Mohon tunggu...
Annisa Stningsih
Annisa Stningsih Mohon Tunggu... Seniman - Singer - Song writer - Script writer

Singer - Song Writer - Writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kado untuk Bapak

31 Desember 2020   17:52 Diperbarui: 31 Desember 2020   18:21 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah sudah berapa surat yang kami tulis setiap hari, tapi itu adalah cara kami berbagi kebahagiaan setiap hari dengan cara yang sederhana.

Pagi itu aku melihat Bapak pergi bekerja tanpa sepatu, beliau hanya mengenakan sandal jepit berwarna biru. Saat aku bertanya kenapa, beliau hanya menjawab kakinya sedang sakit jadi Bapak diijinkan untuk bertugas tanpa sepatu sampai kakinya sembuh.

Aku perhatikan dari jauh kaki Bapak sepertinya baik-baik saja tapi ya sudah mungkin memang benar kaki Bapak sedang sakit dan tidak nyaman disaat harus bersepatu. Pemandangan itu terus berlangsung selama beberapa hari sampai aku menyarankan Bapak untuk berhenti bekerja sampai kaki Bapak benar-benar sembuh.

Tapi seperti biasa, beliau pasti menolak dan tetap pergi bekerja. Disaat seperti inilah aku seringkali merasa sedih, merasa tidak mampu berbuat lebih untuk meringankan beban Bapak. Andai saja aku sudah bisa menghasilkan uang sendiri, aku ingin Bapak menikmati masa tuanya di rumah tanpa harus bekerja.

Saat libur sekolah tiba aku memutuskan untuk membersihkan rumah sekaligus merubah posisi beberapa ruangan untuk mencari suasana baru. Kebetulan Bapak baru saja pergi bertugas jadi aku sangat leluasa untuk mulai berkatifitas. Rumah kami tidak terlalu besar, rumah sederhana dengan bangunan tua yang terus kami rawat.

Satu persatu ruangan aku bersihkan dan terakhir aku masuk ke kamar Bapak, sangat semrawut dengan beberapa baju yang tercecer di beberapa tempat dan isi lemari yang juga sangat tidak tertata dan berantakan.

Semenjak ujian kemarin waktuku memang sangat terkuras untuk belajar dan belajar. Jadi dalam 2 minggu terakhir ini aku memang tidak pernah masuk ke kamar Bapak untuk sekedar membereskan tempat tidurnya atau mengambil beberapa baju cucian.

Aku mulai menggeser beberapa benda, menyapu, merapikan meja sampai kolong tempat tidur yang jarang sekali terjamah. Tak sengaja aku melihat keresek berwarna hitam tepat di bawah tempat tidur Bapak. Entah kenapa rasa ingin tahuku cukup besar untuk melihat isi di dalamnya. 

Perlahan kubuka, seketika itu  air mataku tak tertahan. Rupanya sepatu Bapak rusak, Bapak sengaja berbohong dengan kondisi kakinya untuk menutupi keadaan sebenarnya. Bapak belum mampu untuk membeli sepatu baru karena baru saja Bapak harus membayar SPP ku yang sudah tertunggak agar aku bisa mengikuti ujian sekolah. Tangisku tak tertahan sambil terus memeluk sepatu Bapak yang rusak.

Bismillahirrohmanirrohiim, aku pecahkan celengan tanah liatku yang sengaja aku beli beberapa bulan yang lalu. Setiap hari aku sisihkan uang bekalku yang tidak seberapa untuk aku masukan ke dalam celengan tersebut. Setidaknya, Bapak tidak harus menanggung biaya kuliahku sendiri disaat aku lulus nanti dan masuk ke perguruan tinggi sesuai keinginannya.

Yang aku tahu, biaya masuk ke perguruan tinggi itu cukup mahal, bahkan terlampau mahal untuk aku dan Bapak. Saat itulah aku bertekad untuk menabung meskipun dengan jumlah nominal yang kecil setiap harinya. Tapi saat ini Bapak butuh sepatu, mudah-mudahan saja isi celengan ini cukup untuk membelikan Bapak sepatu baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun