Dari sudut Balkon, jalanan nampak begitu lengang, lalu-lalang kendaraan yang melintas dapat terhitung oleh jari, sepertinya orang-orang enggan untuk keluar, dan lebih memilih menghabiskan waktu bersama keluarga dirumah. SedangkanAngga,--masih bergeming--lidahnya mendadak kelu. Baris-baris kalimat yang tersusun selama perjalanan tadi mendadak buyar, hilang entah kemana. Bella pun memaklumi.
"Bang Angga, tadi lagi ngapain di rumah?" Tanya Bella, membuka pembicaraan.
Tak berapa lama, terdengar gemercik hujan kembali berjatuhan dari langit. Detik demi detik; menit demi menit terlewati; suasana pun semakin mencair. Kedua insan tersebut mulai terhanyut dalam buaian canda dan tawa. Hingga sebuah pertanyaan yang dilontarkan Angga, membuat suasana mendadak hening. Paras cantik itu pun tertunduk layu, kedua bola mantanya berkaca-kaca. Sebuah pertanyaan yang telah mengusik kalbunya. Bulir-bulir air mata mulai mengalir dikedua pipinya yang memerah. Tak ingin semakin larut dalam kesedihan, Ia segera menyeka dengan kedua punggung tangannya. Lalu, menyeruput 'vanilla latte' miliknya.
"Bang Angga tau nggak? Bella nggak pernah sedikitpun bercita-cita menjadi wanita malam. Bella dibo'ongin, bang! Mereka bilang, Bella akan bekerja sebagai penjaga toko...eh, malah disuruh jaga kafe. Kayak yang Bang Angga liat waktu itu, Bella coba lari, tapi... Dulu Mamih pernah bilang, kalo Bella mau keluar dari situ, Bella harus ganti rugi dulu, sepuluh juta! Bella uang dari mana coba, Bang?" ujar Bella, berapi-api.
"Bella masih inget, waktu pertama kali....Bella, pengen sekali teriak! Orang itu udah tua Bang, udah banyak ubannya! Kata dia, kalo Bella mau dijadiin istri simpananya, Bella ngga mau lah. Bella masih inget banget mukanya. Benci rasanya kalo diinget-inget. Kalo ngga salah namanya Pak Jono, iya, Pak Jono!"
"Pak Jono ...?!"
"Iya, Pak Jono! ... Bella waktu itu di kasih duit banyak sih, bang. Dua juta! Tapi kan Bella waktu itu masih perawan. Dulu, Bella ngga mau begituan Bang, cuma jaga kasir aja, tapi waktu itu ibu minta dikirimin uang buat berobat Bapak, jadi terpaksa deh."
"Orang tua tua kamu tau, kalo kamu kerja ditempat itu?"potong Angga.
"Enggak!"
"Bella juga nggak mau bang selamanya kerja di tempat begituan. Amit-amit, ih! Nanti kalo tabungan Bella udah banyak, Bella mau pulang kampung." Lalu, Ia meraih ponselnya dan membaca pesan singkat yang baru saja diterima.
"Udah ah, Bang! Kita bahas yang lain aja, yuk?" cetus Bella.