Tolong buka mata dan hati. Bahwa kejadian yang saya paparkan itu benaran terjadi, di acara Kemdikbud, di depan para petinggi Kemdikbud. Kok bisa siswa SD berujar Bapak Pendidikan Indonesia adalah Anies Baswedan.
Akhirnya saya sepakat dengan pendapat peneliti dari Forum Studi Kebudayaan Institut Teknologi Bandung Acep Iwan Saidi. "Pendidikan kita hanya menyentuh permukaan. Tidak ada pembentukan karakter maupun pencapaian kebahagiaan, yang mestinya menjadi prestasi tertinggi belajar."
Jadi pertanyaan paling penting dari ruwetnya pendidikan adalah, apakah anak-anak sudah mencapai kebahagiaan selama di sekolah?
Karena kalau ia bahagia, maka ia akan mempunyai karakter yang baik, termasuk rajin belajar (tidak perlu disuruh-suruh) dan kreatif (membuat ia bisa merasakan, mengalami, dan tidak sekadar menghapal) sehingga mampu mengingat dan akhirnya mempraktikkan nilai moral dari pelajaran sekolah dalam kehidupan sehari-hari dengan tepat dan sesuai.
Dan salah satu hasilnya yang paling sederhana, seharusnya semua siswa Indonesia mampu menjawab bahwa Bapak Pendidikan Nasional adalah Ki Hajar Dewantara, yang punya nama asli Soewardi Soerjaningat, dan bukan Anies Baswedan. Hmmmmm!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H