"Cerewet! Tukang bikin masalah! Ga tahu suami lagi da masalah malah bikin sebel aja! Pergi saja sana!!!"
Aku tersentak dan terdiam. Bagaimanapun tak pernah ku mengira jawaban itu yang kudapat darinya. Nanar ku coba menatap tajam kearahnya. Namun dia mengacuhkan aku. Apakah salah bila aku istrinya menanyakan hal itu padanya setelah sekian lama dia hanya terdiam? Ya, mungkin memang salahku! Aku pun pergi dari kamar itu.
Jam delapan malam dia keluar dari kamar. Dengan nada yang amat datar dia mengatakan bahwa mama yang telepon tadi. Mama menyuruhnya datang besok malam untuk melamar gadis yang telah mama pilihkan untuknya.
Mendengar hal itu darinya aku hanya bisa tersenyum kecut. Lalu dengan lugu kukatakan kata-kata yang sebenarnya amat terpaksa aku katakan.
"Itu kan emang hak Deka. Dalam agama kita, poligami adalah hal yang wajar . Bagaimanapun, Canda nggak ada hak melarang kan?"
"Hmm.." Dia hanya berdehem.
"Besuk mau Canda temenin nggak Ka?"
"Ga! Kamu cerewet banget!"
"Deka marah ma Canda?"
"Diem ah! nyebelin banget!!! bikin bete aja!!!"
Dia menyingkir dari hadapanku dan membanting pintu kamar. Dadaku benar-benar berdebar kencang. Sesak sekali dan susah nafas. Aku masih tak menyangka Deka berlaku seperti itu kepadaku. Dan setelah ku bilang maaf kepadanya, akupun pergi dari rumah. Ah!!
"Yang, maafin Deka yah." Dikecupnya keningku lembut. Kembali ia dekap aku erat. Lirih kuucapkan kata, "iya..".