Mohon tunggu...
Icha Nors
Icha Nors Mohon Tunggu... Guru - ibu rumah tangga, pendidik

Berhenti melihat jam/waktu dan mulai melihat dengan mata\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Malu dan Menyesal Setelah Menyaksikan MQK 2017

9 Desember 2017   22:20 Diperbarui: 9 Desember 2017   22:43 7985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Untuk menjadi alim (seorang yang pandai/mempunyai ilmu agama yang mumpuni) perlu proses yang panjang (tidak instan), sulit dan perlu ketekunan. Kita patut berbangga ternyata masih banyak generasi muda anak bangsa yang mampu membaca dan memahami kandungan kitab gundul (tak berharokat) atau kitab kuning, Ini merupakan asset negara yang tak ternilai," lanjut beliau.

Ada beberapa jenis dan kategori lomba di Musabaqoh Qiroatil Kutub ini:

Pertama, lomba membaca, menerjemahkan, dan memahami kitab kuning. Total ada 25 bidang yang akan dimusabaqohkan dan terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu dasar, menengah, dan tinggi.

Untuk Marhalah Ula (tingkat dasar ada lima bidang lomba, yakni Fiqh, Nahwu (Gramatika Bahasa Arab), Akhlak, Tarikh (Sejarah), dan Tauhid. "Marhalah ula diikuti santri yang sudah berada di pesantren minimal satu tahun, dan berusia maksimal lima belas tahun kurang sehari,

Untuk Marhalah Wustha (tingkat menengah), ada sembilan bidang lomba, yakni Fiqh, Nahwu (Gramatika Bahasa Arab), Akhlak, Tarikh (Sejarah), Tafsir, Hadits, Ushul Fiqh, Balaghah, dan Tauhid.

Kedua, lomba debat konstitusi berbasis kitab kuning. Lomba ini menggunakan Bahasa Arab dan Inggris.

Ketiga, Eksibisi, yaitu pertunjukkan atraktif tentang nazham kitab populer di pondok pesantren yang diisi oleh tim (maksimal 5 orang) dari setiap kafilah. Nazham yang akan ditampilkan antara lain dari kitab Alfiyah ibn Malik (kitab berisi 1000 bait syair tentang ilmu gramatika Bahasa Arab).

Mengikuti jalannya musabaqoh secara langsung dari pos satu ke pos lain, dari marhalah satu ke marhalah lain merupakan pengalaman yang sangat berharga dan tak terlupakan meskipun tentu saja melelahkan. Apalagi bersama-sama kompasianer lain yang selama ini belum pernah  bertemu secara langsung (kopi darat).

Luar biasa para santri ini mebaca, menerjemahkan dan menjawab pertanyaan para Hakim yang menguji seberapa jauh pemahamannya tentang bab dalam kitab yang dibaca. Tidak terasa karena saking terpesonanya sampai enggan beranjak ke tempat lain. Misalnya pada marhalah ulya bidang Nahwu membaca kitab Alfiyah Ibnu Malik seorang kafilah putri begitu lancarnya menjelaskan kandungan bab yang dibacanya. Kalau sudah begini orang tua mana  yang tidak berbangga hati?


Kitab kuning tidak sekedar menjadi manuskrip tekstual saja, namun menjadi mata rantai khazanah intelektual yang menggabungkan antara intelektual masa lampau dan masa  kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun