Istri yang sudah berumur pun merasa menyesal, sehingga di pikirannya timbul suatu niat yang sekiranya mustahil dilakukan, tapi dia membulatkan tekadnya tersebut
Suatu hari Istrinya datang ke Toapekong, berdoa untuk di berikan keturunan, ternyata keinginannya berjodoh, bertemulah ia dengan perantara antara alam dewa purba dengan manusia yang memiliki keinginan ini,
Si penghulu berkata, "jika ingin anak kamu harus menukar dengan nyawamu, tapi anak yang lahir bukan lahir dari rahim mu",
Si istri berpikir panjang untuk mengambil keputusan, di saat sudah mantap si istri mengiyakan syarat tersebut,
Setelah itu di adakanlah ritual tukar nyawa dengan darah si istri dan segala sesajen untuk memateraikannyaÂ
Setelah ritual berakhir si penghulu dewa purba berkata, pergilah turuni gunung menuju daerah pantai barat, carilah toapekong dengan topi emas namanya adalah tepekong Cisauk, di sana carikanlah calon istri muda untuk suamimu, yang akan mengandung keturunanmu, darah mu akan ada pada anak keturunan istri muda itu
Tak lama dari itu si istri yang sudah tua ini turun gunung, dengan mengandalkan kereta kuda, sandal jepit, dan barang seadanya yang di panggul, mulai menyusuri daerah pantai barat yang sekarang namanya Banten, di zaman itu tidak ada kendaraan selain kuda
Sampailah dia di daerah Cisauk, singkat cerita, akhirnya si istri menemukan seorang wanita perawan yang sekiranya berjodoh, untuk menjadi cawan untuk anak keturunannya.
Di bawanyalah si anak perawan ini menghadap suaminya, lalu si istri meminta si suami untuk mengambilnya menjadi istri kedua