Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekali Lagi, Salah Kaprah tentang Homeschooling!

21 Mei 2016   09:04 Diperbarui: 21 Mei 2016   09:48 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanggapan saya :

  • Bahwa Homeschooling itu HAK setiap warga negara. Jadi tidak perlu minta ijin siapapun. HAK itu dijamin UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 / Tahun 2003 terutama pasal 5 

Jika Bli Eka tuliskan, homeschooling adalah pilihan bagi para orang tua yang tidak percaya sepenuhnya (pada stakeholder sekolah formal) dan untuk orangtua yang berlebihan membela anaknya --meskipun anak salah 

Perlu saya luruskan  untuk Bli Eka dan semua orangtua yang perduli pada pendidikan anaknya, 

  • Wajar sekali dan SEHARUSNYA orangtua i tidak bisa percaya sepenuhnya pada stake holder sekolah formal saat ini. 
  • Bukan rahasia kalau dibanding negara lain, memang kualitas pendidikan dan kualitas guru / kepala sekolah Indonesia secara mayoritas buruk bahkan buruk sekali. Meski ada saja guru yang hebat dan penuh dedikasi, tetapi itu kisah Umar Bakrie yang langka.  

Ini belum termasuk kita bicara soal korupsi uang, korupsi waktu yang dibiarkan terus menerus oleh stakeholder sekolah formal. 

Bahwa kehadiran dan kebutuhan siswa pada bimbingan belajar (oleh lembaga pendidikan di luar sekolah formal) merupakan bukti KEGAGALAN sekolah formal. Sebagai guru harusnya kita malu karena bertahun-tahun siswa kita ajar dan didik, tetapi kok malah semua siswa kita sangat butuh bimbel  untuk meraih sekolah lanjutan /  universitas lanjutan pilihan hati.  

Kembali ke Orangtua yang memilih Jalur Homeschooling 

Kalau ada sekelompok orangtua yang menyadari sekolah tidak mampu memenuhi kebutuhan dan tidak mampu memotivasi anaknya lagi,  dan memilih untuk mendidik anaknya lewat homeschooling JUSTRU HARUS KITA APRESIASI  karena para orangtua ini sudah siap baik waktu tenaga dan biaya  untuk mendidik anaknya dengan lebih baik dan lebih merdeka lewat jalur homeschooling

Mohon Bli Eka bisa lebih empati pada kelompok orangtua yang memang secara intelektual dan rasional (bukan atas dasar emosional) memilih homeschooling. 

Namun perlu saya tegaskan, tidak semua anak dan orangtua cocok dengan sistem homeschooling. 

Karena berdasar pengalaman saya belasan tahun,  metode homeschooling jauh lebih dinamis sehingga membutuhkan "stamina" yang lebih hebat ketimbang 

  • cuma "menitipkan" anaknya di sekolah formal dari pagi sampai siang, 
  • disambung dengan les dan bimbel sampai sore, 
  • dan malam harus mengerjakan PR dan tugas lainnya dari sekolah .  

Dan berdasarkan pengalaman saya belasan tahun membuka Homeschooling Komunitas, BELUM PERNAH ADA orangtua homeschooler yang seperti pikiran Bli Eka. "Bahwa yang memilih homeschooling adalah orang tuanya terlalu berlebihan dalam membela anak-anaknya,meskipin jelas-jelas anak itu salah"

Yang saya tahu dan saya kenal,  Justru orangtua dan penggiat homeschooling bekerjasama mendidik anak-anak dengan saling mendukung dan saling percaya. Bahkan dari awal orientasi jelas saya tegaskan, kalau anaknya malas, anaknya salah, yang akan saya "omelin" adalah orangtuanya dulu. Karena sesungguhnya Tuhan menitipkan anak pada orangtuanya  (bukan orang lain, baca sekolah) untuk bertanggungjawab mendidik dan membesarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun