Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Homeschooling yang Terprogram dan Home Learning yang Mendadak

20 Maret 2020   08:53 Diperbarui: 20 Maret 2020   09:00 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebetulan anak saya setara kelas 3 SMA. 

Setara?  Ya karena dia memilih jalur Homeschooling, dan metodenya memang offline dan online dengan  home learning. 

Home learning, home schooling yang intinya siswa belajar mandiri  sudah dijalani sejak 10 tahun lalu.  Sementara, baru sekarang ini hampir semua siswa Indonesia di-encourage untuk Home Learning karena virus corona.

Mengantisipasi wabah corona di Jakarta, jadwal  minggu ini semestinya semua siswa sudah selesai Ujian Sekolah. Ujian di akhir semester yang menandakan mereka sudah siap menyelesaikan semester 1 sampai 6 di level Sekolah Lanjutan Atas. 

Namun di area saya Jakarta, Pemerintah Provinsi sudah mengeluarkan perintah, tutup sekolah dua minggu. Akibatnya,  Ujian Sekolah 2020 juga dibatalkan pelaksanaannya.

Siswa dan orangtua sudah mulai bertanya, rencana Pemprov DKI untuk Ujian Sekolah bagaimana ya? 

Tadi pagi sempat saya japri  Dinas Pendidikan, kapan nih jadi ujian. Respon mereka, seperti yang sudah saya tebak, haha, cuma nunggu instruksi atasan. Kok sudah 4 hari berlalu, belum ada plan A, plan B, untuk antisipasi  skedul jadwal ujian bagi siswa kelas 3 SLTA.  

Saya berasumsi, jangan-jangan para atasan Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta juga bingung dan kacau; atau ikut  sibuk berwacana tapi do nothing untuk membereskan Ujian Sekolah SD, SMP, SMA. 

dokpri
dokpri
Sebagai tambahan informasi.

Ujian Sekolah homeschooling materinya ada 12 pelajaran jauh lebih banyak dari Ujian Sekolah Formal (SMA / SMK). 

Adapun Ujian Sekolah dibuat oleh Dinas Pendidikan setempat, yakni Dinas Pendidikan DKI Jakarta meliputi. 

  1. Matematika; 
  2. Pendidikan Kewarganegaraan; 
  3. Sejarah;  
  4. Bahasa Indonesia; 
  5. Bahasa Inggris; 
  6. Fisika; 
  7. Kimia; 
  8. Biologi (jurusan IPA) 
  9. Olahraga Kesehatan
  10. Seni dan Budaya
  11. Agama 

Ditambah satu materi pembelajaran yang menjadi hak  setiap lembaga pendidikan adalah muatan lokal. 

Di Mercy Smart Homeschooling, muatan lokalnya adalah Digital Literacy. 

Sedangkan untuk Ujian Nasional yang kabarnya terakhir dibuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, materi ujian hanya 4 yakni

  1. Matematika
  2. Bahasa Indonesia
  3. Bahasa Indonesia
  4. dan Mata Pelajaran pilihan IPA cukup 1, bisa pilih Fisika, Kimia, atau Biologi.

dokpri
dokpri

Sibuk Mensukseskan Home Learning

Sementara sampai detik ini. belum jelas rencana Ujian Sekolah dan Ujian Nasional, sekarang ini konsentrasi semua stake holder pendidikan adalah mensukseskan proyek home learning.  

Agar kelihatan proyek home learning di Jakarta berhasil, maka selain sekolah formal, maka setiap PKBM dan Homeschooling wajib juga mengirim laporan bahwa siswa sudah home learning. Padahal pengalaman homeschooler, yang sudah   bertahun tahun home learning sudah dijalani,  tanpa perlu laporan-laporan. 

Dan  kalau boleh terus terang, hmmm,  selama ini Dinas Pendidikan tidak terlalu  perduli  tentang home learning yang sesungguhnya telah bertahun tahun dilaksanakan Homeschooling.  Nah kenapa sekarang rewel banget, pukul 9 sudah diwajibkan membuat laporan home learning. 

Padahal siswa saya terbiasa memberi laporan home learning di akhir hari sekitar pukul 20-21 biasanya.  Homeschooler sudah terbiasa dengan  jadwal pembelajaran mandiri atau sekarang dikenal dengan metode home learning. Oya selain home learning, sebelum ada virus corona, ada juga Homeschooling yang melaksanakan hybrid yakni kelas offline dan online learning. 

  • Bisa saya share kebiasaan homeschooler belajar mandiri sekitar  2 jam di pagi hari. 
  • Setelah makan siang lanjut belajar. 
  • Setelah istirahat dan mandi, materi Home learning mereka kembali belajar di  malam hari.  
  • Jadi setelah semua program home learning seharian diselesaikan, mereka baru lapor materi home learning yang  mereka jalani sepanjang hari ini. 

Sementara program home learning Pemprov DKI Jakarta memang beda ya. 

Baru pukul 9 pagi , semua pimpinan lembaga pendidikan sudah ditelepon dan dijapri bolak balik untuk segera mengumpulkan laporan,  dan kalau ada beserta foto atau video. Mungkin Dinas Pendidikan berpaham no-picture hoax? hahaha.  Yah sudahlah saya ikutin saja maunya otoritas pendidikan di Jakarta ini. Semua siswa saya minta membuat foto dan video yang membuktikan mereka beneran home learning sebelum pukul 9 pagi. 

Ketika saya umumkan permintaan Dinas Pendidikan, siswa saya yang semuanya level SLTA  tertawa-tawa. Mereka  home learning setiap hari, dan merasa agak lebay jika setiap hari saya minta mereka berfoto atau bikin video saat mereka home learning.  

Hmm foto dan video setiap hari,  buat apa ya Miss?   Apa supaya  Gubernur dan Dinas Pendidikan bisa memamerkan keberhasilan proyek home learningnya?  Saran aja,  justru yang perlu dicari solusi orang Dinas Pendidikan adalah gimana bikin  anak-anak yang ketangkep Satpol PP kluyuran di mall dan anak-anak yang doyan seharian main play stasion di ruko, beneran tertarik untuk home learning. 

(Komentar saya dalam hati, anak - anak sekarang itu cerdas dan kritis ya, mereka merasa dan mengerti "sedang  dimanfaatkan Pemprov DKI dan jajarannya".  Mereka protes jika dijadikan kendaraan politik)

Kritikan dari KPAI

Sejak dua hari lalu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI mengaku sudah terima aduan dari para orangtua yang mengeluhkan konsep pembelajran home learning bagi anak-anaknya.

KPAI pun menyayangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta dinas-dinas pendidikan tak melakukan edukasi terlebih dulu kepada guru dan sekolah, ketika ada kebijakan belajar di rumah selama 14 hari. Semestinya ada petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana seperti apa belajar di rumah dengan metode daring.

Nah itu dia yang sejak tiga hari lalu saya sampaikan, bahwa kebijakan home learning bisa jadi bumerang bagi anak dan bagi guru juga, karena tidak disertai petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan. 

https://www.kompasiana.com/ibumercy/5e6d0a44097f364eec5b6272/kebijakan-pemprov-dki-menutup-sekolah-tanpa-persiapan-belajarlah-dari-pemerintah-kota-beijing

Bahkan sebenarnya jika Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan Dinas Pendidikan lain, yang sudah memutuskan siswa home learning, harus harus harus memberikan bimtek alias bimbingan teknis.  Semestinya sebelum hari H diumumkan Gubernur, Dinas Pendidikan sudah mempersiapkan Bimbtek  bagi para kepala sekolah, kepala lembaga pendidikan nonformal, dan juga para guru dan mentor sebagai garda terdepan melaksanakan home learning.  

Kalau sudah begini, ketahuan deh, kebijakan home learning belum dipersiapkan dengan semestinya.  

Catatan :

Foto : Koleksi beberapa siswa Mercy Smart Homeschooling, Home Learning  20 Maret 2020

Tulisan ini juga dimuat di blog lain

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun