Alkisah, di sebuah desa terpencil, hidup seorang lelaki kebapakan bernama Rugin. Ia berumur tiga puluh lima tahun dan belum menikah. Bapak dan ibunya meninggal cukup lama. Rugin hidup sebatang kara. Dia tinggal di rumah sederhana warisan kedua orang tuanya. Sebuah rumah kayu tua. Di samping kanan dan kirinya, rumah besar dan megah berdiri tegak. Hanya ia sendiri yang benasib susah.
Suatu ketika ia ingin pergi ke sebuah kamar mandi umum. Rugin memakai sepatu bot tua yang baru dipakai olehnya. Tapi ia tahu banyak orang mengetahui bahwa sepatu bot itu milik Pak Sugini, ayah Karto. Sepatu bot itu peninggalan ayahnya dan disimpan rapi di dalam lemari kamarnya. Sandal yang dipakainya rusak dan ia terpaksa keluar memakai sepatu bot itu. Sepatu bot itu tampak kusam dan penuh debu. Warnanya sudah kusut termakan oleh waktu. Banyak lubang pada sepatu itu, bahkan lubang besar berada pada pucuk sepatu kanan Kerot. Banyak orang melihat sepatu Rugin. Mereka tertawa terbahak-bahak. Rugin hanya tersenyum kecut.
Dalam hati, Rugin berkata,
“ Emang kenapa, suka-suka gue donk.”
Aroma tubuh Rugin terasa menyengat hidung. Sudah dua hari, ia tidak mandi. Di dalam rumahnya tidak terdapat kamar mandi. Sedangkan ia baru punya uang dua ribu perak untuk membayar jasa kamar mandi umum. Ia pun bergegas menuju kamar mandi umum itu. delapan kamar manid umum itu terussun rapi. Dan semuanya tampak penuh. Tapi tidak ada yang mengantre. Salah satu kamar mandi terbuka. Seorang lelaki kepabakan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya. Ia langsung membayar pada penjaga kamar mandi itu. Rugin dengan cepat masuk kamar mandi itu. Sebelum itu, ia melepas sepatu botnya miliknya. Ia langsung menyiram tubuhnya dengan air. Ia bernyanyi, bersiul menikmati air bersih yang dingin.
Setelah selesai, Rugin membuka pintu kamar mani. Ia melihat semua kamar mandi, tampak kosong. Hanya tinggal sebuah kamr mandi yang tertutup rapat. Rugin pun menunduk. Ia melihat sebuah sepatu hitam sangat mengkilat dan bersih dan tampak mahal. Sedangkan di sampingnya, sepatu bot kusut tampak menyebalkan di matanya. Rugin melirik kanan dan kiri. Tidak seorang pun terlihat di matanya. Nafsu Rugin untuk mengambil sepatu itu semakin menjadi-jadi.
“ Ini kesempatanku untuk mengubah hidupku. Aku bisa menjual sepatu itu, lalu kugunakan uang untuk membeli banyak sepatu yang lebih murah. Lagi pula tidak ada orang yang melihat he...he...he...” ucapnya sambil teratwa pelan.
Tanpa berpikir panjang, Rugin mengambil sepatu hitam yang tampak mengkilat itu. Ia segera memakainya dan berlari menjauh kamar mandi. Dan ia pun tidak membayar jasa kamar mandi. Ia berlari sambil tertawa terbahak-bahak.
Tidak berselang lama, pintu kamar mandi terbuka. Seorang lelaaki bertubuh gempal berjalan keluar dari kamar mandi. Ia tersentak keget. Sepatunya berubah menjadi sepatu bot kusam. Seketika itu, juga seorang lelaki penjaga kamar mandi datang membawa sebungkus nasi kucing.
“ Siapa yang berani mengambil sepatu mahalku. Lalu diganti dengan sepatu bot jelek begini,” ucap seorang lelaki itu penuh luapan emosi.
Seorang penjaga kamar mandi itu berkata,