Rendahnya pengetahuan tentang hak-hak mereka dan ketergantungan pada pasangan, baik secara finansial maupun sosial, sering kali membuat korban KDRT sulit untuk keluar dari situasi yang tidak aman.
4. Ketidaksiapan Mengelola Rumah Tangga
Menikah pada usia muda tanpa kesiapan mental dan emosional dapat mengakibatkan ketidaksiapan dalam mengelola rumah tangga. Tanggung jawab besar sebagai pasangan dan orang tua dapat menjadi beban yang sulit diatasi bagi mereka yang belum matang secara emosional. Hal ini bisa menyebabkan ketidakpuasan dalam pernikahan, perceraian dini, dan masalah dalam pola asuh anak.
Anak yang lahir dari pernikahan semacam ini berisiko mengalami pengasuhan yang tidak optimal karena orang tua yang belum siap, baik dari segi emosi maupun finansial. Dampaknya, anak bisa tumbuh dalam lingkungan yang kurang stabil dan penuh konflik.
5. Isolasi Sosial
Menikah muda sering kali memutus jaringan sosial yang dimiliki oleh remaja. Mereka mungkin kehilangan kesempatan untuk bersosialisasi dengan teman sebaya dan terlibat dalam kegiatan sosial. Isolasi ini dapat memperburuk kondisi mental, mengingat dukungan sosial sangat penting dalam perkembangan individu yang sehat.
Selain itu, pernikahan muda yang dipaksakan sering kali menimbulkan perasaan rendah diri dan ketidakberdayaan, terutama ketika mereka tidak memiliki kendali atas pilihan hidup mereka sendiri.
6. Pelestarian Kemiskinan Antar-Generasi
Menikah muda cenderung melanggengkan siklus kemiskinan. Ketika pasangan tidak memiliki pendidikan yang memadai, keterampilan, atau peluang kerja yang baik, mereka sering kali sulit keluar dari kemiskinan. Kemiskinan ini juga dapat diwariskan kepada anak-anak mereka, menciptakan siklus kemiskinan antar-generasi yang sulit diputus.
Kesimpulan
Menikah muda karena dipaksa keluarga membawa dampak negatif yang signifikan, baik dari segi kesehatan, psikologis, pendidikan, maupun sosial. Tekanan keluarga untuk menikah pada usia muda sering kali diakibatkan oleh faktor budaya, sosial, dan ekonomi, namun dampak jangka panjang dari pernikahan semacam ini tidak boleh diabaikan. Penting untuk mendorong kesadaran akan hak-hak individu untuk memilih kapan dan dengan siapa mereka ingin menikah, serta mendukung akses terhadap pendidikan dan informasi yang lebih baik tentang kesehatan reproduksi dan pernikahan.