Mohon tunggu...
Ichwan Navis
Ichwan Navis Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Obat Anti Kematian

15 September 2016   08:28 Diperbarui: 15 September 2016   08:42 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah zaman dulu hidup seorang raja sangat berkuasa. Kekuasaannya meliputi penjuru dunia beserta isinya. Sehingga dia dihormati semua makhluk. Tidak ada seorang pun berani membangkang perintahnya. Hanya Tuhan Nya saja disembah olehnya karena dia juga seorang beriman yang taat, dan juga dicintai olehnya sehingga membuahkan ketakutan jikalau dia seenaknya saja memerintahkan sekaligus membuat aturan yang merugikan rakyatnya. Untuk itu, dia menjadi raja seadil adilnya. 

Rakyat dan para petinggi sangat mencintainya, sehingga mereka tidak ingin kehilangan sosok pemimpin itu. Hari demi hari, sang raja semakin menua. Meskipun umurnya sangat panjang, hanyalah waktu saja yang akan memisahkan jiwa dan raga. Apalagi raja itu telah melalui fase fase perjalanan panjang di dunia dengan asam dan garam di dalam kehidupan, manis dan pahit kehidupan. 

Para pengawal dan petinggi di sana berkumpul. Sang raja duduk di atas singgasananya. Saking mencintai sang raja, seorang petinggi maju ke hadapan sang raja. Dia membawa sebuah obat dan menawarkannya pada raja.

Dia berkata,

“Raja kami, kami sangat mencintai Anda. Dan Kami melihat Anda telah memasuki usia senja. Kami sangat khawatir jikalau Anda meninggalkan kami sementara Anda seolah nyawa kami. Untuk itu, saya pribadi diberi oleh tabib tercerdas dan terpandai sekaligus terpercaya berupa obat ini. Saya tidak darimana dan dari siapa dia dapat. Tapi dengar dengar, dia dapat ilham dari langit dengan seorang perantara makhluk yang memberikan obat untuk dia, untuk kemudian diminum hanya untuk Anda. Sekali lagi, tidak ada yang boleh minum obat ini, selain Anda, Baginda.”

Dia melanjutkan,

“Obat ini adalah obat anti kematian. Jikalau Anda meminumnya, maka Anda akan hidup selamanya sehingga hari kehancuran ini tiba. Anda akan menjadi satu satunya manusia paling abadi di dunia ini. Ketika semua manusia di sini menjadi tulang belulang, Anda masih hidup dan menikmati keindahan dunia. Anak cucu dan generasi kita akan melihat Anda penuh kebahagiaan.”

Dia melanjutkan,

“Bagaimana, Baginda. Apakah Anda menerima obat. Kami di sini berharap sangat lagi harap Anda menerima obat ini.”

Sang raja tersenyum tipis. Dia menjawab penuh kelembuta kata,

“Sebaiknya hancurkan saja obat itu. Jangan ada bekasnya lagi di muka bumi ini. Dan aku menolaknya.”

Seketika semua orang di situ tercengang dengan sikap sang raja. Semua terdiam tidak berani merespon. Tapi petinggi pemegang obat itu memberanikan diri,

“Baginda, mengapa Anda menolak ? Anda akan hidup selamanya sampai hari kiamat tiba.”

Sang raja menjawab,

“Jika aku meminumnya, memang aku akan hidup abadi sampai dunia hancur. Jika aku meminumnya, memang aku bisa melihat anak cucu dan semua keturunanku sampai hari kiamat tiba. Jika aku meminumnya, memang aku bisa berkuasa sampai hari kiamat.”

Sang raja terdiam sejenak, lalu kembali melanjutkan,

“ Namun, ketika aku hidup selamanya, setiap detik, setiap waktu, hari hariku akan diisi kesedihan nyata. Kesedihan berkepanjangan yang tiada ujungnya. Kesedihan yang semakin diriku tersiksa sedangkan diriku akan hidup abadi. Ketika aku hidup abadi, maka aku akan melihat anakku meninggal secara langsung, dan betapa sakitnya jiwaku. Belum sempat reda, maka aku akan menyaksikan cucuku meninggal. Belum sempat sembuh, maka aku menyaksikan keturunan demi keturunan meninggal secara bergiliran. Kalian tahu betapa sedihnya kalian ditinggal oleh orang tercinta kalian. Lalu bagaimana perasaanku ini yang juga sebagai manusia menyaksikan orang orang yang kucintai dengan rasa perih dipanggil hari, detik, dan waktu. Sedangkan aku masih hidup. Maka musnahkan obat itu. Aku tak mau mengambilnya. Dan jangan pernah ada orang mengambilnya.”

Seketika semua tersentak mendengar penjelasan sang raja. Mereka tahu arti hidup sesungguhnya. Mereka mendapat pelajaran hebat dari pimpinan mereka. Seketika air mata mereka membasahi pipi, lalu seketika ruangan mewah itu berubah keheningan sekaligus tangis yang mengharukan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun