Mungin kerelaan ribuan relawan dari berbagai kota untuk hadir ke Solo, berkorban waktu, uang, tenaga, demi mimpi bisa bersalaman dan berfoto dengan penganten dan Presiden Jokowi.Â
Istilah saya, ribuan relawan berharap menjadi Pelengkap Penggembira.  Namun kenyataannya ribuan relawan malah terjebak menjadi Pelengkap Penderita.
Jika ada mulut nyinyir, ngoceh begini,  sudah untung relawan diundang, tanpa bawa angpau, malah dikasih makan dan penginapan, kok masih protes.Â
Sip babami! Â Shut up, please. Â Siapa bilang Jokowi tidak beruntung atas kehadiran relawan? Â Kehadiran ribuan relawan jelas menguntungkan Jokowi dan koleganya, Â sebutlah Erick Tohir dan menteri lain, yang tebar pesona terus menerus kepada ribuan relawan di Solo.
Selain itu, siapa bilang relawan tidak keluar biaya?  Bayar ongkos bis, bayar makan selama perjalanan, persiapan baju untuk layak tampil di hadapan penganten dan Pak Jokowi. Dan jangan lupa, kelompok relawan dari Jakarta, luangkan waktu 3 hari 3 malam PP Solo- Jakarta; Itu priceless.Â
Sembilan  Fakta Relawan terjebak menjadi Pelengkap Penderita
Ada minimal sembilan (9) fakta mengapa Ribuan Relawan merasa terjebak menjadi Pelengkap Penderita Acara Nikah Kaesang-Erina.
1. Kondisi PenginapanÂ
Peserta dijanjikan mendapat kamar di asrama haji Donohudan Boyolali Jawa Tengah. Ternyata katanya seluruh kamar terisi, saat rombongan saya datang.  Jadi Panitia menyediakan puluhan kasur tipis bekas dan bantal penuh iler tanpa sarung bantal, yang dijembrengkan di dalam ruangan Hall yang panas dan kotor. Â
Terus terang kami keberatan tidur begitu karena faktor kesehatan. Mengingat  kami baru menempuh perjalanan 10 jam, kurang tidur, punggung pegal, pantat panas, badan lelah. Jika mesti tidur kasur tipis di lantai,  udara panas, apalagi buat perempuan +50 tidak disarankan, bisa sakit, masuk angin, panas dalam, bisa kambuh asam urat dan rematik.Â
Karena itulah, kami berupaya mencari losmen di sekitar, tetapi sudah penuh. Coba klik hotel online untuk kamar hotel berbintang di Solo, masih ada Rp 1,5 juta permalam. Masalahnya taksi online untuk jemput ke Boyolali ternyata tidak kunjung datang, mungkin sudah diborong para tamu VVIP di Solo, yang tidak membawa mobil pribadi.Â
Karena sudah kepepet, akhirnya kami kembali ke penginapan relawan. Sebenarnya kami bertiga sempat memohon Panitia mencarikan kamar. Eh Panitia malah menyalahkan,  Siapa suruh sampainya sore hari.  Kalau datang pagi hari, pasti masih dapat kamar.