Nadiem Makarim. Tiba-tiba jadi figur yang fenomenal di Kabinet Indonesia Maju. Sungguh fenomenal. Harus diakui begitu. Ketika Nadiem Makarim didapuk sebagai Mendikbud oleh Presiden Jokowi pada jelang akhir Oktober 2019.
Nadiem: anak muda, usianya baru 35 tahun saat diminta jadi Mendikbud oleh Presiden Jokowi. Latar belakangnya bukan dari dunia pendidikan. Tidak seorang Guru Besar, bukanlah Mendikbud yang punya pengalaman lama sebagai pendidik alias Guru. Pun tidak dari pengamat pendidikan. Seperti lazimnya asal profesi Mendikbud yang pernah ada.
Keahlian Nadiem di bidang teknologi digital dan wirausahawan. Namun Presiden Jokowi mendaulatnya sebagai Mendikbud. Kini: sudah lebih dari setahun Nadiem menjadi Mendikbud. Khususnya tahun 2020 yang cukup menyeluruh dilalui Nadiem --maklum, tahun 2019 ketika baru dilantik, Nadiem hanya menjalani berapa bulan saja.
Profesi asalnya yang jauh dari dunia pendidikan, nyatanya bukan penghalang baginya untuk berinovasi serta menggebrak. Nadiem: adalah anak muda yang 'nekat' mengeksekusi ditiadakannya lagi Ujian Nasional (UN). Diganti dengan Asesmen Nasional (AN).
Yang tak lagi jadi beban mental maupun pikiran para murid tentang kelulusan sekolah serta masa depan pendidikannya. Saat banyak wacana mencuat mendesak UN dihapuskan saja, tetapi 'miskin' aksi, Nadiem muncul sebagai anak muda yang berani.
Nadiem pulalah yang berani melakukan perubahan revolusioner untuk menghilangkan beban Guru. Yang di luar tanggung jawab utamanya mencerdaskan anak bangsa dengan mengajar serta mendidiknya.
Nadiem menghentak. Merombak susunan RPP yang tadinya berpuluh lembar, berjilid-jilid, lalu cukup hanya 3 lembar saja. Yang berisi inti tujuan pembelajaran dan pengajaran saja. Fokus itu saja. Tak usah bertele-tele. Guru tidak lagi terbebani dengan aspek-aspek administratif yang bukanlah peran utamanya.Â
Jangan juga terlupa: Kampus Merdeka. Yang memberikan fleksibilitas bagi masyarakat kampus dalam pola akademiknya. Yang sesuai bakat dan kebutuhan kemajuan zaman. Satu hal, yang tidak bisa dipungkiri adalah krisis kesehatan, sosial dan ekonomi melanda Indonesia tahun 2020.Â
Sebetulnya tidak cuma Indonesia saja, namun mayoritas negara-negara di dunia. Sebab: pagebluk wabah virus Covid-19. Membuat aktivitas pendidikan seperti biasanya terpaksa dihentikan sementara. Diubah dengan keputusan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Untungnya Nadiem adalah karakter yang inovatif dan kreatif. Itu teruji dengan ciptaannya di bidang transportasi teknologi digital sebelum jadi Mendikbud. Dan sukses.
Nadiem beraksi di tahun 2020. Di tengah hantaman pagebluk. Nadiem bergerak cepat menyusun pola Belajar dari Rumah (BDR). Menggandeng TVRI untuk menyediakan layanan materi belajar agar bisa diakses secara umum oleh semua Guru dan murid di Tanah Air.
Tidak hanya itu saja. Nadiem pun mempersilahkan Guru untuk melakukan kebebasan inovasi dan kreasi dalam proses PJJ. Tidak harus kaku dengan layanan internet belajar jika sulit dijangkau. Boleh melakukan dengan cara apa saja asal tetap sesuai tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Nadiem jugalah yang memutuskan penyederhanaan kurikulum belajar selama kondisi pagebluk. Tidak apa-apa jika tak tuntas. Yang penting unsur-unsur utama tersampaikan dan murid tetap memahami pelajarannya.
Nadiem mendobrak di kala situasi sulit karena pagebluk. Mengurangi hambatan Guru dan murid dalam pembelajaran. Keberpikan Nadiem pada pendidikan nasional kian tampak dalam kinerjanya di tahun 2020. Di tengah krisis kesulitan akibat pagebluk.
Nadem melakukan inovasi melalui dinamisasi penggunaan dana BOS. Awalnya sebesar 50 persen diperuntukkan bagi gaji Guru khususnya status honorer. Nadiem lalu mengubahnya. Besaran dana BOS bebas dipakai berapa pun jumlahnya untuk membayar gaji Guru honorer. Atau dimanfaatkan untuk keperluan PJJ.
Nadiem juga memutuskan dana BOS langsung diberikan ke sekolah bersangkutan. Tidak lagi berbelit melalui dinas pendidikan. Supaya dapat langsung digunakan demi kepentingan pengajaran dan kehidupan Guru.
Yang tidak boleh diabaikan juga: subsidi pulsa internet untuk proses pembelajaran. Dibagikan cuma-cuma kepada Dosen, Guru maupun murid.
Setidaknya meringankan kebutuhan mereka pada situasi pagebluk ketika tuntutan PJJ terpaksa 'dikabulkan'.
Nadiem juga terbukti hadir di tengah kesulitan ekonomi para Guru akibat terjangan pagebluk. Nadiem memperjuangkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) bagi para 'Omar Bakri'. Dan berhasil diwujudkan.
Masih banyak hal yang dapat dijabarkan dari hasil kerja Nadiem --terutama tahun 2020 yang sulit ini. Nadiem bertindak nyata. Meski awal banyak meragukan kapasitasnya.
PR dan beban Nadiem membenahi sektor pendidikan memang masih bertumpuk.
Tapi Nadiem telah menunjukkan hasil membanggakan. Dan optimis Nadiem mampu menyelesaikan lagi lebih baik apa yang masih kurang dari pendidikan di Indonesia.
Nadiem hadir dengan inisiasi pkiran Merdeka Belajar. Dan itu ditunjukkannya.
Nadiem menutup jelang akhir tahun 2020 dengan catatan indah.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H