Mohon tunggu...
Icha Nur Aftavia
Icha Nur Aftavia Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

Travelling

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hati-Hati! Kesepian Risiko Penyakit Parkinson

13 Mei 2024   19:09 Diperbarui: 13 Mei 2024   19:17 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Parkinson adalah salah satu jenis penyakit neurodegeneratif yang paling umum muncul setelah Alzheimer. Penanganan penyakit ini memerlukan diagnos medis yang akurat. Riset terbaru yang telah diterbitkan di JAMA neurolgy menunjukkan ternyata kesepian dapat meningkatkan resiko penyakit Parkinson.

“Temuan ini menambah bukti bahwa kesepian merupakan faktor penentu kesehatan psikososial yang substansial,” ungkap salah satu penulis, dilansir upi.com.
Studi tersebut menyebutkan orang yang diindikasi kesepian memiliki kemungkinan 37% lebih besar dapat didiagnosis Parkinson.

Kesimpulan ini tetap dipertahankan setelah peneliti memperhitungkan beberapa variabel yang mempengaruhi antara lain faktor demografi, status sosial ekonomi, isolasi sosial, risiko genetik, merokok, aktivitas fisik, indeks massa tubuh, diabetes, hipertensi, stroke, serangan jantung, depresi dan konsultasi dengan psikiater.


Menurut Yayasan Parkinson, penyakit ini menyerang 10 juta orang di seluruh dunia. Hampir 1 juta orang di Amerika Serikat terkena dampaknya, dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 1,2 juta pada tahun 2030. Angka kejadiannya terus meningkat seiring bertambahnya usia, namun diperkirakan 4% penderita Parkinson didiagnosis sebelum usia 50 tahun. Pria 1 1/2 kali lebih mungkin terkena Parkinson dibandingkan wanita.


Peneliti utama studi tersebut, yang juga professor di departemen Geriatri di Florida State University College of Medicine di Tallahassee, Dr. Antonio Terracciano, mengatakan dalam laman upi.com “kesepian dan ukuran keterhubungan sosial lainnya sebelumnya telah dikaitkan dengan penyakit neurodegeneratif lainnya, seperti penyakit Alzheimer dan demensia. Namun, sepengetahuan kami, belum ada penelitian sebelumnya yang menguji hubungannya dengan penyakit Parkinson."


Temuan penelitian ini menambah bukti baru mengenai penyakit Parkinson dan lebih lanjut mendukung rekomendasi mengenai potensi efek perlindungan dan penyembuhan dari hubungan sosial yang bermakna secara pribadi,” kata Terracciano.

Para peneliti menggunakan sampel berbasis populasi dari peserta Biobank Inggris berusia 38 hingga 73 tahun dengan data “kesepian” dan “tanpa diagnosis Parkinson” pada awal pengumpulan data. Peserta pertama kali diuji yaitu dari 13 Maret 2006 hingga 1 Oktober 2010, dan diteliti hingga kurun waktu 15 tahun.
Penelitian tersebut mengukur kesepian dengan mengajukan pertanyaan, “Apakah Anda sering merasa kesepian?” Jawaban diberi kode 0 untuk tidak dan 1 untuk ya.


Dari 491.603 peserta, sebanyak 54,4% adalah perempuan dengan usia rata-rata 56,54 tahun, dan sebanyak 2.822 peserta dari prosentase tersebut akhirnya menderita Parkinson selama masa penelitian berlangsung .

Para peneliti mendefinisikan kesepian sebagai "perasaan subjektif menyusahkan yang timbul dari ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang diinginkan dengan yang dirasakan."


Mereka mencatat bahwa hal ini ditandai dengan “meningkatnya kerentanan emosional, kewaspadaan yang berlebihan,overthinking atau pemikiran terus-menerus tentang peristiwa negatif di masa lalu atau di masa depan.

“Selain dampak emosionalnya, individu yang merasa kesepian cenderung menjalani gaya hidup tidak sehat dan memiliki profil klinis yang lebih buruk,” tulis mereka.


Alessandro Di Rocco, seorang professor neurologi di Zucker School of Medicine di Hofstra Northwell dan dierektur sistem neurologi Parkinson di Northtwell Health di New York turut berpendapat bahwa “ini adalah penelitian yang inovatif, dengan temuan yang sangat menarik dan mengejutkan, yang menyoroti bagaimana kesepian tidak hanya berdampak pada kesejahteraan psikologis, namun juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit Parkinson." Dia menambahkan bahwa temuan ini dapat diakibatkan oleh konsekuensi gaya hidup tertentu yang terkait dengan “kesendirian,” seperti kebiasaan makan yang kurang sehat, rendahnya tingkat aktivitas fisik, dan penurunan sosialisasi.

Nandakumar Narayanan, profesor neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Iowa Carver dan ahli saraf di Rumah Sakit dan Klinik Universitas Iowa di Iowa City juga mengatakan jika penelitian tersebut patut dipuji karena mengikutkan sekelompok besar peserta dalam jangka waktu yang sangat lama untuk mengevaluasi kemungkinan hubungan antara kesepian dan Parkinson.

Meskipun ada potensi variabel perancu, penelitian ini membantu memperluas pemahaman kita tentang bagaimana faktor sosial mempengaruhi kesehatan kita secara keseluruhan, dan keterlibatan sosial dapat menjadi pelindung terhadap perubahan kognitif dan demensia,” kata Dr. Molly Cincotta.


Sejalan dengan hal tersebut, Dr. Kathleen M. Shannon, profesor dan ketua departemen neurologi di Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Wisconsin di Madison,menyatakan bahwa Parkinson adalah penyakit otak yang semakin umum dengan dampak pribadi, sosial dan keuangan yang signifikan.

Secara umum, kesepian dikaitkan dengan hasil penuaan yang sangat buruk. Jika kita ingin menjalani kehidupan yang terbaik apa yang harus dilakukan? Kita harus menemukan gairah dan tujuan, menjalin hubungan yang kuat dan menerapkan kebiasaan sehat seperti pola makan yang baik dan olahraga.


"Saya selalu memberi tahu pasien saya bahwa istirahat itu berlebihan, istirahat sama saja dengan karat, dan mereka harus aktif secara fisik dan sosial semaksimal mungkin," kata Shannon.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun