Pancasila, khususnya Sila Persatuan Indonesia menjadi pegangan super penting bagi semua anak bangsa Indonesia. Itulah falsafah hidup kita sebagai bangsa, sejak Proklamasi 17 Agustus, 74 tahun lalu.
Jokowi, Prabowo, Anda, dan saya adalah anak bangsa Indonesia sehingga secara mental dan logika mestinya bahagia bila terwujud Persatuan Indonesia.
Di Stasiun MRT Lebak Bulus, pagi ini,  Jokowi dan Prabowo bertemu. Lanjut makan siang di satu meja. Lanjut ucapan selamat. Lanjut berpelukan. Itulah peristiwa sejarah yang ditunggu tunggu usai Pemilihan Presiden 2019.Â
Kerinduan yang terwujud secara natural membuat orang orang  bersorak sorai dan berkomentar positif. Beberapa orang bahkan sangat bahagia karena bisa selfie bersama Jokowi dan atau Prabowo.Â
Senyum gembira dari para penyiar televisi, komentator, reporter, juru warta, dan semua pejabat on.location menjadi wakil perasaan kita semua yang menonton layar kaca atau layar handphone.
Kedua calon presiden 2019 itu sepakat, tidak ada 01 atau 02, sekarang dan selamanya 03 = Sila Persatuan Indonesia. Dengan bermodal itulah kita bisa bersama bekerja membangun bangsa sesuai kapasitas kita masing masing.
Perlu diingat, "musuh" kita adalah bangsa lain. Kompetisi global terus bergulir, dan sadar kalau kita masih tertinggal dari bangsa lain, sebutlah Singapura, Malaysia, Filipina. Janganlah bandingkan dengan RRC dan negara negara Barat dan Amerika.
Ada yang Marah Marah
Begitulah, keputusan damai antara dua calon presiden Indonesia, ternyata ada yang merespon dengan sangat negatif, marah, memaki maki.
Siapakah mereka ?  Mereka mungkin tetangga, teman sekantor,  teman satu kuliah, teman jaman SMP, SMA, atau saudara kita yang justru  enggan menyatukan hati sebagai sesama bangsa Indonesia.
Jika menyimak ratusan komentar di twitter Partai Gerindra hari ini, lumayan aneh karena ada marah, memaki, sampai say goodbye.
Ada yang mencoba argumentasi kalau "pengorbanan" Â 600an petugas KPPS Â menjadi sia sia.Â