Demi solidaritas dengan ibu-ibu dari siswa MercySmart homeschooling, maka saya ikutan menyertakan anak saya, lelaki, Â kontes modelling. Â Kebetulan satu ibu, orangtua siswa MercySmart Homeschooling punya agency modelling yang aktif banget mengirim peserta ke kontes modelling untuk pemula alias untuk orang awam.
Beberapa kali ikut kontes, saya hanya bisa tersenyum kecut karena bingung dengan kriteria pemenang dari kontes modelling. Walaupun secara tegas MC menyatakan ada 3 kriteria penilaian
1. cara berjalan di catwalk
2. kostum : pakaian, akesoris,
3. penampilan
Terus terang kalau bicara soal kontes pakaian, akhirnya selera juri yang menjadi faktor utama, mengapa si A yang norak bener kostumnya bisa jadi juara 1 mengalahkan si B yang taste pakaiannya keren dan anggun. Â Mengapa si C yang cuma nyengar nyengir tanpa ada teknis catwalk bisa menang sedangkan si D yang sudah tahunan berlatih di sekolah modelling malah kalah telak.
Hal di atas itu menurut penilaian saya terjadi sangat mencolok saat pemilihan Mi Mi dan Di Di yang diselenggarakan di Mall Emporium Pluit Jakarta Utara.  Kontes modelling untuk usia 3 sampai 12 tahun itu mengiming-iming hadiah utama Rp 5 juta sampai juara ke-6 berhadiah Rp 500 ribu.  Tentu saja banyak peserta yang berlomba-lomba memikat hati juri untuk mendapat nilai tertinggi. Konon dari target 100 anak, ada 245 anak  "mejeng" di pentas hari Minggu 18 Januari 2015.
Ada tiga  juri, semuanya perempuan muda, yang saat diperkenalkan oleh MC cuma nama tok. Para peserta dan pengantar sempat bertanya-tanya, siapa saja jurinya dan apa jabatan atau prestasinya sehingga ketiganya pantas menjadi juri di ajang kontes menyambut Imlek di tahun 2015.
250 peserta
Biasanya peserta kontes yang pernah saya datangi paling banyak 100 orang. Â Jadi untuk menyaksikan sekitar 250 peserta lumayan pegel. Mau pergi, takut kursi diserobot orang, karena pengunjung hari itu membludak.
Dari ratusan peserta, selalu ada yang menghibur. Ada yang lucu, Â anak yang imut-imut berpakaian putri Cina yang kelamaan aktraksi sampai MC harus ingatkan waktunya sudah habis dan peserta berikutnya sudah nggak sabar. Ada peserta pria yang berpakaian ala pelajar China jaman dulu, lengkap dengan ransel dari bambu berisi pedang, yang selanjutnya ia berakatraksi sekitar 5 menit. Jadi penonton disuguhkan aktraksi, bukan tampilan model.
Namun kebanyakan, lebih dari 75% peserta asal tampil, mungkin itu panggung pertama bagi mereka. Sampai-sampai ayahnya atau ibunya harus ikutan naik pentas menemani anak-anaknya. Hmmm, Â bisa dikatakan, mayoritas peserta memang asal tampil saja. Asal bisa divideo dan difoto, sudah membanggakan orangtua dan seluruh keluarga besarnya.
Padahal untuk ikut kontes model, modal mesti kenceng.  Saya merogoh ratusan ribu untuk membeli kostum anak lelaki biar matching  dengan konsep acara Mi Mi dan Di Di, konsep baju China. Sementara lima teman saya yang mengantar anak perempuan mengaku membeli  baju Mi Mi (anak perempuan) minimal Rp 800 ribuan, lengkap dengan asesorisnya seperti hiasan kepala,  anting-anting lampion, dan kipas.
Sedangkan kompetitor lain, alias para peserta lain kebanyakan tampil ala kadarnya, dengan pakaian sederhana yang penting berwarna merah, dan yang penting saat mereka tampil di panggung, bisa difoto atau di-video orangtuanya dengan penuh kebanggaan. Tentu saja ada peserta yang memang siap tampil. Dengan dandanan dan aksesoris yang benar-benar wah dan memukau, serasa melihat putri-putri kerajaan jaman-jaman Dinasti Cina yang penuh kemewahan dan keemasan.
Kok bisa dia menang?
Akhirnya setelah hampir 6  jam dari mulai acara,  tiba saatnya  juri melalui MC mengumumkan pemenang. Menurut hitung-hitungan temen saya yang punya sekolah modelling dan juga pelatihnya, yang mantan model,  yang menang antara lain kontestan si ini, si ini, si ini, si  itu.  Pertimbangan mengacu ke-3 kriteria tadi yang bolak balik diumumkan si MC.
Ternyata singkat cerita yang menang berbeda dengan hitung-hitungan teman saya tadi. Termasuk anak saya, anak dia, dan anak-anak teman yang ikut lomba tidak ada satupun yang menang.Ternyata akhirnya yang menang adalah yang tidak dihitung menang oleh teman-teman saya yang punya pengalaman malang melintang di bidang modelling. Â Kalau memang begitu, mengapa mereka bisa menang?
Mungkin MC melihat ada keterkejutan tepatnya ketidakpuasan dari para peserta dan pengantarnya. MC buru-buru mengatakan bahwa keputusan juri adalah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Hmmmm.
Para ibu yang mengantar anak, akhirnya menumpahkan uneg-unegnya kepada sesama ibu peserta, yang sama-sama tidak menang.
Sebagai orang yang lumayan sering datang ke kontes modelling, harus saya katakan bahwa Kontes Modelling Mi Mi dan Di di di Mall Emporium Pluit memang tidak jelas kriterianya alias suka-suka si juri saja memilih pemenang. Sulit untuk menangkis ungkapan uneg-uneg para ibu, yang mengatakan, peserta yang menang adalah hasil kolusi, jadi bukan karena prestasi seperti yang bolak-balik ditegaskan MC sebagai kriteria pemenang.
Untuk mbak MC, ucapannya itu Jauuuh panggang dari api, mbak MC. Â Yang menang kok yang cara berjalan alias catwalknya sama sekali tidak bagus, sehingga tentu saja berbanding lurus dengan penampilannya sebagai model.
Yang jadi pemenang utama adalah yang di luar hitungan, baik cara berjalan, kostum, dan penampilan. Sementara yang jadi juara hiburan, Â dan ini agak kontroversi bagi para pengamat model adalah mereka yang berkostum Costplay ala putri dan kesatria Cina, Â Mereka juga beraktraksi sekitar 5 menit sesuai kostumnya.
Beda Modelling dan Costplay
Menurut teman saya yang ngerti modelling, itu bukan lomba modelling, itu ajang lomba Costplay. "Lha itu mah bukan kontes modelling, tapi ajang pencarian bakat Costplay ... salah kaprah nih." Â pelatih modelling yang mantan model ngedumel dengan suara keras, sengaja supaya didengar para juri.
Dan para juri kelihatannya "agak takut" karena mungkin merasa ada hil-hil yang mustahal dalam lomba modelling itu. Atau memang para juri "ndableg" nggak ngerti aturan main dalam penilaian standar nasional dan internasional untuk kontes modelling. Sekali lagi ini kontes modelling bukan costplay.
Sorry to say, yang pasti, kami semua kapok ikutan lomba modelling di Mall Emporium Pluit, karena yang menjadi juara bukan yang terbaik dalam segi catwalk, kostum, dan penampilan.  Nah, jika bukan yang terbaik yang menjadi pemenang, berarti bukan APA ADANYA tetapi ADA APANYA ... hmm  hmmm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H