Angga segera membenarkan posisi duduk dan berusaha melenturkan beberapa bagian tubuh. Pikirnya, wanita dipangkuan itu pasti merasakan kedua kakinya sedang bergetar.
Pengunjung kafe malam itu cukup ramai, sebagiannya sudah  tenggelam, tertelan hiruk-pikuk kehidupan malam. Alunan dangdut koplo yang membahana, Aroma minuman keras yang menusuk hidung dan kerlip lampu disco yang menari ditengah ruangan, melebur jadi satu. Menyeruak, kesegenap penjuru ruangan. Sedangkan Angga, masih belum percaya dirinya sedang berada ditempat asing itu.
"Abang kesini mau minum, karaoke-an, apa mau ...?" bibirnya berbisik mendekat ke telinga Angga, Â lalu matanya melirik ke sebuah lorong yang terhalang tirai merah. Ia yakin, pria berkulit terang itu pasti paham maksudnya.
"Disini aturannya harus beli bir dulu bang, minimal lima botol" perlahan turun dari pangkuan.
"Kalau mau ditemenin, seratus. Kalau mau begituan, .... Tergantung bang, paling murah tiga ratus, tapi sewa kamarnya lima puluh. Kalau buat abang, eneng kasih diskon deh..." mendekap lengan manja.
Berderet rayuan pamungkas meluncur deras dari bibir tebal terbalut lipstik berwarna maroon itu. Rayuan yang telah membuat ... entah, berapa banyak pria yang telah takluk dalam pelukannya.
Tak selang berapa lama, kedua insan yang bebeda jenis kelamin tersebut semakin larut dalam perbincangan hangat, dengan ditemani beberapa botol bir yang bertengger diatas meja.
Sangat berpengalaman.
Tepat tengah malam, bersamaan dengan bergantinya tahun. Dari kejauhan, ribuan kembang api sedang berdansa di atas langit kota Tangerang. Kemeriahannya terbawa hingga kedalam ruangan.
Angga mulai terhanyut, terbawa suasan. Di bawah naungan lampu temaram dan kemerlap lampu disco, sesekali jemarinya menyeluk nakal, menelusuri keelokan bagian tubuh kupu-kupu malam. Sepertinya, ia mulai kehilangan kesadaran. Â
Botol bir keempat. Ia tersentak dari kelakakarnya, sesosok gadis belia telah mencuri perhatian. Gadis itu baru saja menyembul dari balik tirai lorong, dengan di ikuti seorang pria sipit yang berpenampilan perlente. Semburat raut wajah pria itu begitu sumringah. Sepertinya, syahwat telah terlampiaskan.