Mohon tunggu...
Saiful Akbar
Saiful Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia bukan setengah dewa

Aku adalah semesta dalam wujud manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jawacentris, Silaturahmi dan Teori Siklus

25 Mei 2022   21:45 Diperbarui: 25 Mei 2022   22:09 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aaaaaah. . . . . . .
Saya tidak berani menganggap ini sebuah peristiwa yang kebetulan, sama halnya seperti James Redfield dalam pentalogi novelnya pada series pertama (Manuskrip Celestine) yang tidak mempercayai bahwa setiap peristiwa hanyalah sebuah kebetulan dalam hidup. 

Aku lebih mempercayai ini sebagai takdir(hasil dari semua pilihan atas apa yang kita pilih) dari setiap nasib yang sudah saya terima sebelumnya (the Alchemist,Paulo Coelho).

Pada awalnya rencana berkemah di cidahu ini saya rencanakan kepada kelas saya yang terpecah dahulu. Bukan sebuah kebetulan rencana saya diaminkan(dengan tema Cerdik (camCER dengan pendiDIK) oleh teman seangkatan walau harus ada rencana yg berbeda dari awal dan ini atas inisiasi dari seorang pendidik. Menjelang hari yang ditentuka, nyatanya teman sekelas banyak yg berhalangan, dan saya berangkat sendiri bergabung dengan teman kelas lama yg terpisah dulu dengan teman kelasnya sekarang (tak peduli, setiap perjumpaan adalah kabar baik).

Tanpa persiapan yang cukup matang kami bergegas menuju ketujuan, bersama cuaca yang cukup cemas, sesampainya di lokasi dan sudah mendirikan tenda, hujan datang dengan deras dan membuat kami tidak waras (ribut memikirkan  kenyamanan). Sudahlah kami nikmati dengan seksama dan bersama, asalkan kami tetap bernyawa. Malam sudah datang, kami berkumpul untuk berkeluh kesah terhadap dunia dari sudut pandang pribadi. 

Diskusi dibuka dengan khidmat, bersama suasana yang makin hangat, satu persatu menuangkan keluh kesahnya, dan tiba teman kami dari timur Indonesia bercerita tentang bagaimana keadaan di halaman kampungnya dari sudut pandangnya.

 Hal yang utama disorotnya adalah Pendidikan dan menganggap sangat ada ketimpangan dari segi pendidikan dan pembangunan lainnya, ia menegaskan kembali khususnya dari segi pendidikan yang ada disana dan masyarakat disana yang menempuh pendidikannya diluar kampung halamannya, dan pasca "pencariannya" diluar kampung halamannya, 

dihadapkan untuk memilih membangun masyarakat sekitar dan membawa kemajuan atau harus terjerat dalam jebakan pemerintahan yang secara tidak langsung membuat keadaan disana tidak berkembang secara signifikan berdasarkan kebudayaan yang ada disana dan juga menyertakan adanya konflik internal yang terjadi disana.

Kami berusaha memahami dan mencoba mencari solusi yang "aman". Salah seorang pendidik berlatar belakang sosiologi yang beberapa tahun belakangan mengamati konstruksi sosial masyarakat khususnya di Timika, Papua. Adanya konflik disana yang sedang marak belakangan ini dan ketakutan masyarakat Jawa terhadap orang timur Indonesia, sebenarnya sangat berbeda dengan apa yang ada di media sosial, begit ucapnya. 

Aaah saya tidak berani mengambil kesimpulan secara cepat karna saya belum terjun ke lapangan, hanya berdasarkan pengalaman dari orang yang pernah "berada" disana. 

Menggerenyit dahi saya, lagi-lagi peran negara mengambil alih perspektif masyarakat melalui media demi kekuasaan. Selanjutnya pendidik yang lain juga mengambil peranannya, kali ini memiliki latar belakang dari sisi sejarah, berangkat dari kesadaran beliau yang melihat saya kebingungan, ia bertanya "lu kenapa bengong?" 

Spontan saya bertanya "akarnya dari mana sih Pak stigma negatif ini muncul di masyarakat Jawa terhadap mereka? Simpelnya ia menjawab "kolonial", lanjutnya ia meneruskan pemaparannya "bahkan sampai pada masa kepemimpinan sebelum Gusdur (sebab pada masa kepemimpinannya ia membebaskan bintang kejora berkibar, asalkan tidak diatas merah putih) dipertahankan dan pasca kejatuhan Gusdur konflik itu perlahan mulai meledak kembali".

Baik, pada saat ini saya mulai berani mengambil kesimpulan. Nyatanya kesejarahan bangsa ini masih dijajah kolonialisme dan feodalisme, walau menjelang 77 tahun merdeka, nyatanya negera ini masih dijajah secara pemikiran dan kebudayaannya (ironis). 

Aah saya mulai berani untuk berusaha berkata, berangkat dari kesimpulan bacaan buku saya yang ditulis oleh Jared Diamond (Gun, Germs and Steel) dan teori siklus dalam perubahan sosial, saya menyampaikan pendapat kepada sahabat saya dari timur Indonesia yang baru saja di kenal. Begini isi pendapatnya 

"Begini bang, sebetulnya saya mengagumi cara Abang dan masyarakat disana  tentang bagaimana bertahan hidup dengan berdampingan dengan alam, sungguh itu modernisasi akhir bagi saya, sebab saat ini saya percaya kehidupan ini sama halnya dengan siklus yang terus berputar, 

sehabis sifat manusia yang dikorosi oleh konsumerisme, manusia akan kembali kepada keadaan primitif/hidup berdampingan dengan alam yang dulu pernah dialami pada awal mula periode manusia(berburu dan mengumpulkan makanan).

 Itulah hal yang tidak dimiliki mayoritas masyarakat di Jawa yang saya rasakan saat ini, yah walaupun akan sampai atau tidak hidup kita pada periode yang seperti itu nantinya terulang, paling tidak saya harus mulai belajar dari sekarang terhadap Abang dan saudara Abang yang disana".

 sambil berusaha mencairkan suasana yang sudah hangat padahal saat itu sedang diselimuti dinginnya malam suhu pegunungan, perbincangan malam itu kembali mengarah kepada guyonan dan beberapa bagian dari rombongan kami berusaha mengambil peran menyalakan api unggun sebagai pelengkap di malam itu. 

Dan kenyatannya juga, malam sudah mulai larut dan karna kami asyik terbawa suasana sampai tak sadar akan fisik kami juga sudah mulai kelelahan sebab hujan disore hari juga menyempurnakan kegiatan silaturahmi kami.

Esoknya, ada diskusi ringan dengan santai dan rileks sebelum kami kembali kerumah masing-masing,kami mulai menyepakati agar kebiasaan ini dapat dipertahankan secara terus menerus dan tidak berhenti pada rombongan belajar di angkatan kami saja dan membuat ikatan yang saling terhubung antara kami dengan yang lainnya yang kami geluti besama. 

Adzan Dzuhur berkumandang bersamaan dengan kami yang sudah membereskan peralatan kemah dan makan siang untuk mengisi tenaga untuk diperjalanan nantinya. 

Tidak lengkap juga rasanya jika tidak menjumpai bahwa disana ada air terjun yang bisa kami sambangi bersama untuk merasakan sejuknya air pegunungan dan tersenyum sambil bermain air. Selesai bermain air kami bergegas kembali untuk melanjutkan perjalanan pulang yang sebelumnya sudah terpisah dengan para pendidik. 

Aaah nyatanya ada agenda terakhir kami yang jadi bahan pertimbangan yang sayang untuk dilewatkan pula, ada seorang rekan kami yang rumahnya tidak jauh berada disekitar lokasi kami berkemah, Kang Bahar sapaan akrab yang melekat di dalam dirinya. 

Tiba di kediamannya kami disuguhkan jamuan khas desa yang ramah dan jauh dari politisasi pikiran seperti yang ada di kota. Hamparan sawah menjadi halaman sempurna seperti salah satu idaman saya diperlihatkan oleh kediaman kang Bahar, sial ! Aku tersipu malu dihadapan tempat seperti ini hehe. 

Makanan sederhana ala desa disediakan, sialan ! Lagi-lagi sifat rakus kota kami tidak bisa dilepaskan, kami melahapnya hampir tidak tersisa, padahal makanan itu lebih dari cukup disediakan kepada kami yang berjumlah 8 orang.    


Guyonan ala kami menghiasi, setelah kami dilahap kerakusan, sungguh menyedihkan saat itu kami dipengaruhi sikap yang tidak tahu diri. Sekitar pukul 5 sore lewat sekian kami bergegas pamit dan akhirnya kami selamat sampai tujuan di rumah masing-masing.

 

Summer :

*James Redfield. Manuskrip Celestine, (2003), Gramedia: Jakarta.
*Jared Diamond. Gun, Germs and Steel. (2019). Gramedia:Jakarta
* Samsinas. Ibnu Khaldun: Kajian Tokoh Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial. (2009). Jurnal Humafa Vol 6 No.3 STAIN Datokarama Palu.
* Pendidik 1
* Pendidik 2
* Rekan 1
* Kang Bahar dan teman tercinta lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun