Mohon tunggu...
Ibu Seno
Ibu Seno Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Selama orang masih suka berkarya, dia masih suka hidup dan selama orang tidak suka berkarya sebenarnya ia sedang berjabatan tangan dengan maut." (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menonton Opera, Mari Bung Lebih Indonesia Lagi!

15 November 2013   18:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:07 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari senin malam kan saya iseng buka twitter,   pas kebetulan lagi mantengin twiiternya KomunitasHistoria ID (@IndoHistoria), di Adminnya lagi cerita soal Kang @AsepKambali yg maen opera kebangsaan di Gd. Kesenian Jakarta dalam rangka hari pahlawan bersama Djadoek dkk. Pengen banget sih saya lihat,selain karena seneng sama sinten remennya, juga penasaran sama aktingnya Kang Asep di opera ini. Sayangnya acara ini hanya untuk undangan khusus, padahal saya sudah baca sinopsisnya di sini, keren nampaknya buat para penikmat dan pemerhati sejarah Eh… miminnya twitter KHI kayaknya mau ngadain kuis nih, saya panteng terus deh,siapa  tahu miminnya mau ngadain kuis dan hadiahnya tiket nonton opera, saya kan termasuk yang sering ngejar-ngejar kuis berhadiah macam  gini, iiih bener aja, gak sia-sia sia mantengin TL nya KHI, jam 10-an gitu miminnya kasih kuis begini.

Langsung saya buka dompet buat cari jawabannya, untung isi dompet lagi lengkap meskipun tanggung bulan. Saya kirim langsung jawabannya, eeehh lupa pake hestek..kirim lagi, eeeh lupa salah ketik nama Sultan Badaruddin, kirim lagi ketiga kalinya dengan format yang benar, sambil lihat-lihat pengirim lainnya.

Jam 22.45 katanya di umumkan siapa pemenangnya…  jreeeeengggg… tepat jam segitu akhirnya inilah dia pemenang kuisnya.

Pokoknya saya harus datang, udah menang nih, masa gak datang lagi kayak waktu itu menang kuis @kompasdotcom  kan saya dapat tiket nonton JakJazz  dari kuis juga, eeeh gak sempet ambil tiketnya di gd. gramedia. Kali ini cuma kudu datang ke GKJ dan tiket dikasih bisa langsung di ambil di sana enggak pake ribet. Besoknya meskipun banjir menerjang Daan Mogot  dan hujan lebat, saya tetep datang ke sana, ndilalah enak banget ada tebengan sampai Gn. Sahari..emang rejeki ya.. Sampai Gd. Keseninan masih belum jam 19.00 , masih belum terlalu ramai, tapi beberapa bapak-bapak tentara dari beberapa angkatan sudah berdatangan, ada banyak bapak-bapak berseragam veteran juga, ya iyalah..wong ini acaranya LVRI dan Lemhanas ya.  Saya akhirnya ketemu sama Agung dari KHI yang megang tiket. (.iiih kamuh masih muda banget gung

:-)
:-)
)

Image
Image

Dan dapet deh sayah tiketnya

Jam 19. an  mulai registrasi dan dilanjutkan makan malam bersama., sotonya enak, satenya juga enak, apa karena saya lagi laper kali.

Image
Image

Jam 8 acara di mulai… jrengjreeeng…layar terbuka…musik dari Sinten Remen mengalun, waaahhh seruuu itu para pemain musik termasuk Djaduk pakai seragam sekolah, ada yang pakai putih merah, putih abu-abu, putih biru.

Jadi opera ini ceritanya ini tentang Sekolah Kebangsaan, ada ibu guru Sruti yang cantik dan bersuara merdu, ada Mas Wisben pelawak yg jadi murid-murid bandel tapi lucu, Mas Marwoto, ada Edo Kondologit juga..

Ini beberapa foto di panggung pertunjukan, saya pinjem dari dokumennya KHI, susah sih saya gak bawa kamera keren (*pamcol*) , lagian gak boleh foto juga di dalam sana.

Image
Image
Image
Image
Overall menurut saya Operanya cukup menariklah, akting Kang Asep Kambali sebagai guru sejarah terbang juga keren, bodorrrr… pas banget kalau masuk ke group situ deh.

Kang Asep Kambali membuka pelajaran sejarah dengan menerangkan arti Pahlawan, menceritakan beberapa pahlawan daerah yang ada di uang rupiah kita dengan anekdot-anekdot yang berbeda di tiap daerah, ditutup dengan kalimat yang bikin merinding. Jika ingin menghancurkan suatu negara, hancurkanlah ingatan pemudanya dari sejarah.

Di panggung operai juga ada Pak Sukoco yang berseragam LVRI, (  *  saya engga tahu apa saat ini Pak Sukoco menjabat apa di LVRI * ), beliau bercerita masa perjuangan dulu, masa-masa saat beliau menjadi komandan kompi di Jogja . Suatu hari Pak Sukoco akan menyerang markas Belanda di dekat Gd Pos  yang di ujung Mallioboro itu, (*tau kan ya di mana gedung pos itu*), anak buahnya Pak Sukoco dikasih  senapan 14 buah, lupa saya jenis senapannya apa,  eeeh.. ternyata itu senapan tua macet semua.  Pak Sukoco nekad, tetap mau nyerang markas itu.  Lalu ada satu anggota pasukannya yang sebetulnya bantuan dari AL, yang gagah berani mau membantu menyerang markas itu bersama Pak Sukoco, sebelumnya Pak Sukoco belum tahu siapa nama pemuda Angkatan Laut tersebut, dan kelak kemudian hari barulah pak Sukoco tahu nama pemuda tersebut adalah YOS SUDARSO. Sayangnya acara belum selesai, saya sudah dijemput pulang, jam sudah menunjukkan pukul 21.30, masih ada bapak satu lagi  ( *maaf yaaa.. saya gak  tahu nama Bapak berikutnya  yang tampil pakai baju batik *). Terima kasih buat KHI yang sudah ngasih saya tiket

:-)
:-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun