Romantisasi Menikah Di Usia SMA
Setelah suksesnya miniseri "Asya Story" di Genflix, saya bersemangat betul mencari cerita bersambung lainnya dari Wattpad untuk diadaptasi. Dan salah satu yang masuk dalam radar kami adalah cerita berjudul Married With Senior yang ditulis Cinta Prita.
Di tahun 2021 saya bersepakat dengan Cinta untuk mengadaptasi cerita tersebut menjadi miniseri dan mulai menulis skenarionya. Di tahun itu juga, Cinta membatalkan kerjasama dengan saya secara sepihak dan menginformasikan bahwa cerita tersebut sesungguhnya sudah deal dengan pihak lain sebelum saya.
Sewaktu hal tersebut terjadi, saya cukup marah. Tapi hari ini saya sama sekali tak menyesali keputusan tersebut. Saya bersyukur tak menjadi bagian dari sineas yang membuat film/serial/miniseri yang meromantisasi menikah muda.
Cerita serial "Married With Senior" setipe dengan "Argantara" yang beberapa waktu lalu dihujat netizen karena dianggap meromantisasi menikah muda. "Married With Senior" bercerita tentang Mika, seorang gadis yang terkenal badung, yang selau terlibat masalah dengan Angkasa, ketua OSIS dan siswa teladan di sekolah mereka. Sudah menjadi rahasia umum jika keduanya tak pernah akur. Dan tidak ada yang menyangka jika dalam waktu yang tak terlalu lama, keduanya memutuskan untuk menikah.
Bagi Cinta, penulis ceritanya, alasannya sederhana. Baik Mika maupun Angkasa ingin menjadi anak yang berbakti. Mika ingin menunaikan wasiat terakhir ayahnya untuk menikahi anak dari sahabat ayahnya. Sementara Angkasa ingin menyenangkan kedua orang tuanya setelah adiknya tercinta meninggal dunia.
Alasan Mika dan Angkasa untuk mau menikah di usia muda yang mungkin membuat netizen tak terlalu mempermasalahkan serial "Married With Senior" ketika dirilis di Vidio pada Februari 2022. Namun menjadi berbeda ketika cerita dengan plot yang hampir dan juga sama-sama diadaptasi dari cerita bersambung di Wattpad dirundung berjamaah oleh netizen dalam sebulan terakhir.
Film "Argantara" diadaptasi dari cerita bersambung di Wattpad berjudul sama karya Falitisyana yang sudah dibaca hampir 50 juta kali. Kisahnya tentang Syera dan Argantara yang terpaksa menikah di usia 16 tahun lantaran adanya persoalan utang dari keluarga Syera kepada keluarga Argantara. Dan Syera yang mesti menanggung utang tersebut. Pernikahan dilangsungkan dalam kondisi dimana semestinya mereka masih perlu menikmati masa remaja. Ada masalah ketidaksiapan mental di rentang usia tersebut yang tak dibahas utuh di film. Malah yang terjadi adalah romantisasi berlebihan dari cerita yang seakan menggambarkan bahwa menikah muda itu tak bermasalah dan tak punya beberapa konsekuensi besar. Dan penggambaran semacam ini potensial ditanggapi secara mentah-mentah oleh remaja yang menjadi target konsumen dari filmnya sendiri.
Soal jodoh dan menikah memang menjadi tema yang cukup disukai oleh pembaca novel maupun penonton film/serial/miniseri di negeri ini. Â Begitupun ada tanggung jawab moral yang berada di pundak pembuat film ketika membuat karya yang nantinya akan bisa diakses publik secara bebas. Terlebih dengan semakin kritisnya penonton/netizen yang justru bisa dilihat sebagai keinginan mereka agar kreator bisa membuat karya-karya yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
Di awal tahun 2000-an, RCTI sempat memutar sinetron "Pernikahan Dini" yang dibintangi Agnes Monica dan Syahrul Gunawan yang lantas direspon positif oleh penonton. Isunya memang cukup menarik: kehamilan di usia muda/hamil di luar nikah dan perbedaan status sosial. Dan sejak awal sinetron yang tayang hingga 78 episode itu sudah membeberkan bibit-bibit persoalan yang akan menghantui pasangan Dini dan Gunawan.
Saya memiliki dua anak perempuan, yang sulung beranjak remaja dan tentu saja tontonan sejenis "Argantara" meresahkan bagi orangtua seperti saya. Dan memang sejak punya anak, saya merasa punya tanggung jawab moral melebihi sebelumnya untuk menghasilkan karya yang kelak bisa saya pertanggungjawabkan ketika anak-anak saya mempertanyakan alasan saya membuatnya.
Tapi mungkin tak cukup sekedar mengkritik. Karya harus dibalas dengan karya. Untuk meng-counter tontonan sejenis "Argantara", saya dan tim penulis kami sedang menulis skenario miniseri berjudul "Usia 18". Sebuah cerita yang berbanding 180 derajat dengan "Argantara" karena justru memperlihatkan betapa kelamnya hubungan yang harus dijalani dua orang yang belum dewasa dan belum siap mental untuk membangun rumah tangga.
Kepedulian kita untuk terus mengedukasi penonton agar lebih bijak memilah dan memilih tontonan mesti terus digalakkan meski "Argantara" resmi melewati angka 1 juta penonton dan menjadi film Indonesia terlaris nomor 14 di tahun 2022 per 13 Januari 2023.
Ichwan Persada adalah sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H