Malam ini aku pergi ke pasar malam
kususuri tiap lapaknya dan kuhirup semua kerlap kerlipnya
dengan langkah-langkah kecil
kanan kiri merayu ramah
tawaran khas para pedagang
Aku kesini dengan satu tujuan
bukan berkencan sambil naik komidi putar
seperti kisah percintaan klasik
aku tak tertarik
Segera aku menuju
ke satu lapak di pojok situ
sudah terkenal
besar dan paling mewah
dibanding lapak lapak sebelah
tidak banyak yang dijual
hanya beberapa barang yang bersinar dan berkilauan
Sebuah pot emas berukir naga
dua ekor saling berhadapan
menjulur lidah dan mengibas ekor
aku ingin membelinya
ingin memilikinya
Kutanya harga, ternyata mahal
tak sesuai isi kantong yang memang sudah bolong
Ajaib
penjualnya baik
Pot emas boleh dibawa pulang
dengan angsuran tiap bulan
Sebagai penjual yang ramah
Ia memberiku tambahan hadiah
sebiji bibit bunga beserta pupuknya
Kutaruh pot emas ditempat terbaik
dengan hawa dan cahaya yang pas
Tiap hari bunga dalam pot tumbuh subur
dari kecambah, berbatang, berdaun
hingga berbunga indah
Tiap tanggal 10Â
mekar satu bunga indah
Hingga saat cicilanku mampat
di bulan ke empat
penjual pot datang
hilang ramah dan kesantunannya
berganti marah dan garangnya
Ia mengambil pot emasku yang berkilauan
beserta bunganya yang indahÂ
bermekaran
Ajaib
Sang naga yang semula diam
tiba-tiba meliuk liuk lepas dari pot emas
terbang mengitari ruangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H