Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Saatnya Turis (Millenial Batak) Mengulik Toba

26 September 2021   09:30 Diperbarui: 26 September 2021   09:32 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata Volunteer  yang mulai diminati yakni Menjadi Pengasuh Orangutan. Dok: sains.kompas.com

Heritage of Toba atau warisan Toba, merupakan keajaiban alam supervolcano yang membentuk keunikan, ada pulau di atas pulau, ada danau di atas danau. Danau Toba sepanjang 100 kilometer, lebar 30 kilometer, kedalaman 505 meter  menjadi danau ke-15 terdalam dan danau kedua terluas sedunia.  

Keajaiban alam tersebut menyajikan wisata alam pemandangan yang sangat indah lengkap dengan keragaman dan keunikan warisan budaya penduduk Toba. Oleh karena itu, Heritage of Toba semestinya bisa dikemas menjadi destinasi wisata  edukasi, ekowisata, wisata petualangan dan wisata bisnis.  Dan belakangan ini kemasan destinasi wisata  mulai mengenal: 


  • Wisata khusus seperti paragliding yang dilakukan dari daerah Tongging, Danau Toba
  • wisata volunteer seperti menjadi pengasuh orangutan di Batang Toru Tapanuli Utara 
  • wisata MICE (meeting, incentive, confention, exhibition) di The Kaldera Toba Nomadic Escape yang baru terpilih di tahun 2019 menjadi UNESCO Global Geopark. 

The New Normal Wisata

Wabah corona sejak 2020 telah mengubah banyak hal signifikan kehidupan manusia, termasuk berwisata. Gaya hidup para pelancong lokal dan wisatawan asing di masa The New Normal akan berubah ke arah: 

1. Localize / Kearifan Lokal

Kebutuhan untuk mempelajari dan menikmati kearifan lokal (localize) seperti tarian, nyanyian,  warisan arsitektur dan kerajinan tangan, dan sebagainya

2. Personalize / wisata bersama keluarga 

Berwisata bersama dengan keluarga (personalize) yang menumbuhkan bisnis baru seperti  

  • wisata ber-campervan (menggunakan mobil yang siap untuk berwisata dengan tempat tidur terbatas, dapur bahkan toilet). 

Glamping (Glamour Camping) di The Kaldera Toba Dok: merdeka.com/sumut
Glamping (Glamour Camping) di The Kaldera Toba Dok: merdeka.com/sumut
  • berwisata glamping (glamour camping) yakni menikmati suasana alam dengan tidur di tenda yang berfasilitas mewah, termasuk kasur empuk dan toilet bersih.

Bubble Tent di The Kaldera Toba  Dok: idn.times
Bubble Tent di The Kaldera Toba  Dok: idn.times
  • berwisata di alam terbuka, bukan di dalam gedung hotel megah, tetapi menggunakan tenda transparan / bubble tent sehingga serasa tidur di alam terbuka dan di bawah bintang-bintang yang bertaburan di langit.

Dok: viva.co.id
Dok: viva.co.id

3. Berwisata grup kecil  (smaller size) sesuai protokol kesehatan, dan tidak berbondong-bondong. 

Kemenparekraf dan Dinas Pariwisata bisa lebih  memenuhi kebutuhan pariwisata localize, personalize, dan smaller size menampilkan keunggulan Wonderful Indonesia dan MICE di Indonesia Aja dari kompetitor negara lain. 

Momentum Pertemuan G20 di Indonesia 

Keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah Pertemuan G20  per 1 Desember 2021 sampai 30 November 2022 merupakan peluang. Secara online maupun offline  Indonesia berpeluang menunjukkan segala keindahan,  keunikan, dan kelebihan --baik Destinasi Super Prioritas maupun Destinasi Tulang Punggung-- Wisata Indonesia langsung kepada Para Pimpinan Negara, anggota rombongan, dan juga ke seluruh rakyat Negara Anggota  G20.

Tambahan info, G20 beranggota 19 negara utama penggerak ekonomi dunia dan perwakilan regional Uni Eropa. G20 merupakan forum ekonomi global yang dibentuk sebagai respons terhadap krisis ekonomi 1997 / 1998. Kelompok G20 berkontribusi pada 85% PDB dunia, 75% perdagangan dunia, dan 80% investasi global, serta meliputi dua pertiga populasi penduduk dunia.

Saya yakin, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah mengantisipasi event G20 tersebut. 

Namun,  jangan sampai kita melupakan potensi jutaan wisatawan lainnya, yakni wisatawan umum dari dalam dan luar negeri yang rela mengeluarkan dana pribadi untuk menikmati liburan, sebagai kebutuhan penting selain sandang, pangan, papan.   

Untuk mengantisipasi agar jutaan calon turis tersebut "berani mengulik" berlibur ke Indonesia, khususnya ke DSP Toba, Menparekraf Sandiaga Uno sudah mengingatkan agar semua pihak berkolaborasi dengan kementerian/lembaga terkait, seperti merangkul dunia usaha, pemerintah daerah, institusi pendidikan, Kadin, komunitas, dan media. 

Kata kuncinya adalah inovasi, mulai dari ide, gagasan serta promosi tentang pengembangan pariwisata yang berkualitas, berkelanjutan, ramah lingkungan serta mensejahterakan masyarakat yang ada di kawasan Danau Toba.

Liburan ke Kampung Ompung di Toba

Begitu rindunya saya agar DSP Danau Toba bangkit, sehingga ini menjadi artikel kedua saya untuk event Kompasiana bertema "Bagikan Pesona Danau Toba sebagai Warisan Dunia dan Raih Kesempatan Menelusurinya".

Artikel pertama saya yang berfokus pada promosi pengembangan pariwisata yang berkualitas, berkelanjutan, dan ramah lingkungan dengan target mensejahterakan masyarakat yang ada di Kawasan Danau Toba. Artikel sekitar 1500 kata itu menawarkan ide berupa paket pariwisata --yang setahu saya belum pernah ditawarkan travel biro dalam negeri dan luar negeri-- tentang Heritage of Toba. 

Artikel berjudul  "Liburan ke Kampung Ompung di Toba" juga sempat saya share ke WA Group antara lain: 

  • Komunitas Startup Batak dan komunitas penggiat Information Techonology di seluruh dunia
  • Komunitas Peserta Jambore Campervan Indonesia CVI
  • Komunitas sekolahan, alumni SD Strada, SMPN 30 Jakarta, SMA Labscool Rawamangun Jakarta 
  • Komunitas Alumni Universitas Sumatera Utara USU dan FISIP USU  
  • Komunitas Mercy Smart Homeschooling
  • Komunitas Sekolah SMP SMA Megana, sekolah online yang menyenangkan
  • Komunitas Guru Megana, yakni guru honorer seluruh Indonesia yang mengajar online part-timer para siswa level TK PAUD dan SD secara private untuk Matematika, Membaca, dan Bahasa Inggris dengan metode Megana Fun Academy
  • Komunitas anggota PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia yang berada di 34 provinsi dan ratusan kabupaten kota. 

Sebagai Ketua Asosiasi Pendidik Nonformal Informal PNFI-PGRI tingkat nasional, saya juga berusaha mengajak para guru untuk melihat peluang bisnis pariwisata sehingga mereka bisa mengadaptasi peluang tersebut di tempat masing-masing.  

Ternyata artikel saya berjudul "Liburan ke Kampung Ompung di Toba' dibagikan teman-teman juga ke WA Group ke komunitasnya masing-masing. Beberapa teman lama saya yang memang doyan liburan sampai mengirim pesan pribadi,  bahwa mereka tertarik dengan paket wisata yang saya tuliskan di artikel yang dimuat di Kompasiana.com. 

Menurut mereka, paket wisata yang saya tuliskan untuk 5 hari dan 4 malam itu berbeda dari yang mereka bayangkan tentang travel Danau Toba yang selama ini ditawarkan travel biro.  Liburan ke Kampung Ompung di Toba, versi mereka adalah Paket komplit karena: 

  1. Mereka mau punya foto dan video dari spot terindah di Danau Toba. 
  2. Mereka ingin mencicipi destinasi kuliner yang tak ada di dunia manapun seperti kue ombus-ombus atau rendang daging kuda. 
  3. Mereka yang rencana datang sekeluarga antusias mengajak anak-anaknya ke destinasi rohani ke Bukit Doa segala agama sehingga bisa menumbuhkan sikap saling menghargai dan toleransi. 
  4. Mereka juga tertarik mampir ke destinasi budaya yang bikin "kepo" karena ada unsur mistis seperti Istana SiSingamangaraja.
  5. Selain hal hal itu, ternyata para Bapak antusias dengan paket yang mengunjungi agrowisata. Mungkin mereka berpikir, siapa tahu bisa mengembangkan budidaya tanaman tersebut atau berminat menjadi investor bisnis agrowisata.  

Antusiasme teman-teman dalam negeri saja sudah mengagetkan. Dan percaya atau tidak,  belasan calon wisatawan dari Australia, Malaysia, dan Singapura, kebetulan berdarah Batak juga,  men-Direct Message saya dan berminat memesan paket wisata yang sejujurnya masih berupa gagasan yang baru saya uji coba secepatnya (apalagi jika terpilih menjadi pemenang dalam kompetisi Kompasiana.com ini, semoga ya) 

Bahkan jika PPKM dan pandemi corona bisa berhasil ditekan oleh Pemerintah Indonesia --sehingga tidak perlu karantina 14 hari-- para turis luar negeri itu berminat ikut paket wisata Liburan ke Kampung Ompung di Toba selama  5 hari 4 malam,  pada Liburan Akhir Tahun 2021 atau liburan Tahun 2022.

Penutup

Selain hal hal penting, menarik,  dan urgent menjadi Pekerjaan Rumah para pemangku wisata, saya berharap Kemenparekraf juga bisa mewujudkan aplikasi khusus parwisata khususnya untuk DSP Toba.  Saya sepakat dengan artikel Kompasiana karya Andre Christoga yang berjudul "Aplikasi Racun Toba Menggoda Millenial ke Danau Toba".

Sangat penting Kemenparekraf serius menyiapkan aplikasi berbasis IOS atau Android yang berkualitas dengan teknologi Virtual Reality dan bila perlu dilengkapi dengan Augmented Reality dan Artificial Intelligent.  Saat ini aplikasi gadget menjadi sarana yang sangat penting untuk "menggoda dan menggaet" calon wisatawan  terutama para millenial.  Dengan mendownload aplikasi "Racun Toba" mereka leluasa mengulik dan menikmati secara online  ambience DSP Toba, yang nantinya menjadi destinasi pilihan yang dikunjungi (personalize).

Demikian juga Artikel dari Kiti Kirana, mahasiswa S-2 dari Beijing RRC berjudul "Para Super VIP Ini Berlibur ke Kampung Kita di Toba, Kamu Kapan, Ito dan Eda?" menurut saya sangat menarik.  Bagi kaum millenial, keren jika mereka punya spot foto sebagaimana para VIP dunia. Punya spot foto ala instagram Presiden Jokowi dan Bu Ana tahun 2020, atau foto Raja dan Ratu Belanda yang memilih wisata ke Danau Toba di tahun 2019.  

Kiti Kirana sebagai salah satu diaspora Indonesia ternyata keturunan Batak mengingatkan bahwa unsur primordialisme dalam arti positif menjadi pertimbangan emosional yang ampuh bagi calon wisatawan untuk menggerakkan, mengulik, dan  memilih "Kampung Halaman" dibanding tempat lain dan negara  lain. 

DSP Toba yang mencapai luas 113.000 hektare merupakan Kampung Halaman semua Suku Batak dari lima Puak yakni: 

  • Batak Karo  
  • Batak Angkola Mandailing
  • Batak Pakpak/Dairi 
  • Batak Simalungun
  • Batak Toba Tapanuli 

Terlepas dari segala unsur luar biasa unik, indah, istimewa Danau Toba,  jangan lupakan --pada dasarnya sebagaimana mayoritas manusia--  keturunan Batak juga menghargai dan mencintai leluhurnya.  Karena itulah, menarik sekali  ide dari Kiti Kirana yang mengingatkan agar Kemenparekraf juga lebih serius menggarap jutaan calon turis keturunan lima Puak Batak dan mereka yang bangga menggunakan marga Batak. 

Calon turis terutama para millenial berdarah Batak bisa saja berdomisili di luar negeri.  Namun, berhubung masa  pandemi dan endemi corona --yang masih menyulitkan diaspora datang ke Indonesia--  sebaiknya penggiat pariwisata berfokus pada  jutaan millenial berdarah Batak yang tinggal di Jakarta,  di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan berbagai daerah di Indonesia. 

Bahkan bisa jadi calon turis itu adalah para millenial berdarah Batak yang menetap di Pulau Sumatera bahkan di Kota Medan yang belum tahu betapa istimewanya DSP Toba. Dan sekarang saatnya mereka bisa mengulik Liburan ke Kampung Ompung di Toba. Dengan demikian kita semua ikut mensejahterakan masyarakat DSP Toba,  yang sesungguhnya adalah saudara sekampung, semarga, sesuku, sepuak , dan juga menjadi saudara sebangsa dan setanah air Indonesia.

Referensi 

  1. Indonesia.travel
  2. kemenparekraf.go.id 
  3. https://youtu.be/pISlU6izoPY

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun