Mohon tunggu...
wardah nisa
wardah nisa Mohon Tunggu... -

i'm unique, simple, and sometimes crazy :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Reformasi Gerakan Perempuan

8 September 2010   16:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:21 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep idealmenuju harmonisasi gerakan

Dunia kampus adalah dunia yang sangat kental dengan budaya akademik, dari lingkar-lingkar diskusi kampus akhirnya banyak terlahir pemikiran-pemikiran segar yang (dianggap) solutif untuk menjawab permasalahan-permasalahan bangsa. Sebagai masyarakat akademik yang dipandang memiliki kapasitas yang lebih dalam suatu disiplin ilmu tertentu, mahasiswa selalu ditantang oleh masyarakat untuk memberikan sebuah pencerahan pemikiran ditengah carut-marut nya kondisi masyarakat.

Berkaca dari fakta, gerakan mahasiswi saat ini masih belum menemukan konsep dan jati diri yang kongkrit, padahal tantangan diluar sana menunggu untuk segera diselesaikan. Oleh karena itu, untuk menjawab tantangan banyak kecakapan yang harus dimiliki oleh aktivis perempuan (Mahasiswi) agar memiliki daya saing ketika terjun di lapangan.

Pertama, seorang aktivis yang baik adalah aktivis yang memiliki kecakapan pada suatu bidang atau disiplin ilmu tertentu. Dengan fokus pada suatu bidang tertentu akan mempertajam daya analisis kita dalam menyikapi atau mengkaji suatu permasalahan. Sehingga solusi yang ditawarkan pun dapat menyeluruh, tidak bersifat parsial. Masih sedikit sekali jumlahnya, para srikandi yang fokus dan cakap dalam suatu disiplin ilmu tertentu.

Kedua, perempuan diberikan naluri "nurture", ia akan lebih peka dan mengayomi terhadap orang-orang disekitar nya. Kemampuan inilah yang kemudian bisa dipergunakan sebagai "senjata" oleh para srikandi mahasiswi. Dalam pergerakan, sangat diperlukan kemampuan mengatur kondisi internal, dan kemampuan memanagerial agenda-agenda yang harus terlaksana. Kondisi internal merupakan salahsatu komponen penting yang harus dijaga agar konsistensi gerakan tetap terjaga, dengan naluri nurture nya, perempuan bisa lebih mengayomi dan menciptakan kondisi yang bisa membuat nyaman semua anggota. Bagaimanapun juga kondisi internal seringkali menjadi hal yang terlupakan.

Ketiga, seorang aktivis dituntut untuk mandiri, berani, dan percaya diri terlepas dari jenis kelaminnya, apakah ia perempuan atau laki-laki. Yang seringkali menjadi masalah adalah, mahasiswi yang terjun di dunia politik kampus masih sedikit sekali yang memiliki ketiga sifat tersebut. Alhasil, seringkali berakibat fatal pada gerakan. Mahasiswi dianggap sulit untuk melangkah maju karena kurangnya kemandirian. Contoh kecil nya masih sedikit sekali mahasiswi yang berani tampil di muka umum, menjadi narasumber kajian atau mandiri dalam memenuhi kebutuhan akslerasi dirinya.

Keempat, jangan pernah puas dengan kemampuan yang telah dimiliki saat ini. Teruslah belajar dan jangan berhenti untuk mengakselerasi diri dan memperkaya diri dengan wawasan. Berbicara mengenai akslerasi diri,masih sedikit sekali mahasiswi yang rela keluar dari zona nyaman nya, dan mau meng"Upgrade" diri dengan kemampuan-kemampuan yang lebih baik. Karena sedikitnya kesempatan yang diberikan kepada mahasiswi untuk menunjukan kemampuannya di muka umum, berakibat terlena nya mahasiswi untuk tidak mengejar ketertinggalan dengan mahasiswa yang lain. Padahal jika dilihat dari filosofi gerakan, seharusnya mahasiswi memiliki persiapan yang lebih matang, karena mereka adalah "Ban Serep" yang harus siap kapan saja, ketika diminta untuk menggantikan posisi mahasiswa (yang notabene nya masih menjadi pionir utama gerakan).

Menurut penulis, keempat komponen ini wajib dimiliki oleh para srikandi mahasiswi apabila ingin mengejar ketinggalan. Agar terciptanya sebuah gerakan yang harmonis, sejalan, dan tidak terjadi ketimpangan. Sama sekali bukan untuk menuntut dominasi dari gerakan perempuan, karena apalah arti sebuah dominasi tanpa terciptanya sebuah gerakan yang kuat dan kokoh.

Penutup

Pentingnya peran mahasiswi di dunia kampus adalah miniatur pentingnya peran aktif kaum perempuan di dunia politik. Maka upaya-upaya perekrutan kader-kader perempuan dalam berbagai organisasi kemahasiswaan perlu lebih diintensifkan untuk memberi warna baru dalam peradaban yang lebih beradab.

Adapun mahasiswi yang telah mendedikasikan dirinya di dunia politik kampus, hendaklah jangan pernah letih untuk mengejar ketinggalan dalam mengupgrade kemampuannya. Gerakan yang harmonis dan seimbang akan menghasilkan sebuah perubahan besar, sebuah peradaban yang kokoh yang sangat dinanti oleh ibu pertiwi. Akhir kata, selamat belajar dan mengakselerasi diri untuk para srikandi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun