Jalur Prestasi merupakan satu dari dua cara penerimaan siswa baru di sekolah negeri yakni tingkat SMP SMK dan SMA di wilayah Dinas Pendidikan Jakarta. Cara satu lagi adalah berdasarkan nilai NEM, alias nilai ujian nasional yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Buat siswa (dan ortu) yang hasil Nilai Ebtanas Murni NEM-nya pas-pas-an, maka Jalur Prestasi merupakan jalan keluar untuk masuk ke sekolah impian. Sah sah saja, karena tidak semua anak diberi Tuhan kecerdasan logika seperti yang dipuja-puja selama ini. Yang paling sering kita abaikan adalah anak-anak yang "kurang" kapasitasnya di IQ, tetapi memiliki kelebihan di sisi kehidupan lainnya.Â
Tuhan  tidak pernah salah sehingga harusnya kita bisa mengapresiasi tinggi untuk anak-anak yang bertalenta di luar akademik. Bahkan talenta di luar akademik itu sekarang mulai terbukti menjadi life-skills yang mendatangkan kemakmuran lebih dari mereka yang cuma fokus pada kepintaran akademik saja.
Yang saya bayangkan adalah anak-anak hebat yang bergembira ria mengeksplore bakat dan minatnya. Contohnya anak-anak Indonesia yang nongol di acara Little VIP Metro TV. Mulai dari anak-anak masih unyu-unyu tetapi bisa melukis dengan cepat dan keren. Atau saya pernah menonton anak 4 tahun tapi sudah jago nge-dance. Â Ada juga anak kecil tetapi bisa menyinden dengan begitu merdu. Ada juga yang sering kita dengar keahlian bermain piano atau alat musik lainnya, karateka, pemain pencak silat, juara pantomim, juara menyanyi yang tingkat internasional, peraih medali emas dunia, dan banyak lagi.Â
Itulah yang ada di benak saya saat membaca Jalur Prestasi 2017.
Wah ada kemajuan nih, Dinas Pendidikan DKI Jakarta di bawah Kepala Dinas Sopan Andriyanto dan wakilnya Bowo Irianto.
Saya gembira, bahwa Dinas Pendidikan DKI Jakarta sudah mulai melek dan memberi kesempatan bagi anak-anak berprestasi di berbagai bidang.Â
Biasanya, anak-anak istimewa ini "tidak terlalu pintar akademik" tetapi prestasinya luar biasa, sehingga layak kita menyediakan karpet merah bagi mereka untuk bisa melenggang masuk ke SMP dan SMA impiannya, melalui pintu "Jalur Prestasi". Â
Soalpinter atau tidak, menurut saya ada kaitan dengan waktu. Bukan rahasia kalau anak-anak "Istimewa" ini fokus pada minat dan bakatnya, sehingga mereka memilih menghabiskan waktu untuk mengasah minat dan bakatnya. Karena itu mereka jarang ikut bimbel, selain itu mungkin karena tidak bersemangat mengulang-ulang pelajaran akademis --yang membosankan dan tidak banyak manfaat bagi hidup mereka sehari-hari.
Mau masuk Jalur Prestasi? Begini Aturannya
Jatah Jalur Prestasi hanya 5% dari total penerimaan siswa di satu sekolah.
Di salah satu SMA favorite Jakarta yang kemaren saya datangi, total siswa yang akan diterima 9 kelas x 36 siswa = 324 siswa. Jatah jalur Prestasi yang tersedia = 16 siswa. Dan sampai deadline penerimaan, 2 Juni 2017 pk 14, ternyata jatah itu tidak terpenuhi. Pertanyaannya, mengapa?
Tentu saja saya penasaran, kok bisa, jatah alias kuota cuma 16 anak Jalur Pretasi tidak bisa terpenuhi.
Apakah SMAN favorite itu sudah turun pamornya sehingga kurang peminat?B Bahwaternyata orang sudah sadar kalau SMA itu cuma kegedean image.Â
Oh ternyata persoalannya bukan faktor itu.
Menurut informasi dari bagian penerimaan, Peminat Jalur Prestasi ke SMA favorite se-Jakarta itu banyak sekali. Selama 5 hari dibuka, ada puluhan siswa mendaftar Jalur Prestasi, tetapi harus mereka tolak. Begini alasannya
Kejadian di lapangan
(Catatan : kalimat dalam bentuk tulisan miring / italic adalah respon dari pihak sekolah)
Kasus I
Para siswa peminat Jalur Prestasi datang dengan percaya diri. Mereka mengantongi berbagai penghargaan tingkat nasional, atau ,malah tingkat internasional. Sesampai di bagian penerimaan berkas, ditolak. Kenapa?
Maaf, prestasi siswa ini ditolak karena tidak berjenjang. Yang kami terima adalah siswa yang berprestasi berjenjang, mulai dari tingkat kabupaten / kotamadya. Setelah menang di tingkat kotamadya, harus menang lagi di tingkat propinsi, dan lanjut lagi di tingkat nasional.
Oh kalau langsung menang di tingkat nasional nggak boleh? Banyak lomba yang diadakan langsung di tingkat nasional dan standar peniaiannya ketat, seperti lomba Pertandingan Karate tingkat dunia, Lomba Nyanyi Idola Cilik, Lomba Programmer tingkat Nasional, Lomba Mengarang Remaja tingkat Indonesia, dan lanjut ke tingkat ASEAN.
Nggak bisa. Karena Juknis alias petunjuk teknis begitu.
#Tepokjidat1
Kasus 2
Siswa datang dengan bukti piagam pemenang dari lomba yang berjenjang. Dia membuktikan dengan piagam penghargaan sebagai pemenang tingkat kotamadya, berlanjut ke tingkat propinsi, dan tingkat nasional. Piagam dan rekomendasi diperoleh dari Panitia Nasional yang diakui keberadaannya oleh Pemerintah, apalagi lomba itu diadakah di kompleks Ke-Presiden-an Republik Indonesia.
Maaf tidak bisa kami terima karena tidaksesuai juknis.
Hah, Juknis yang mana lagi yang tidak sesuai?
Lembaga pemberi rekomendasi tidak masuk dalam juknis. Lembaga Penyelenggara sesuai juknis hanyalah Kemendikbud, Dinas Pendidikan, Kanwil Agama, Dinas Olahraga atau Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Hanya itu rekomendasi yang diterima untuk Jalur Prestasi.
#Tepokjidat2
Ini baru dua kasus yang membuat saya pusing dan heran, alias #tepok jidat. Masih ada kasus lain seputar Jalur Prestasi dalam lingkaran setan penerimaan siswa baru yang membuat kesal dan geregetan.Â
Sebenarnya siswa  Jalur Prestasi versi Dinas Pendidikan yang bagaimana? Yang profesional atau sorry to say, yang amatiran?  Silakan tunggu postingan beeikutnya ya. Â
Jalur Prestasi dalam "Lingkaran Setan" Penerimaan Siswa Baru bagian kedua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H