Umumnya kita punya investasi Â
- saham di pasar modal, Â Â
- emas batanganÂ
- properti yang disewakan,Â
- ORI dan depositoÂ
- valuta asing (valas) Â
Bayangkan berapa banyak produk investasi yang mesti dipikirkan dalam waktu yang bersamaan. Ada teman  "kalah main saham"  karena sangat mungkin ia tidak tertib mengelola investasinya. Â
Dia juga investasi pada lima apartemen yang disewakan. Tiga tahun  apartemennya kosong, akibatnya dia terbeban membayar maintenance fee, 5 x Rp 2 juta perbulan dan dikejar cicilan apartemen yang semuanya belum lunas. Jadi beban toh?
Nasehat ketiga --yang mungkin membuat agen asuransi cemberut-- jangan membeli asuransi bercampur investasi (unit link). Beli asuransi yang murni sesuai kebutuhan. Hasil asuransi unit link  tidak selalu seindah cerita agen asuransi. Â
Cara mengelola penghasilan yang "pas-pas-an"Â
Buku Robert Kiyosaki Why The Rich are Getting Richer;Â Apa sebenarnya pendidikan keuangan itu mengatakan, penabung adalah pecundang.Â
Jika tabungan kita  Rp 50 juta di bank, silakan hitung, biaya administrasi lebih besar dibanding hasil bunga. Itu belum dihitung inflasi ekonomi.Â
Namun di jaman cashless ini, semestinya kita harus  tetap punya tabungan di bank.  Justru  lewat bank, kita bisa membayar segala tagihan secara online. Saya memilih bank yang mempunyai fasilitas pembayaran listrik, air, telepon, internet, kartu kredit, bahkan belanja online.Â
Jadi tanpa perlu ke luar rumah, segala tagihan sudah terbayar. Karena itu kita tidak perlu panik apalagi menguras tabungan di bank. Apalagi Lembaga Penjamin Simpanan dan Bank Indonesia selama ini sudah terbukti tangguh mengatur sistem perekonomian kita.
Nah, kembali ke pendidikan keuangan Om Kiyosaki.
Kuadran kiri pertama adalah model Poor Dad alias kelompok miskin, yang pas-pas-an ekonominya.  Kuadran ini termasuk  pekerja, karyawan, siapapun yang  terima gaji perusahaan. Employee dari tukang sapu sampai Direktur Utama  bisa dipecat dan kiamatlah pendapatan ekonominya.Â