Mohon tunggu...
Ichwan Muttaqin
Ichwan Muttaqin Mohon Tunggu... Koki - cantrik

Tirakat yang paling utama adalah membaca, dan ibadah yang paling membekas adalah menulis (Allah yarham Gus Dur)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Guru Nasional, Mengulik Trilogi Bapak Pendidikan

25 November 2024   22:15 Diperbarui: 25 November 2024   23:16 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ki Hajar Dewantara (dok. Kumparan)

Hari Guru Nasional setiap tahun menjadi momen refleksi akan pentingnya peran guru dalam membangun bangsa. Tahun ini, tema "Guru Hebat, Indonesia Kuat" menegaskan bahwa kualitas pendidikan tidak terlepas dari kualitas guru sebagai agen perubahan. Guru adalah pilar utama dalam menciptakan generasi penerus yang berdaya saing, memiliki karakter kuat, dan berkontribusi nyata untuk bangsa. 

Gagasan Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan Indonesia, yang menyatakan, "Semua tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru," memberikan perspektif luas tentang pendidikan. Pendidikan tidak hanya berlangsung di ruang kelas, tetapi dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini menekankan bahwa peran guru tidak terbatas pada institusi formal, tetapi juga terwujud dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan. 

Makna Gagasan Ki Hajar Dewantara 

Gagasan bahwa "semua tempat adalah sekolah, dan semua orang adalah guru" menunjukkan bahwa pendidikan adalah proses berkesinambungan yang terjadi di mana saja dan kapan saja. Orang tua, teman, tetangga, hingga lingkungan sosial, semuanya dapat menjadi "guru" yang memberikan pelajaran. Misalnya, keluarga adalah sekolah pertama bagi anak-anak, di mana orang tua menjadi guru utama yang mengajarkan nilai-nilai dasar seperti kejujuran, disiplin, dan kasih sayang. 

Di lingkungan masyarakat, interaksi dengan sesama menciptakan pembelajaran sosial yang membentuk kepribadian. Dalam konteks ini, setiap individu dapat menjadi teladan atau inspirasi bagi orang lain. Dengan pandangan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama, baik guru, orang tua, maupun lingkungan yang menciptakan sinergi yang kuat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Relevansi Nilai Trilogi Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Modern  

Trilogi Ki Hajar Dewantara menawarkan prinsip-prinsip mendasar yang tetap relevan dalam konteks pendidikan modern: 

Pertama, Ing Ngarso Sung Tulodo (Memberi Teladan)

Guru adalah teladan utama bagi siswa. Sikap, ucapan, dan tindakan guru memiliki dampak besar dalam membentuk karakter siswa. Di era digital ini, peran teladan guru juga meluas pada pengajaran tentang bagaimana menggunakan teknologi secara bijak, melindungi diri dari dampak negatif internet, dan memanfaatkan informasi untuk hal-hal produktif. Teladan yang diberikan guru tidak hanya membantu siswa memahami ilmu pengetahuan, tetapi juga membangun integritas dan nilai moral mereka. 

Kedua, Ing Madya Mangun Karso (Memberi Motivasi)  

Dalam perannya di tengah siswa, guru menjadi motivator yang mendorong semangat belajar, kreativitas, dan rasa ingin tahu. Guru hebat mampu mengenali potensi masing-masing siswa, memberikan dukungan untuk mengembangkan bakat mereka. Misalnya, seorang guru seni yang melihat bakat lukis pada seorang siswa tidak hanya mengajarkan teknik, tetapi juga mendorong kepercayaan diri siswa untuk menunjukkan karyanya kepada dunia. 

Ketiga, Tut Wuri Handayani (Mendorong dari Belakang)

Guru juga memiliki peran mendukung kemandirian siswa dengan memberi mereka kebebasan untuk mengeksplorasi, namun tetap dalam pengawasan. Prinsip ini penting untuk mempersiapkan siswa menjadi individu yang mampu berpikir kritis, mengambil keputusan sendiri, dan bertanggung jawab atas pilihannya. Di tengah tantangan globalisasi, dukungan ini menjadi esensial agar siswa dapat bersaing di dunia yang semakin kompleks. 

Tantangan dan Peluang Guru Hebat dalam Mewujudkan Indonesia Kuat

Peran guru di Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan. Kesenjangan pendidikan di daerah terpencil, akses terbatas terhadap teknologi, hingga beban administratif yang tinggi sering kali menjadi hantaman bagi guru untuk fokus pada pengajaran. Selain itu, era globalisasi menuntut guru untuk terus beradaptasi dengan perubahan, baik dalam metode pengajaran maupun dalam memahami kebutuhan generasi baru yang lahir di era digital. 

Namun, tantangan ini juga membawa peluang besar. Dengan kemajuan teknologi, guru dapat mengakses pelatihan daring, berbagi pengalaman dengan komunitas guru di berbagai wilayah, dan memanfaatkan sumber belajar yang tak terbatas. Pemerintah juga berperan penting dalam menyediakan kebijakan yang mendukung, seperti pelatihan kompetensi, peningkatan kesejahteraan, dan akses yang merata terhadap infrastruktur pendidikan.

Pimpin HGN 2024, Mendikdasmen Prof. Dr. Abdul Mu'ti Tgaskan Komitmen Peningkatan Kualitas Guru (dok. waspada.id)
Pimpin HGN 2024, Mendikdasmen Prof. Dr. Abdul Mu'ti Tgaskan Komitmen Peningkatan Kualitas Guru (dok. waspada.id)

Mengutip dari tasadmin.id, dalam pidatonya tadi (25/11), Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Abdul Mu'ti menyampaikan bahwa kementerian saat ini berupaya untuk meningkatkan kualitas guru melalui tiga program prioritas.

Pertama, pemenuhan kualifikasi guru. Terdapat ratusan ribu guru yang belum berpendidikan Diploma IV atau Strata 1. Secara bertahap, kementerian berusaha memberikan kesempatan bagi para guru untuk dapat melanjutkan studi ke jenjang pendidikan D-IV/S-1.

Kedua, meningkatkan kompetensi guru tidak terbatas pada kompetensi akademik, pedagogik, moral, dan sosial tetapi juga kewirausahaan, dan kepemimpinan melalui berbagai pelatihan. Dalam rangka memperkuat pendidikan karakter dan akhlak mulia, kementerian mulai memberikan pelatihan bimbingan konseling dan pendidikan nilai bagi para guru kelas dan guru bidang studi.

Ketiga, kementerian berusaha meningkatkan kesejahteraan guru melalui sertifikasi baik bagi guru ASN PNS dan PPPK, maupun non-ASN. Dengan peningkatan kesejahteraan, para guru diharapkan dapat meningkatkan dedikasi dan kualitas pembelajaran.

Oleh sebab itu, manusia hebat bukan mereka yang tidak hanya mampu mengatasi tantangan, tetapi juga melihat peluang untuk terus belajar dan berinovasi. Dengan menciptakan generasi muda yang kreatif, kritis, dan berkarakter, guru hebat menjadi fondasi bagi Indonesia yang kuat. 

Pendidikan adalah proses kolektif yang melibatkan semua pihak. Guru, dalam segala bentuk dan kapasitasnya, memegang peranan penting sebagai motor penggerak perubahan. Nilai-nilai Trilogi Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama, di mana guru formal, orang tua, masyarakat, dan lingkungan harus berkolaborasi. 

Hari Guru Nasional adalah waktu yang tepat untuk merenungkan jasa para guru yang telah membimbing dan menginspirasi kita. Tanpa mereka, tidak ada individu yang berhasil mencapai potensi terbaiknya. Mari kita dukung guru-guru Indonesia agar terus tumbuh menjadi pendidik yang hebat, karena dari mereka lahir generasi kuat yang akan memajukan bangsa. 

Selamat Hari Guru Nasional, terima kasih atas dedikasi dan pengabdianmu untuk negeri!

Lemah teles, Gusti pengeran seng bales..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun