Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Saat ini, 720 Hacker Dunia Serentak Bikin Aplikasi Antikorupsi

5 Desember 2015   09:09 Diperbarui: 11 Desember 2015   08:49 1441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - hacker (Shutterstock)

Hari ini sampai besok, ratusan penggiat komputer alias para hacker Indonesia yang ada di seluruh dunia akan bermaraton membuat applikasi program komputer dengan benang merah Keterbukaan Informasi dan Antikorupsi. Sudah terdaftar 720 hacker (atau lebih tepat disebut developer/programmer/maker aplikasi komputer) tersebar di 12 negara dunia siap berkompetisi bikin aplikasi.

Oya, 720 hacker yang tergabung dalam 270 tim adalah orang Indonesia, masih memegang pasport Indonesia, yang mungkin kuliah atau mencari makan di negeri Malaysia, Singapura, Jepang, Australia, Selandia Baru, Belanda, Jerman, Korea Selatan, Perancis, Britania Raya, Amerika Serikat, dan tentu saja dari Indonesia. Dari Indonesia kabarnya ada cukup banyak tim yang ikutan, termasuk Tim Tobat yang terdiri dari  saya, Ajie Pratama, Christie Kirana, dan Andre Christoga. Ulasan tentang Andre Christoga bisa dibaca lebih lanjut di sini, sini, dan sini.

Mengapa acara ini penting?

Di era teknologi ini, tidak ada manusia yang bisa lepas dari berbagai devices teknologi, handphone, televisi, alat rumah tangga, dan komputer. Dan ibarat pisau, teknologi bisa dipakai untuk kebaikan, dan bisa juga untuk kejahatan. Yang kita mau dan aminkan, teknologi dimanfaatkan untuk melancarkan kegiatan sehari-hari, di rumah, di kantor, di bisnis. Namun yang saat ini tengah bergelora adalah kelompok manusia jahat dan rakus yang menguasai dan mengerti teknologi untuk menipu, membohongi, merusak, menghancurkan orang lain, perusahaan lain, bahkan negara lain. 

Kasus rekaman Papa Minta Saham bisa menjadi bergulir hangat dan perdebatan panjang, karena seseorang merekam pembicaraan dengan handphone yang diletakkan di atas meja. Rekaman yang lengkapnya lebih dari 1 jam itu tentu memerlukan gadget yang lumayan canggih sehingga bisa merekam sampai suara sehalus mungkin (biasanya giliran ngomong yang rahasia, manusia akan memelankan suaranya). Justru karena itulah rekaman Papa Minta Saham menjadi hasil rekaman paling fenomenal tahun 2015.

Demikian juga dengan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK yang sedang diobok-obok oleh DPR. KPK yang punya senjata ampuh, melakukan penyadapan, merekam dan mengintili para tersangka koruptor, saat ini tengah dikeroyok DPR supaya tidak bebas menggunakan senjatanya. Satu draft UU yang tengah diajukan DPR untuk "Perbaikan" KPK adalah keharusan untuk melakukan Permintaan Izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat, sebelum melakukan penyadapan atau merekam pembicaraan. 

Jelas DPR mati-matian mau mencabut UU KPK (UU no 30 Tahun 2002) Pasal 12 ayat (1) huruf a “Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan.”) dan akan "diperbaiki" dengan Pasal 14 ayat (1) huruf a yang menyatakan, KPK berwenang melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan setelah ditemukan bukti permulaan yang cukup dengan izin dari ketua pengadilan negeri.

White-Hacker & Black-Hacker 

Dua orang Hacker Senior, Frans Thamura dan Imanzah "Iboy" Nurhidayat" ketika ngobrol ringan dengan saya sering mengingatkan, hacker itu manusia juga, ada yang white-hacker dan black-hacker.

  • White-hacker menggunakan kemahirannya untuk memperbaiki, meningkatkan kualitas, menyederhanakan, dan mempermudah pengguna komputer mendapatkan informasi dan pekerjaan.
  • Sedangkan black-hacker sebaliknya. Mereka masuk ke jaringan komputer yang biasanya, bukan hak dan wewenangnya untuk mencuri atau merusak yang ujung-ujungnya cuma menghasilkan keuntungan buat si black-hacker sendiri atau kelompoknya.
  • Karena itu wajib hukumnya para hacker ini terutama yang muda-muda diberi wadah untuk menyalurkan kecerdasannya agar menghasilkan kebaikan bagi masyarakat. Itulah motivasi saya dan tim ikutan di acara yang bertajuk Hackathon Merdeka 3.0 yang khusus menggagas aplikasi menyelesaikan permasalahan korupsi di Indonesia.

Diawali dengan tantangan, "Apakah kamu punya ide untuk membantu menyelesaikan permasalahan korupsi dan membangun integritas dalam masyarakat, institusi, dan pemerintahan Indonesia? Tantangan apa yang bisa kita atasi melalui Hackathon Merdeka 3.0?"

Mengapa Hackathon Merdeka 3.0 ini memberi tantangan demikian? Hasil diskusi panitia Hackathon Merdeka (yang kebetulan saya ingat: Ainun Najib, Irvan Putra, Primawan Satrio Bindono, Sofian Hadiwinata, Juan, Rendra) sampai pada kesimpulan bahwa untuk terciptanya sistem integritas, Indonesia memerlukan:

  1. Institutional Restraints
    • Peradilan yang independen dan akuntable dengan penegak hukum yang adil dan independen
  2. Civil Society Participation
    • Adanya keterbukaan informasi publik
    • Masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik
    • Masyarakat dapat memonitor pelaksanaan pembangunan.
  3. Public Sector Management
    • Meritokrasi rekruitmen dan kinerja PNS
    • Manajemen anggaran yang profesional (transparan dan akuntable)
    • Pelayanan umum yang prima
  4. Political Accountability
    • Transparansi dan akuntabilitas pendanaan partai politik
    • Pengaturan konflik kepentingan
    • Pelaporan harta kekayaan

Adapun sektor-sektor yang rawan dikorupsi adalah:

  1. Pelayanan publik: pendidikan, kesehatan, administrasi kependudukan.
  2. Pengadaan barang dan jasa.
  3. Pajak dan transaksi ijin pertambangan.
  4. Kepabeanan dan bea cukai.
  5. Minyak dan gas.
  6. Penyelenggaraan haji.
  7. BUMN/BUMD.

Ngapain aja Hackathon hari ini dan besok?

Dua hari ini para hacker yang cinta Indonesia akan bekerja cerdas untuk menciptakan berbagai aplikasi sesuai analisis panitia. Diharapkan hasil hackathon dua ini hari mampu membuat aplikasi yang bisa langsung dimanfaatkan Indonesia, khususnya lembaga negara untuk makin membuat aplikasi berbasis web maupun mobile yang bisa menjadi semacam pagar teknologi yang kuat untuk mencegah, menghadang bahkan membongkar berbagai kasus korupsi.

Jadi dari komputer masing-masing, di tempat masing-masing, di negara tempat tinggal masing-masing, ke-270 tim akan berjibaku bahkan maraton untuk menyelesaikan aplikasi untuk membantu Indonesia menjadi lebih terbuka sehingga memperkecil celah orang-orang dalam lembaga dan institusi negara, untuk berkorupsi-ria.

Memang, secanggih apa pun sisitem dan aplikasi komputer yang dibuat akan tidak bermanfaat kalau orang-orang yang menggunakannya masih bermental jahat dan rakus. Karena itu, diperlukan juga kesadaran kita semua untuk membangun diri sendiri dan orang-orang yang kita cintai agar memilih menjadi orang yang berintegritas, tidak silau dengan godaan korupsi sehingga tega mengakali semua hal untuk kepentingan diri sendiri.

 ------

Semoga para peserta Hackathon Merdeka 3.0 bisa menghasilkan berbagai program aplikasi komputer yang bermanfaat dan cerdas, sambil menabur bibit kebaikan bagi para (calon) maupun programmer dan hacker yang akan menjadi the man behind the gun dalam pemanfaatan aplikasi komputer.

Kompasianer yang berminat memantau, silakan mampir ke HackathonMerdeka.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun