Pernahkah Anda mendengar inulin? Bagaimana dengan insulin? Ya, kedua kata tersebut kerap dihubungkan dengan penyakit diabetes mellitus. Meskipun pada nyatanya, kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Inulin merupakan polimer alami yang termasuk ke dalam kelas karbohidrat. Inulin merupakan oligofruktosa (serat terlarut) yang telah diketahui secara luas sebagai prebiotik, dan telah terbukti secara signifikan meningkatkan jumlah bakteri baik dalam usus dan feses pada tingkat konsumsi yang cukup rendah (5-8 g per hari).
Mengapa Inulin dapat disebut sebagai prebiotik? Dan Apa Saja Manfaatnya?
Inulin tidak dapat dicerna dalam sistem pencernaan manusia, namun inulin dapat difermentasi oleh microflora yang ada di kolon manusia. Hasil fermentasi berupa asam lemak rantai pendek dapat berpengaruh terhadap kekebalan tubuh manusia (imun), kesehatan jantung, pencegahan terhadap kanker. Menurut Pedoman Gizi Seimbang (PGS), sekitar 35% kandungan serat dalam pangan merupakan serat larut dan 45% termasuk ke dalam serat tak larut.Â
Sementara sisanya berupa materi lain. Serat tidak larut dapat menyerap air tetapi tidak larut di dalamnya. Fungsinya untuk melancarkan proses pencernaan. Sebaliknya, serat larut akan larut dalam air dan mampu mengikat lemak, sehingga lemak tersebut tidak ikut terserap ke dalam tubuh melainkan dikeluarkan bersama feses.
Berbeda dengan inulin, insulin adalah hormon alami yang diproduksi oleh pankreas dan berfungsi sebagai pengatur kadar gula darah dalam tubuh. Jika ditinjau, keduanya memang berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus. Penderita diabetes melitus yang memiliki masalah berupa malfungsi hormon insulin, sehingga kadar gula darahnya sulit dikontrol, membutuhkan pangan yang bersifat rendah indeks glikemik untuk membantu mengontrol kadar gula darah.Â
Dalam hal ini, pangan yang mengadung serat seperti inulin umumnya memiliki indeks glikemik rendah, sehingga dapat membantu mengontrol kadar gula darah. Selain itu, penelitian menemukan bahwa Inulin dengan kinerja tinggi (highperformance) dapat menurunkan kadar lemak di hati orang prediabetes. Dengan kata lain, hal tersebut dapat membantu mengurangi resistensi insulin dan berpotensi mengurangi risiko diabetes tipe 2.
Dari manakah sumber inulin dapat kita temukan?
Kemampuan untuk mengubah mikroflora usus dengan baik telah ditunjukkan oleh sejumlah sumber makanan berserat. Sumber inulin dalam jumlah yang relatif besar dapat ditemukan pada umbi-umbian, sayuran dan buah-buahan. Sumber inulin dari umbi-umbian dapat kita peroleh dari akar chicory (45-48%), gembili (3%), umbi dahlia (2-3%) dan ubi jalar (1-3%). Sementara inulin dapat ditemukan pada sayuran seperti asparagus (2-3%), bawang putih (10-16%), dan bawang bombai (1-8%). Sumber serat pangan inulin dari buah-buahan seperti apel, pir, strawberry, pisang, jeruk dan alpukat.
Manfaat Inulin selain dari Sisi Kesehatan
Selain memiliki sifat fungsional, inulin juga dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan. Hal ini dikarenakan inulin dapat berfungsi sebagai fat replacer dan sugar replacer pada konsentrasi tertentu. Inulin dapat menggantikan gula dan lemak, memperbaiki profil tekstur pada pangan, sekaligus menyediakan sumber serat yang baik. Fungsi inulin yang dapat menjadi pengganti lemak berkaitan dengan mekanisme pembentukan mikrokristal.Â
Inulin dapat membentuk mikrokristal apabila didispersikan pada air atau susu. Keberadaan mikrokristal ini tidak dapat dirasakan oleh mulut, tetapi mikrokristal ini membentuk tekstur creamy yang halus dan terasa seperti lemak ketika dikunyah di mulut. Karena karakteristik ini, inulin dapat digunakan sebagai pengganti lemak pada produk spread, bakery, filling, dairy product(es krim dan yogurt), frozen dessert, dan dressing. Menariknya, inulin tidak bersifat kariogenik, sehingga tidak menyebabkan karies pada gigi.
Saat ini, inulin sudah banyak digunakan di banyak negara untuk menggantikan lemak atau gula pada produk es krim, susu, permen, dan kue. Inulin memiliki kalori yang lebih rendah dibandingkan dengan karbohidrat jenis lain (setara 1,5 kalori per gramnya). Inulin juga cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes karena tidak mempengaruhi serum glukosa, tidak merangsang pengeluaran insulin, dan tidak memengaruhi sekresi glukagon. Di Indonesia sendiri, inulin sudah mulai banyak digunakan pada produk-produk khusus penderita diabetes dan produk penurun berat badan, meskipun jumlahnya dikatakan masih terbatas.
Sekarang kita tahu, bahwa tidak selamanya produk yang mengandung inulin diperuntukkan bagi penderita diabetes melitus, melainkan dapat diperuntukkan bagi golongan konsumen lainnya, khususnya mereka yang mengharapkan diet sehat. Tentu saja, kita sebagai konsumen berharap agar penggunaan inulin sebagai pengganti lemak atau gula dapat diaplikasikan di berbagai produk pangan lainnya.Â
Perlu diingat, bahwa inulin tidak dapat menggantikan gula atau lemak secara keseluruhan. Namun setidaknya, perluasan aplikasi inulin sebagai pengganti lemak atau gula pada produk pangan dinilai dapat membantu program pemerintah terkait pengurangan konsumsi gula, garam, dan lemak.
Artikel ini juga terpublikasi di Good News From Indonesia
Referensi
Elok Zubaidah, Wilda Akhadiana. 2013. Comparative Study of Inulin Extracts from Dahlia, Yam, and Gembili Tubers as Prebiotic. Food and Nutrition Sciences. 4 (11a): 8-12. doi:10.4236/fns.2013.411A002.
Joanne Slavin. 2013. Fiber and Prebiotics: Mechanisms and Health Benefits in Review. Nutrients. 5: 1417-1435. doi:10.3390/nu5041417.
Kaur N, Gupta AK. 2002. Application of inulin and oligofructose in health and nutritions. J. Biosci. 27(7):703-714.
Scholz-Ahrens KE, Schaafsma G, Heuvel EGHM, Schrezenmeir J. 2001. Effect of prebiotics on mineral metabolism. American Journal of Clinical Nutrition. 73(2):459-464.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H