Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada yang Marah, Jokowi dan Prabowo Berpelukan

13 Juli 2019   16:30 Diperbarui: 13 Juli 2019   16:50 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pancasila, khususnya Sila Persatuan Indonesia menjadi pegangan super penting bagi semua anak bangsa Indonesia. Itulah falsafah hidup kita sebagai bangsa, sejak Proklamasi 17 Agustus, 74 tahun lalu.

Jokowi, Prabowo, Anda, dan saya adalah anak bangsa Indonesia sehingga secara mental dan logika mestinya bahagia bila terwujud Persatuan Indonesia.

Di Stasiun MRT Lebak Bulus, pagi ini,  Jokowi dan Prabowo bertemu. Lanjut makan siang di satu meja. Lanjut ucapan selamat. Lanjut berpelukan. Itulah peristiwa sejarah yang ditunggu tunggu usai Pemilihan Presiden 2019. 

Kerinduan yang terwujud secara natural membuat orang orang  bersorak sorai dan berkomentar positif. Beberapa orang bahkan sangat bahagia karena bisa selfie bersama Jokowi dan atau Prabowo. 

Senyum gembira dari para penyiar televisi, komentator, reporter, juru warta, dan semua pejabat on.location menjadi wakil perasaan kita semua yang menonton layar kaca atau layar handphone.

Kedua calon presiden 2019 itu sepakat, tidak ada 01 atau 02, sekarang dan selamanya 03 = Sila Persatuan Indonesia. Dengan bermodal itulah kita bisa bersama bekerja membangun bangsa sesuai kapasitas kita masing masing.

Perlu diingat, "musuh" kita adalah bangsa lain. Kompetisi global terus bergulir, dan sadar kalau kita masih tertinggal dari bangsa lain, sebutlah Singapura, Malaysia, Filipina. Janganlah bandingkan dengan RRC dan negara negara Barat dan Amerika.


Ada yang Marah Marah

Begitulah, keputusan damai antara dua calon presiden Indonesia, ternyata ada yang merespon dengan sangat negatif, marah, memaki maki.

Siapakah mereka ?  Mereka mungkin tetangga, teman sekantor,  teman satu kuliah, teman jaman SMP, SMA, atau saudara kita yang justru  enggan menyatukan hati sebagai sesama bangsa Indonesia.

Jika menyimak ratusan komentar di twitter Partai Gerindra hari ini, lumayan aneh karena ada marah, memaki, sampai say goodbye.

Ada yang mencoba argumentasi kalau "pengorbanan"  600an petugas KPPS  menjadi sia sia. 

Buat saya, itu argumentasi yang aneh. Apakah ke-600 orang yang mengorganisir rakyat berpemilu pasti marah jika rekonsiliasi terwujud? Justru yang masuk akal adalah para pahlawan pemilu bahagia karena kerja keras mereka terwujud dan berlabuh di perdamaian bangsa Indonesia. 

Jadi siapakah mereka yang marah karena Prabowo mengucapkan selamat pada Jokowi? 

Mungkin secara simple, satu postingan di twitter Partai Gerindra langsung lugas menjawab.

Akun Twitter Putra Pembangkang
Akun Twitter Putra Pembangkang

Say Goodbye buat pendukung HTI dan topeng-topengnya

Nah buat mereka yang kekeuh say goodbye, silakan tinggalkan Indonesia. 

Rasanya 55% pemilih Jokowi tidak keberatan jika para pendukung Prabowo, maksudnya pura-pura pendukung, pindah ke luar Indonesia.

Mengapa saya sebut pura-pura pendukung? Ya jelaslah. Jika mereka pendukung setia Prabowo, harusnya ikut bahagia melihat Prabowo membuktikan ke-negarawan-an.

Apalagi terbukti di “kencan pertama” mereka usai Pilpres 2019, ternyata sama sekali tidak ada persyaratan macam.macam.  

Kita perlu mempertanyakan dengan tegas, ucapan dari mulut-mulut orang “tidak bertanggungjawab” yang bikin resah. Seperti ocehan Danil  Azhar, atau siapapun yang ngotot syarat rekonsiliasi harus memulangkan siapapun.

Nah sekarang ketahuan, mereka yang tidak menerima rekonsiliasi layak disebut  “sampah Indonesia”.

Sampah ya silakan dibuang. Sebenarnya sampah tertentu masih bisa di daur ulang. Dalam konteks ini, daur ulang isi otaknya, buang radikalisme dan diisi nasionalisme Indonesia, Garuda Pancasila.  

Semoga Anda dan saya tidak sudi, tidak mau jadi “sampah Indonesia” . Mari bersatu bersinergi bangga menjadi Indonesia yang ber-Pancasila. Kita NKRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun