Mohon tunggu...
Rizki Sudhana
Rizki Sudhana Mohon Tunggu... Desainer - Web Designer

desainer visual - ui - produk - interior - exterior

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita Seribu Wajah

8 Januari 2025   19:43 Diperbarui: 10 Januari 2025   18:36 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

wikipedia witch
wikipedia witch

adalah seorang ibu rumah tangga yang biasa biasa saja, yang luar biasa adalah hal tak kasat mata yang mengikutinya,  ayah dari oma , kakek buyut berasal dari Tiongkok, di zaman perang sebagai penguasa pasar cipanas, sampai tua masih juga belum punya anak walaupun ada dua istri, pada akhirnya istri pertama membuat perjanjian ikat darah di  toapekong. gambar (patung) dewa yang dipuja dalam kelenteng ,  menumbalkan dirinya sendiri agar istri kedua memperoleh keturunan
, perjanjian ikat darah itu berhasil, istri kedua melahirkan anak tunggal, tidak lama istri pertama meninggal, dan di pesankan bahwa si anak yang lahir adalah  titisan istri pertama, rupa dari tak kasat mata yang mengikuti adalah mistik yang sangat kuat, menyerupai wanita tionghoa kuno berambut panjang sampai mata kaki, kadang berupa burung gagak, yang mengikuti sampai akhir hayatnya

Latar belakang orangtua mungkin sanja memberikan impartasi tak baik bagi si perempuan seribu wajah, kadang banyak yang bilang nasibnya adalah karma buruk dari ayahnya.

Sejarah si wanita seribu wajah,  menikah di usia cukup muda 25 tahun, profesi sangat baik,  lulusan kedokteran bahkan suami juga dokter spesialis, ketika mengandung anak ke tiga, dilarang suami untuk bekerja dan jadi ibu rumah tangga selamanya, tetapi di sisi lain ayahnya yang sangat keras memerintahkan untuk tetap bekerja, alhasil dia tidak mengindahkan perintah suaminya dan menjalankan perintah ayahnya untuk terus bekerja, dari peristiwa itu keretakan keluarga dan rumah tangga terjadi yang menjadi awal mula kerusakan sistemis pikiran, akibatnya terjadi perdarahan hebat ketika mengandung anak ketiga, beruntung anak ketiga tetap lahir dengan selamat

Drama seribu wajah di mulai bergulung seperti angin puting beliung dan ombak lautan dengan aktor utama si perempuan
Akibat itu suami tidak tahan, pelarian lumrahnya seorang laki laki di masanya adalah, diskotik, wanita malam, narkoba, judi, di masa orde baru semuanya mudah didapatkan.

Tidak lama si suami meninggalkan rumah ketika anak pertama berusia 14 tahun, menikah lagi dan memiliki 4 orang anak, tapi takdir berkata lain, meninggalkan dan bercerai dengan tujuan membentuk keluarga yang lebih baik, dan kebenaran terungkap beliau menjadi seorang mualaf dan menjalani kehidupan beragama yang baik baik sampai akhir hayatnya, anak anak dari istri barunya sangat menyayanginya

Beda cerita, si perempuan berwajah seribu, begitu kental hidupnya dengan kegelapan dan pergolakan batin, di setiap langkahnya adalah drama tanpa akhir

Teman temannya adalah wanita wanita yang tidak jauh dari perselingkuhan, para wanita itu seringkali mendatangi peramal tarot untuk mengetahui seperti apa masa depan, berharap ada sesuatu yang memuaskan birahi hatinya

Pernah suatu waktu di bawa nya lah dia  oleh  Ayahnya (opa) ke sebuah perkampungan dukun dukun sakti, di satu rumah panggung besar ada sekitar tigapuluh dukun yang mengitari rumah panggung tersebut, di mulailah ritual di mana mantra mantra berkumandang untuk melepaskan perempuan ini dari jerat para laki laki yang menginginkannya dengan azimat azimat tali pengikat, si dukun berkata ada banyak sekali pengikat yang di lilitkan ke tubuh wanita ini, peristiwa kelam yang pernah dialami

wikipedia witch
wikipedia witch

Memanfaatkan laki laki sebagai tong sampah dan nafsu birahi adalah hal yang biasa, lalu di lupakan begitu saja oleh perempuan ini

Tak hanya itu balas dendam terbesarnya adalah membuat drama epik, mempengaruhi mantan mertua agar namanya tetap diagungkan dan diakui di keluarga besar suami, bahkan ketika suami meninggal , nama yang tertera adalah di berita dukacita adalah namanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun