Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1441 H / 24 Mei 2020
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu alaikum w.wÂ
Innal hamda lillah. Nahmaduhu, wa nastainuhu, wa nasytaghfiruh. Wa naudzu billahi min syururi anfusina, wa min syayyiati a'malina. Man yahdhihillah, fala mudhillalah, Waman yudhlil, fala hadiyalah. Â
Asyhadu an la ilaha illallah, wahdahu la syarikalah. Wa asyhadu anna Muhammadan abduhu warasuluh. Alladzi la nabiya ba'dah.Â
Allahumma shalli 'ala Muhammad, wa 'ala aalihi wash shahbihi ajmain.Â
Amma  ba'du.
Qalalahu fil quranil kariim. Audzu billahi minasysyithanir rajim:Â
Ya ayyuhalladzina amanut taqullah haqqa tuqatihi wala tamutunna illa wa antum muslimun (Ali Imran 102)
Aidin wal aidat rahima kumullah.Â
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Alhamdulillah, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, hari ini kita diberikan kesempatan untuk melaksanakan ibadah shalat id 1441 H. Semoga rangkaian ibadah kita selama bulan Ramadhan ini, dapat menggugurkan dosa-dosa, serta menjadikan kita sebagai pribadi-pribadi yang bertakwa. Amin ya rabbal alamin.Â
Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illallah, wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.Â
Apabila merilis ayat al quran surah al baqarah ayat 183-187, yang berkaitan langsung dengan ibadah puasa di bulan Ramadhaaan, setidaknya terdapat 5 tujuan utama dari puasa itu sendiri;
la'allakum tattaqun     : agar kamu bertaqwa
inkuntum ta'lamum     : jika kamu mengetahuiÂ
la'allakum tasykurun   : agar kamu bersyukurÂ
la'allahum yarsyudun   : agar mereka selalu berada dalam kebenaran Â
la'allahum yattaqun   : agar mereka bertaqwa
Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk memohon kepada Alllah SWT. Mudah-mudahan setelah berlalunya bulan Ramadhan kali ini, kita digolongkan Allah SWT sebagai hambanya yang bertaqwa (takut kepada Allah), senantiasa mawas diri, bersyukur atas sekecil apapun pemberian rizki dari Allah SWT, beristiqamah dalam kebenaran, dan berupaya meningkatkan kesalehan sosial. Kita memiliki kewajiban untuk saling memperhatikan satu sama lain, yang tentunya dengan kapasitas kita masing-masing. Itu sangat penting, karena sesungguhnya, khairun naas ma anfauhum linnas. Sebaik-baiknya manusia ialah yang dapat memberikan kebaikan bagi orang lain.Â
Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar, walillahil hamd.Â
Aidin wal aidat rahima kumullah !
Dunia akan mencatat tahun 2020 sebagai salah satu tahun bersejarah. Betapa tidak, pada tahun 2020 ini, ummat manusia di dunia merasakan penderitaan. Pandemi Corona merubah sistem tatanan kehidupan. Bukan hanya aspek sosial dan kesehatan, melainkan ekonomi, budaya, hingga keagamaan terkena imbas di dalamnya. Biasanya, pada saat mengahadapi suatu musibah, ummat manusia menjadikan aspek keagamaan sebagai benteng kekuatan. Namun kini benteng itu dibuatnya tak berdaya. Semoga pandemi ini segera berakhir, sehingga kita dapat segera kembali menikmati dalam beribadah kepada Allah SWT. Amin.
Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar, walillahil hamd.Â
Aidin wal aidat rahima kumullah.Â
Apabila merilis sejarah, sulitnya hidup masa pandemi covid 19 ini, belum seberapa jika dibandingkan penderitaan orangtua kita dahulu kala. Khatib tidak bermaksud mengecilkan masalah ini, yang ingin khatib tekankan ialah bagaimana sebaiknya sikap kita sebagai orang-orang yang bertakwa dalam menghadapi permasalahan seperti ini. Â
Tercatat. Pada abad ke-6 wabah Justinian  menewaskan ummat manusia hingga 50 juta orang. Wabah Black Death (1347 -- 1351), menewaskan sekitar 25 juta orang. Wabah Cacar  (1492) sekitar 20 juta orang. Flu Spanyol  (1918), menginfeksi sekitar 500 juta orang. Kolera  (1961)  menginfeksi 1,3 juta, dan menewaskan 4 juta orang setiap tahun.  SARS atau Severe Acute Respiratory Syndrome (2003) menginfeksi 8.000 orang, serta menewaskan 774 di antaranya. Flu Babi (2009). Menginfeksi sekitar 60,8 juta orang, dengan kematian global antara 151.700 hingga 575.400. Demikian juga wabah Ebola (2014) menewaskan hingga 11.325 orang.Â
Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah SWT. tanpa terkecuali tentunya pernah melalui suatu wabah (Pes dan Lepra). Beliau memberikan petunjuk  kepada kita untuk bagaimana menghadapinya.Â
"Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu,"Â (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Selain pandemi, sebenarnya masih banyak peristiwa yang membuat ummat manusia sengsara. Tak perlu jauh, orangtua dan nenek moyang kita merasakan hal yang lebih menderita. 350 tahun djijajah Belanda dan dijadikan sebagai Radi. Â 3 tahun dijajah Jepang dan dijadikan Romusa. Setelah merdeka, rakyat Indonesia termasuk orangtua kita dulu, sering mengalami kelaparan. Mungkin kita tidak mengalami makanan berupa singkong, nasi kering, oyek dll. Pun kita tidak mengalami harus antri mendapat sedikit bagian sembako hanya sekedar menyambung hidup, pembunuhan brutal saat melaksanakan ibadah oleh komunis dll. Oleh karena itu, tak ada alasan bagi kita untuk tidak selalu bersyukur kepada Allah SWT. Bersabar dengan apa yang menimpa kita. Dengan kita bersabar, niscaya Allah SWT. akan meningkatkan derajat kita.Â
Oleh karena itu, dampak pandemi Corona yang kita rasakan, sebaiknya dihadapi saja sewajarnya. Terlalu takut ya tidak boleh, terlalu menyepelekan pula tidak boleh.Â
Allah SWT berfirman,Â
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al Baqarah 214)
Hadirin rahima kumullah, selain ayat di atas, Allah menegaskan pula kepada kita;Â
"Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (Ali Imran: 200)
Selain diperintah untuk bersabar, rupanya kita diperintahkan pula untuk menguatkan diri dalam kesabaran. Berlaku sabar dalam kesabaran. Pun kita harus bersiap siaga dengan berbagai hal yang mungkin akan menimpa kita.Â
Mudah-mudah kesulitan hidup kita alami sekarang ini, disikapi dengan kesabaran dan ketawakalan, sehingga kelak Allah menggantinya dengan keberkahan. aminÂ
Allahu akbar-allahu akbar, la ilaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.Â
Aidin wal aidat rahima kumullah, terakhir khatib berpesan "Mari kita sama-sama mencintai diri, keluarga, kerabat, sahabat dan ummat manusia pada umumnya. Bentuk silaturahim tidak selalu harus berkumpul, bersalaman, berpelukan. Yang terpenting untuk sekarang ini, hati kita yang selalu terpaut, saling memaafkan dan mendoakan satu sama lain.Â
Allahu akbar-allahu akbar, la ilaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.Â
Aidin wal aidat rahima kumullah, menutup khutbah ini, mari kita sama-sama berdoa kepada Allah SWT.Â
Innallaha wamalaikatahu yushalluna 'alan nabi. Ya ayyualladzina amanau, shallu 'alaihi wasallimu taslima.Â
Allahummaghfir lil mukminina wal mukminat. Wal muslimina wal muslimat. Al ahyai minhum wal amwat.Â
Allahumma inna nasaluka salamatan fid din. Waafiatan fil jasadi. Waziyadan fil ilmi. Wabarakatan fir rizki. Wataubatan qablal maut, warahmatan indal maut, wamaghfiratan bakdal maut. Allahumma hawwin alaina fi sakaratil maut, wanajjatan minannar, wal afwa indal hisab.Â
Allaummu inna nasaluka ilman nafian, wa rizqan wa sian. Wa amalan mutaqabbalan.Â
Allahumma la taj'alhu akhiral 'ahdi min shiyamina iyyah, fa-in ja'altahu faj'alnii marhuman wa la taj'alnii mahruma
"Ya Allah, janganlah Engkau jadikan puasa ini sebagai yang terakhir dalam hidupku. Seandainya Engkau berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasaku ini sebagai puasa yang dirahmati bukan yang hampa semata."
Allahumma inna naudzu bika minal barashi, wal jununi, wal judzami, wa sayyiil asqami.Â
Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari penyakit lepra, gila, kusta, dan penyakit-penyakit buruk lainnya.Â
Taqabbalallahu minna wa minkum, Shiyamana washiyamakum. Â
Wassalamu 'alaikum w.wÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H