang didapat adalah penghargaan yang sangat diimpikan oleh para Idol K-pop, yaitu Daesang () atau Album of the Year. Daesang merupakan penghargaan paling didambakan oleh para Idol K-pop karena merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan kepada musisi atau penyanyi Korea Selatan yang berbakat.Â
Dalam acara penghargaan AAA, Seventeen yang memenangkan tiga penghargaan tersebut membuat ARMY (sebutan bagi penggemar BTS) bertanya-tanya. Sejumlah ARMY memutuskan untuk "menyenggol" Carat (sebutan bagi penggemar Seventeen) dan akhirnya membuat mereka emosi. Carat merupakan salah satu fandom yang hampir tidak pernah terlihat dalam fanwar dan dikatakan sebagai fandom yang paling santai.Â
"Senggolan" dari sejumlah ARMY yang bertanya-tanya menyebabkan Carat akhirnya emosi. Sebab dari ARMY bertanya-tanya adalah karena BTS tidak memenangkan penghargaan apapun dan membuat ARMY merasa tidak terima.Â
Akhirnya ARMY membuat lelucon, salah satunya tentang cara penyebutan Carat yang mirip dengan carrot. Hal tersebut sempat membuat para Carat geram, tetapi tidak bertahan lama. Beberapa ciutan yang dilontarkan oleh Carat adalah "Oh jadi sekarang Carat dikatain sayuran? Ih lucu tauk, aku suka sayur, suka nanam sayur," unggah username @guoh_95.Â
"Gue merasa ada di fandom yang benar. Carat doang yang dikatain sayuran malah dijadikan lelucon. Hidup wortel!" unggah pengguna @SenaLee89 (Pangaribuan, 2019). Melihat fanwar yang terjadi, fandom dari Idol K-pop lain ikut dalam membela Carat. Fanwar antara ARMY dan Carat ini dapat dikatakan sebagai fanwar yang besar setelah yang sebelumnya terjadi antara ARMY dan BLINK (sebutan bagi penggemar BlackPink).
Komunitas merupakan kumpulan beberapa orang yang saling berhubungan membentuk suatu kelompok sosial yang di masyarakat karena adanya kesamaan antar anggotanya yang membuat mereka tertarik satu sama lain (Kloos, dkk., 2015). Kesamaan yang membentuk sebuah komunitas, seperti K-popers adalah karena terbaginya sebuah koneksi emosi antar anggota. Dalam kasus K-popers pengalaman tersebut adalah seperti menyukai Idol K-pop yang sama. Karena terdapat banyak Idol K-pop, maka terdapat juga bermacam-macam kelompok penggemar dari Idol yang berbeda.Â
Tiap kelompok ini disebut sebagai sebuah fandom yang termasuk ke dalam online communities. Karena banyaknya fandom dalam komunitas K-pop, akhirnya dapat terjadi sebuah konflik antar komunitas sehingga menyebabkan perpecahan dan perubahan. Hal ini berhubungan dengan conflict and change within a community (Kloos, dkk., 2015), yang disebut fanwar.Â
Meskipun pernah terjadi atau sering terjadi fanwar (konflik antar fandom) ini, masih dapat terjadinya sebuah kerjasama. Seperti dilakukannya fundraising atau penggalangan dana. Fundraising yang dilakukan sebagai upaya untuk membantu korban bencana alam di Indonesia (social support). Hal tersebut dapat juga menjadi sebuah community development dalam komunitas penggemar K-pop.
Fundraising berarti penggalangan dana adalah suatu usaha mengumpulkan kontribusi sukarela baik dari individu hingga lembaga pemerintah yang berupa uang atau sumber daya lain (Kloos, dkk., 2015).Â
Kegiatan fundraising yang dilakukan oleh penggemar K-pop dalam rangka memberikan sumbangan kepada korban bencana alam. Kegiatan tersebut merupakan sebuah gerakan sosial yang disepakati dan dilakukan secara bersama-sama adalah bentuk dari sense of community. Kegiatan tersebut dilaksanakan menandakan bahwa kelompok komunitas penggemar tersebut memiliki sense of community yang kuat. Sehingga kelompok tersebut dapat ikut serta (citizen participation) dalam pemberian bantuan kepada korban bencana alam (social support).Â
Kegiatan fundraising juga dilakukan oleh para K-popers karena ada keinginan dari mereka untuk bisa memberikan reputasi yang lebih baik. Hal tersebut ingin dilakukan agar relasi dengan individu atau organisasi lainnya dapat lebih baik. Hal tersebut menunjukan alasan lain untuk melakukan fundraising yaitu community development.Â
Secara keseluruhan, online communities juga merupakan bentuk komunitas, dan interaksi dalam sebuah komunitas yang dilakukan bersama dapat menciptakan sense of community (Kloos, dkk., 2015). Akan tetapi, sense of community tidak selalu menghasilkan dampak positif. Dilihat dari kasus kegiatan amal yang dilakukan, sense of community memiliki dampak yang positif.
Penulis setuju dan mendukung kegiatan amal ini karena dapat mempersatukan berbagai fandom. Kegiatan amal membuktikan serta memberi gambaran bahwa menjadi K-popers bukanlah hal yang buruk. Banyak orang memandang bahwa menjadi K-popers adalah hal buruk. Salah satu yang sering dijadikan alat orang awam adalah K-popers yang menyerang orang-orang di media sosial. Tak hanya itu, seorang musisi Jerinx saja pernah mengatakan hal buruk untuk menjadi seorang penggemar K-pop.Â
"Saya enggak pernah lihat fanbase Kpop terjun ke lapangan melakukan aksi sosial berjuang bersama rakyat melawan kapitalisme global. Kalau cuma tanam pohon, nyumbang ke panti-panti, koruptor juga banyak yang lakuin hal serupa," tulis Jerinx (Temali, 2020).Â
Jerinx juga menuliskan "Yang akan bikin Indonesia pinter itu, selain sekolah & perpustakaan gratis, ya ganja. Bukannya kultur pembodohan ala K-Pop dengan laki-laki yang cantiknya melebihi Megawati. Ada musisi K-Pop yang mengajari kita berpikir kritis? Muka aja sudah seperti palsu dan seragam apalagi isi otaknya" (Temali, 2020).Â
Menjadi seorang K-popers juga bermanfaat, seperti menambah banyak teman, menjadi lebih berani untuk mengekspresikan diri, meningkatkan kemampuan dan masih banyak lagi.Â
al tersebut berdasarkan pada pengalaman penulis yang melihat bahwa banyak sekali K-popers yang memiliki keahlian dalam berbahasa Korea setelah tertarik dengan hal-hal yang mengarah pada K-pop. Ditemukan juga K-popers yang akhirnya mengasah keahliannya dalam bidang seni dengan belajar dan melakukan dance cover dari beberapa karya yang dirilis oleh para idol K-pop.
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari data analisis di atas adalah menjadi K-popers bukanlah hal buruk. Stereotype yang dimiliki oleh orang awam kepada seluruh penggemar K-pop tidaklah benar. Stereotype tersebut dapat dipatahkan melalui kegiatan fundraising.Â
Jika dilihat menurut teori online communities semakin berkembangnya sebuah teknologi dapat membantu seseorang untuk berkomunikasi dengan sesama anggota komunitasnya. Komunitas K-pop di Indonesia dari anak kecil sampai orang tua tidak hanya berfokus mengenai boygroup atau girlgroup yang disukai oleh anggota saja.Â
Namun, mereka juga melaksanakan kegiatan sosial untuk membantu sesama. Kegiatan sosial seperti penggalangan dana dalam rangka membantu korban bencana merupakan perwujudan dari social support. Aksi sosial tersebut dilakukan oleh seluruh penggemar K-pop yang ikut serta dalam usaha memberi bantuan terhadap korban bencana alam di Indonesia.Â
Dari kegiatan yang dilakukan oleh komunitas ini juga menunjukan adanya sense of community. Hal ini dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan moral yang dimiliki anggotanya. Bergabung dalam komunitas juga memiliki banyak manfaat, seperti menumbuhkan rasa kebersamaan/solidaritas, meningkatkan moral diri, meningkatkan social skill, dan lain-lain. Salah satu contohnya adalah dengan mengadakan kegiatan fundraising untuk membantu sesama individu yang mengalami kesusahan. Selain membantu sesama individu juga memberi kesan yang positif kepada masyarakat awam yang masih memandang jelek terhadap mereka.
DAFTAR PUSTAKA
CNN Indonesia. (2021, January 26). Fan K-pop Dulang Donasi Rp1,4 m untuk Bencana Indonesia. Retrieved April 23, 2021, from CNN Indonesia
Endriana, H. (2021, January 27). 16 fandom K-pop Indonesia Kumpulkan Rp1,4 Miliar untuk Korban Bencana, Fans BTS dan EXO Terdepan. Retrieved April 23, 2021, from Sindonews
Kloos, B. R., Hill, J., Thomas, E., Wandersman, A., Elias, M. J., & Dalton, J. H. (2015). Community psychology: Linking individuals and communities (THIRD ed.). Belmont: Wadsworth Cengage Learning.
Pangaribuan, D. (2019). Terlibat fanwar, FANS SEVENTEEN trendingkan Tagar #CARATVEGGIEPARTY. Retrieved May 07, 2021, from MainmainÂ
Temali. (2020, February 5). Berbeda Selera Musik Itu Wajar, Jangan Rendahkan K-Pop. kumparan. KumparanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H