Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apa Kabar Ahoker? Pilih Jokowi atau Prabowo

16 April 2019   06:20 Diperbarui: 16 April 2019   07:04 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Galaunya Jutaan "Ahoker' di pilpres dan pileg 2019

Ahoker masih ada? Ternyata ada loh. Sejak Ahok mengumumkan metamorfosa jadi BTP Basuki Tjahja Purnama (bukan, Basuki Tusuk Puput), Ahoker terpecah pecah, minimal ada 3

  1. Tetap mendukung apapun tindakan Ahok, yang sekarang sudah jadi BTP

  2. Setengah hati, karena Ahok kawin lagi,dan berusaha percaya kalau BTP tetap punya idealisme yang bisa diteladani.

  3. Tetap dukung sosok Ahok, (bukan BTP). Ahok yang penuh idealisme, termasuk harapan mereka kalau Ahok tidak (boleh) kawin lagi, sesuai iman Kristiani.

Sengaja saya fokus pada Ahoker karena mungkin masih ada ribuan atau bahkan ratusan ribu, dari yang tadinya jutaan orang pendukung Ahok di jaman jayanya.

Ahoker ini galau, karena mereka kehilangan sosok Ahok, lelaki penuh cinta pada keluarga; seorang manusia yang bisa memaafkan orang orang jahat yang memplintir kalimatnya di Kepulauan Seribu; Gubernur yang ikhlas menerima hukuman dari para "badut" pengadilan karena tunduk pada kekuatan masa sehingga menjatuhkan hukuman, di luar nalar hukum yang adil.

Sejak Ahok di penjara, ternyata banyak perubahan mental, termasuk memutuskan bercerai, dan (ini yang bikin perdebatan panjang) kawin lagi. Padahal kalau beneran Ahok masih rutin membaca dan kontemplasi ayat ayat Alkitab, semestinya Ahok tidak kawin lagi. Mungkin karena itulah, alam bawah sadarnya dia menyatakan, yang kawin lagi BTP, bukan Ahok.

Maka yang menjadi panutan Ahoker adalah pribadi Ahok, bukan BTP. Karena di mata Ahoker, BTP itu sosok berbeda. BTP sendiri mengumumkan bahwa dia berubah menjadi pribadi yang lebih tenang, sabar, dan berhati hati bicara.

Walaupun ada berita kemaren, Ahok marah marah pada Pengurus TPS di Jepang karena merasa "dikadalin". Makanya yang diberitakan adalah Ahok marah marah lagi, bukan BTP.

Ahok juga membuat video agar pemilih condong ke PDIP. Sebagai kader PDIP, Ahok boleh saja mengkampanyekan partainya. Namun jika beneran Ahok membenturkan PDIP dengan PSI, itu bikin luka lama menganga.

Kenapa? PSI adalah partai baru, yang digawangi Raja Anthony, yang adalah penggagas "Teman Ahok'.

Masih ingat, sejuta lebih "Teman Ahok" mengumpulkan tanda tangan agar Ahok bisa maju pilgub.  Eh di.ujung kisah, "Teman Ahok" ditinggalkan karena Ahok memilih PDIP sebagai kendaraan politiknya. 

Entah kenapa pula, Ahok malah "mendekat" ke orang orang PDIP di DPRD DKI yang entah apa prestasinya bagi rakyat. Konon, oknum itu juga yang men-comblang-i Ahok kawin lagi.

Ahok malah meninggalkan anak anak muda "Teman Ahok", yang lebih akrab dipanggil Ahoker. Ahok meninggalkan teman seperjuangan yang jelas jelas sudah mendukungnya lewat sejuta tanda tangan, sejuta karangan bunga, bahkan sejuta lilin saat Ahok masuk penjara.

Ahoker Tambah Galau

Kegalauan Ahoker tahap dua, menjelang Pilpres besok adalah berita adik kandung Ahok, Fifi.Lety Tjahaja Purnama yang merapat ke Prabowo.

Bahwa Fifi secara terbuka menyatakan apresiasi Prabowo jaman dulu, saat mengantar Ahok jadi calon wagub DKI Jakarta. Sementara Ahok "lupa" justru Fifi mengingatkan kembali sikap tahu diri dan berterima kasih ke Prabowo.

Walaupun kabarnya tak ada "udang di balik bakwan" agar Ahoker mengingat jasa Prabowo, tetapi kejadian itu pasti jadi pertimbangan buat Ahoker menetapkan capresnya.

Pilih Jokowi Maruf Amin? 

Mungkin jumlah Ahoker tidak sampai jutaan, karena seperti di awal tulisan, saya berasumsi sudah terpecah tiga kelompok.

Namun kalau kita hitung, jika ada 1,5 juta Ahoker dibagi tiga, maka bisa jadi ada 500 ribuan Ahoker di seluruh Indonesia bahkan dunia yang belum menentukan pilihan presiden

Angka 500 ribu tidak besar jika dibanding total pemilih yang kisaran 200 juta. Namun jumlah itu sangat penting, karena  sengitnya pilpres kali ini.

Ahoker sedang memilih 

Apakah Jokowi, yang to the point, saya katakan, "cuci tangan" dengan kasus Ahok.dan membiarkan Ahok di penjara.

Ditambah Jokowi malah gandeng Maruf Amin, yang dalam kasus Ahok, jadi tokoh yang sangat pro HTI dan FPI, sehingga sanggup menambah."hukuman" Ahok. Padahal Maruf Amin sebagai tokoh NU semestinya bisa lebih bijaksana,  dan cerdas melindungi minoritas. Bukan malah tunduk pada keganasan radikal bertopeng agama.

Atau Pilih Prabowo Sandi? 

Atau Prabowo, yang tidak pernah mengkhianati Ahok? 

Prabowo, yang akhirnya mendapat apresiasi.dari adik kandung sekaligus pengacara Ahok yang militan mendukung Ahok? 

Atau Golput ? Jangan ah, sebagai Ahoker yang cinta NKRI, Pancasila, UUD 45 harus menggunakan hak pilih.

Selamat memilih.

Catatan: artikel ini juga diposting di tempat lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun