Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ahok, Demo Angkot, dan Sejuta Senyum Keluarga Go-Jek

14 Maret 2016   09:48 Diperbarui: 14 Maret 2016   11:00 1769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuma sekelumit informasi yang saya langsung dengar dari para petinggi Go-Jek saat bertandang ke kantor Go-Jek untuk tempat magang siswa  Coding Smart School. Betapa mereka menghargai Gubernur Ahok yang sudah berani pasang badan memberi keleluasaan pada transportasi online Go-Jek. 

Go-jek itu sebenarnya bukan bagian transportasi umum. Makanya sempet Menteri Perhubungan di tahun 2015 menghentikan Go-Jek, melarang operasional Go-Jek.

Tak pelak, ribuan para pengguna Go-Jek dan tukang Go-Jek marah marah dan menanyakan, lalu Menteri Perhubungan punya solusi apa untuk mengatasi kemandegan dan kemacetan? 

Kasus ini sampai ke Presiden Jokowi yang akhirnya menyatakan Go-Jek bebas beroperasi selama masih diperlukan, terutama oleh warga kota seperti Jakarta.

 

Awalnya Ahok yang pasang badan untuk Go-Jek dkk

Go-Jek awalnya hadir di Jakarta dan sekarang merambah ke berbagai kota besar Indonesia.  Karena itu, pada awalnya Gubernur Ahok yang berpikir visioner sehingga memasang badan. Ahok berpikir dari dua sudut yakni : memberi solusi bagi warga Jakarta yang mengeluhkan kemacetan. Kedua  mendukung lapangan kerja Go- Jek ride yang saat ini sudah menembus angka  300.000 orang ber-KTP dan ber-SIM  Jakarta.

Sampai sekarang komentar Ahok yang menyatakan, Go-Jek itu seperti Anak yang Tidak Diharapkan terus melekat di para petinggi Go-Jek, keluarga besar Go-Jek dan jutaan pengguna Go-Jek. (ulasan lengkapnya bisa baca di sini )

Dengan membiarkan Go-Jek menjadi alat transportasi yang bebas mengarungi jalanan macet Jakarta, Ahok sudah memberi harapan dan penghasilan bagi 300.000 tukang Go-Jek.

Jika satu Go-Jek memberi makan 4 mulut saja, artinya Ahok sudah membuktikan ada 1.200.000 warga Jakarta yang bisa hidup. Itu baru senyum dari keluarga penerima berkah sebagai tukang Go-Jek. Bagaimana dengan senyum dari warga Jakarta yang merasa mendapat solusi dengan menggunakan Go-Jek?

Teman-teman saya di Komunitas Finalis Putri Remaja Indonesia yang mayoritas bekerja di perusahaan, tenaga profesional (dokter, psikiater) atau punya bisnis sampingan (punya Homeschooling, punya bisnis konveksi dsb) , hampir semuanya sekarang menggunakan fasilitas Go-Jek. mulai dari mengantar dokumen, membeli makanan, mijet, sampai bersihkan rumah.  

Apa Kabar Go-Jek?

Untuk melengkapi informasi, saya sempatkan mampir ke Social Media Week pada Februari 2016 kemarin, untuk mendengar presentasi dari Go-Jek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun