Mohon tunggu...
J Ernawanti
J Ernawanti Mohon Tunggu... -

Guru bagi Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mewujudkan Generasi Cinta Baca

9 Agustus 2018   18:00 Diperbarui: 10 Agustus 2018   19:25 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan zaman dalam satu dekade saja begitu pesat. Teknologi informasi komunikasi berkembang begitu cepat sehingga dalam waktu yang singkat saja, satu teknologi dengan cepat digantikan oleh teknologi lain. 

Sebagai contoh, Blackberry Messengers dengan cepat ditiggalkan dan beralih ke Line dan Whatsapp, kemudian Facebook mulai ditinggalkan dan beralih ke instagram, twitter, snapchat, dll. Tidak hanya itu, media cetak sudah mulai beralih ke portal media online. Informasi ada di dalam gadget.

Banyak orang berlomba -- berlomba untuk memperkenalkan dirinya di media sosial untuk mendapatkan pengakuan. Tidak terkecuali dengan generasi muda. Mereka melakukan hal yang sama bahkan cenderung berlebihan. 

Elbert Hubbard seorang penulis Amerika yang terkenal suatu kali mengatakan persiapan yang terbaik untuk masa depan adalah melakukan hal yang positif pada hari ini. Kutipan ini sepertinya tidak begitu berlaku bagi kebanyakan remaja Indonesia yang tidak dapat mengendalikan diri dalam menggunakan media sosial, Instagram. Tidak heran apabila Instagram menempati posisi tertinggi sebagai media "Cyber- bullying"(BBC News, 19 Juli 2017).

Masa puberitas yang berdampak pada emosi dan relasi sosial generasi muda sering membuat mereka jatuh dalam perilaku negatif. Kepekaan terhadap teknologi ini tidak diiringi dengan kepekaan terhadap kualitas diri. 

Banyak generasi ini menghabiskan waktu menggunakan teknologi ini dan kehilangan minat baca. Kehilangan minat baca sangat memungkinkan mereka akan gagal menghadapi tantangan global dan kalah bersaing dengan negara-negara lain. 

Generasi yang kehilangan minta membaca ini kelak akan menjalankan negara ini, itu artinya generasi dengan minat baca rendah dapat membahayakan bangsa ini.Tetapi tidak ada masalah yang tidak ada solusinya, sebelum terlambat terlalu jauh, harus ada usaha-usaha yang dilakukan untuk membangkitkan minat baca generasi muda.

Usaha-usaha untuk memperbaiki minat baca siswa sudah dilakukan antara lain berupa naungan payung hukum di bawah UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Pencanangan Gerakan Membaca. 

Disusul dengan Permendikbud No. 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti, bentuk implementasinya berupa penggunaan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran. Program pemerintah ini sangat baik sekali, hanya saja tidak banyak sekolah yang melakukannya dengan berbagai alasan. 

Harus diakui, kebijakan hanya akan menjadi kebijakan saja apabila sekolah tidak mengerjakannya. Perkembangan teknologi dan media informasi begitu cepat sekarang ini, jika sekolah masih tetap mempertahankan cara konvensional untuk mengajari siswa, maka siswa akan tetap pada cara berpikirnya, bahwa membaca itu sama dengan belajar yaitu membosankan. 

Jika sekolah-sekolah menghasilkan siswa yang memiliki minat baca yang rendah, maka dalam 10 tahun ke depan, bangsa ini akan dipimpin oleh orang -- orang  yang memiliki minat baca rendah. Hanya dalam 10 tahun, hoax atau berita palsu masih akan diterima begitu saja karena ketidakmampuan untuk mengkaji dan mengkritisi sesuatu akibat minat baca yang rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun