Tidak hanya itu saja. Nadiem pun mempersilahkan Guru untuk melakukan kebebasan inovasi dan kreasi dalam proses PJJ. Tidak harus kaku dengan layanan internet belajar jika sulit dijangkau. Boleh melakukan dengan cara apa saja asal tetap sesuai tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Nadiem jugalah yang memutuskan penyederhanaan kurikulum belajar selama kondisi pagebluk. Tidak apa-apa jika tak tuntas. Yang penting unsur-unsur utama tersampaikan dan murid tetap memahami pelajarannya.
Nadiem mendobrak di kala situasi sulit karena pagebluk. Mengurangi hambatan Guru dan murid dalam pembelajaran. Keberpikan Nadiem pada pendidikan nasional kian tampak dalam kinerjanya di tahun 2020. Di tengah krisis kesulitan akibat pagebluk.
Nadem melakukan inovasi melalui dinamisasi penggunaan dana BOS. Awalnya sebesar 50 persen diperuntukkan bagi gaji Guru khususnya status honorer. Nadiem lalu mengubahnya. Besaran dana BOS bebas dipakai berapa pun jumlahnya untuk membayar gaji Guru honorer. Atau dimanfaatkan untuk keperluan PJJ.
Nadiem juga memutuskan dana BOS langsung diberikan ke sekolah bersangkutan. Tidak lagi berbelit melalui dinas pendidikan. Supaya dapat langsung digunakan demi kepentingan pengajaran dan kehidupan Guru.
Yang tidak boleh diabaikan juga: subsidi pulsa internet untuk proses pembelajaran. Dibagikan cuma-cuma kepada Dosen, Guru maupun murid.
Setidaknya meringankan kebutuhan mereka pada situasi pagebluk ketika tuntutan PJJ terpaksa 'dikabulkan'.
Nadiem juga terbukti hadir di tengah kesulitan ekonomi para Guru akibat terjangan pagebluk. Nadiem memperjuangkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) bagi para 'Omar Bakri'. Dan berhasil diwujudkan.
Masih banyak hal yang dapat dijabarkan dari hasil kerja Nadiem --terutama tahun 2020 yang sulit ini. Nadiem bertindak nyata. Meski awal banyak meragukan kapasitasnya.
PR dan beban Nadiem membenahi sektor pendidikan memang masih bertumpuk.
Tapi Nadiem telah menunjukkan hasil membanggakan. Dan optimis Nadiem mampu menyelesaikan lagi lebih baik apa yang masih kurang dari pendidikan di Indonesia.