Mohon tunggu...
Icsya Helmi Septian
Icsya Helmi Septian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lifelong Learner

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Besar Petani Indonesia Sangat Dibutuhkan dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045

31 Agustus 2024   16:26 Diperbarui: 31 Agustus 2024   16:35 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan Pertanian di Desa Sukojember, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember/dokpri

Kuantitas, kualitas, keterjangkauan, dan pemerataan pangan di seluruh wilayah Indonesia merupakan sebuah keharusan dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan Indonesia. Ketahanan pangan tak ayal menjadi salah satu aspek penting dan strategis yang turut berdampak dalam upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045. 

Menurut Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi dalam talkshow yang diselenggarakan oleh Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO) dan termuat di laman resmi Badan Pangan Nasional, "Pangan menjadi komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pilar utama pembangunan nasional". 

Menurut laporan di Badan Pangan Nasional, stok pangan pokok strategis dalam kondisi aman dan cukup, tetapi tentu harus berhati-hati atas munculnya berbagai ketidakpastian global. Oleh karena itu, penting untuk membangun ekosistem pangan nasional, salah satunya dengan peningkatan produksi pangan dalam negeri. 

Berdasarkan data Global Food Security Index (GFSI) yang mengukur keterjangkauan harga pangan, ketersediaan pasokan, kualitas nutrisi dan keamanan makanan, dan ketahanan sumber daya alam, ketahanan pangan Indonesia pada tahun 2022 berada di angka 60,2 dan terdampar di peringkat 69 dari 113 negara serta berada di bawah rata-rata global yang berada di angka 62,2. 

Hal ini tentu perlu menjadi perhatian karena Indonesia sendiri merupakan negara agraris yang mayoritas pekerjaan masyarakatnya berada di sektor pertanian. Hal seperti ini perlu ditindaklanjuti dengan berbagai program strategis yang bisa menjaga ketahanan pangan bukan hanya untuk jangka pendek, tetapi juga untuk jangka panjang dengan mewujudkan kemandirian pangan melalui swasembada pangan, seperti yang pernah terjadi pada tahun 1984. 

Langkah-langkah konkret dengan menyasar berbagai faktor dan berbagai pihak perlu dimasifkan oleh semua pemangku kepentingan dengan sinergi, kolaborasi, dan kontribusi seluruh pihak yang terlibat di dalam sektor pertanian, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, lembaga-lembaga, perusahaan-perusahaan, masyarakat, dan terutama petani sebagai pemasok sumber bahan pangan. 

Petani harus terus diberdayakan dan didorong untuk dapat menjaga kualitas dan kuantitas hasil panennya, terutama petani di komoditas pangan pokok dan strategis karena komoditas ini menghasilkan dampak multiplier atau efek pengganda akibat dari pengaruhnya yang meluas ke berbagai aspek dan sektor. Fluktuasi kuantitas dan kualitas dari hasil pertanian akan berakibat kepada harga bahan pokok, keterjangkauan bahan pangan, dan keterpenuhan gizi dari masyarakat sehingga ketahanan pangan menjadi salah satu syarat untuk mewujudkan visi besar Indonesia Emas 2045. 

Langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga pemenuhan bahan pangan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang adalah dengan langkah nyata pemerintah terlibat dalam kegiatan pertanian dari hulu ke hilir, dari petani hingga sampai ke tangan konsumen yang salah satunya dengan mengoptimalkan hasil panen dengan meningkatkan hasil panen per hektar dan mengurangi proporsi kegagalan panen. 

Demi terwujudnya hal tersebut, masalah-masalah pertanian seperti kegagalan panen, serangan hama dan penyakit, dan kurang maksimalnya pemanfaatan lahan harus diselesaikan. Pemerintah dapat terlibat aktif dengan memberikan subsidi dan bantuan, sekaligus mengatur melalui regulasi. 

Kesalahan lain yang sering dilakukan oleh petani adalah penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan dan tidak bijaksana. Pupuk dan pestisida kimia memang memiliki efek yang cepat dan terlihat, tetapi di sisi lain juga akan berdampak buruk dalam jangka panjang, misalnya menyebabkan resistensi hama, pencemaran lingkungan, penurunan kesuburan tanah, dan sumber penyakit bagi manusia. Hal ini perlu dipandang dengan bijaksana, pemerintah harus berani membuat regulasi karena dalam hal ini akan mengganggu rencana swasembada pangan dalam jangka panjang. 

Narasumber yang terdiri dari Akademisi, Dinas Pertanian, Petani, dan Pemerintahan Desa/dokpri
Narasumber yang terdiri dari Akademisi, Dinas Pertanian, Petani, dan Pemerintahan Desa/dokpri
Petani sebagai pengelola lahan pertanian pun harus peduli karena hal ini juga menyangkut mata pencaharian mereka yang jika tidak segera disadari, pendapatan mereka akan tergerus. Salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh petani adalah menggunakan pupuk dan pestisida organik dalam proses pertaniannya. Pupuk dan pestisida organik yang tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian, tetapi juga cenderung lebih aman dibandingkan pupuk atau pestisida kimia.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun