Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Orangtua Part Timer

1 Desember 2015   06:53 Diperbarui: 1 Desember 2015   08:17 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mumpung masih hangat ngomongin  Hari Guru. Mengutip Mendikbud Anies Baswedan yang menegaskan pentingnya pendidikan yang bertumpu kepada orangtua, lembaga pendidikan, dan sang anak. Bahwa sudah saatnya orangtua mengambil peran lebih dalam pendidikan anak-anaknya.

  • Buat beberapa teman saya, kalimat semacam itu diartikan dengan memasukkan anaknya ke sekolah mahal dan bergengsi. Sekali seminggu, orangtua berlibur dengan anak-anaknya sambil bercengkeraman. Sementara 6 hari lainnya, anak dibuat sibuk dengan sekolah dan berbagai les.
  • Buat teman saya yang lain, orangtua lebih intens memeriksa PR anaknya setelah mereka pulang kantor. Sekalipun sudah capek, tetapi beberapa teman tetap komitmen memeriksa PR anak-anaknya. Thanks untuk internet dan mbah Google, yang membuat para ibu, bisa tahu semua jawaban bagi PR anak-anaknya.

Namun buat saya, mengambil bagian dalam pendidikan anak adalah memilih jalur homeschooling komunitas. Homeschooling komunitas adalah jalur pendidikan yang lebih banyak melibatkan peranan orangtua sebagai penddik,  sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional Indonesia.

MercySmart Homeschooling Komunitas melayani siswanya untuk mendapat pendidikan standar (baca kurikulum) yang bisa menjadi patokan kemampuan standar pengetahuannya. Namun tidak sampai di situ,  karena lewat Homeschooling jauh lebih penting membuka tabir dan  menggali potensi anak-anak kita. Sangat mungkin anak-anak kita  tidak berminat (ups maaf) di bidang pelajaran baku : matematika, sains, sosial sains, atau bahasa.

Seperti pengalaman saya dengan siswa MercySmart Homeschooling Komunitas,  ternyata di balik "kemalasan mempelajari bahan-bahan kurikulum inti versi Kemdikbud"  anak-anak homeschooling malah lebih  tertarik dan berminat di bidang non-akademik. Sebutlah bidang yang lebih diminati adalah  olahraga, kesenian, agama, dan berbagai pengembangan pengetahuan seperti teknologi informasi, berbagai bisnis yang tradisional atau bisnis online.  

Apakah anak-anak sekolah formal tidak bisa digali potensinya di bidang-bidang tersebut?  Memang materi olahraga, kesenian, agama  teknologi informasi, pengembangan bisnis online dan offline, dll tersedia dalam pendidikan formal (baca sebagian sekolah. Tetapi jujur saja,  karena keterbatasan guru, keterbatasan kreatifitas, dan jumlah murid yang banyak, membuat sekolah formal tidak mampu  memberikan stimulus yang berarti bagi siswa-siwanya. Siswa sekolah formal secara umum tidak mendapat stimulus yang sangat optimal yang bisa membuat  mereka tidak tertantang untuk menggali potensinya di bidang-bidang tersebut. Akhirnya potensi itu terpendam, terbenam, terkubur.

Sementara di Homeschooling Komunitas, potensi itu malah dipilih untuk  lebih dikembangkan, didevelop. Materi pelajaran kurikulum inti yang diwajibkan Kemdikbud tetap diberikan, tetapi minat siswa di luar kurikulum juga menjadi bagian penting dalama pembelajaran di MercySmart Homeschooling Komunitas. 

Orangtua Part Timer

Dan semua potensi anak-anak kita, secara umum,  bisa digali karena peran serta orangtua yang optimal yang full timer. Orangtua yang menjadi motivator utama bagi anak-anaknya untuk mengembangkan bakat.

Nah, bagaimana  anak-anak kita bisa berkembang,  kalau orangtua  malah memilih fungsi sebagai orangtua Part Timer. Orangtua cuma memberi dukungan omongan doang, uang doang, tetapi pelit memberi waktu yang utama (bukan waktu sisa, waktu yang sudah capek pulang kerja).

Jadi para ibu, ayo berikan waktumu yang terbaik untuk anak-anak. Jangan biarkan golden times anak-anakmu jadi milik pembantu, baby sitter, oma /nenek atau guru kelas / guru les/ dll karena mereka yang ada lebih lama bersama anak-anakmu.

Jangan sampai menyesal jika terjadi kasus perkosaan, seperti yang saya beberkan di awal tulisan. Siapa bilang anak-anakmu yang masih kecil-kecil tidak bisa mengalami hal yang kejam dan jahat? Memangnya kamu bisa melindungi mereka, sementara kamu memilih menjadi Orangtua Part-Timer?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun