Mohon tunggu...
Ibnu Syahidz
Ibnu Syahidz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sebagai seorang yang suka menulis, sebagai seorang atlet dari salah satu bidang Atletik, sebagai seorang yang terus tumbuh dalam kelamnya rapuh.

Sebenarnya hobi saya adalah menulis apapun yang menjadi proses tentang hidup. Sedikit tulisan saya bisa dilihat di akun yang bernama @sajaktanpamateri

Selanjutnya

Tutup

Atletik

Kesenjangan Nasib Atlet di Antar Daerah

13 Desember 2023   11:25 Diperbarui: 13 Desember 2023   11:34 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membahas tentang Hak Asasi Manusia (HAM) di era dimana kemerdekaan sudah

dikumandangkan sejak 17 Agustus 1945 khususnya di Negara kita, maka seharusnya disaat itu juga setiap manusia

punya hak yang sama perihal merasakan kemerdekaan atas dirinya, tanpa ada yang dikurangi atau

bahkan dihilangkan atas apa yang menjadi hak pada setiap diri seseorang. Jika dilihat dari

kenyataan di lapang sungguh sangat disayangkan jika masih banyak sekali pelanggaran HAM

(Hak Asasi Manusia) yang masih berkeliaran sehingga berdampak menjadikan kesenjangan atas

bagian-bagian dari ketidak adilan.

Beberapa bulan yang lalu, tepatnya pada tanggal 9 - 16 September telah digelar ajang

kejuaraan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim VII 2023 yang dilaksanakan dalam 4 (empat)

daerah, diantaranya (Sidoarjo, Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang).

Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Jawa Timur, Adhy Karyono menegaskan bahwasannya

“Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Jawa Timur sudah membahas terkait Porprov

dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Dinas Pemuda dan Olahraga

(Dispora),” ujarnya didampingi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Jatim Mohammad Yasin usai rapat koordinasi dengan KONI Jatim dan Dispora Jatim, Jumat

(14/7/2023).

Adhy mengatakan dalam rakor tersebut dibahas terkait anggaran, mulai dari anggaran

eksisting (Rp55 miliar) maupun yang untuk kebutuhan Porprov. Terkait kebutuhan pembiayaan

Porprov, lanjut Adhy, yakni menggunakan rancangan anggaran yang sebelumnya tidak ada

menjadi direvisi. “Jadi ada adendum Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) menjadi ada

Porprov dan diberikan anggaran tambahan,” jelasnya pada majalah berita (Jatim Newsroom.)

Sebelumnya tidak ada permasalah terkait pelaksanaan yang diselenggarakan oleh jajaran

pengurus Komite Olahraga Nasional (KONI). Namun dalam penerapan pada masing-masing

daerah Kabupaten yang masih sering amburadul dalam artian tidak menerapkan secara

benar atau betul. Salah satu contoh dari cara kinerja Kabupaten Banyuwangi yang

memperlakukan atlet-atletnya yang dirasa jauh dari kata pantas. Bisa dilihat dari berita yang ada

pada (Radar Banyuwangi) menyatakan pelayanan terhadap atlet Banyuwangi pada

pelaksanaan multievent Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur kembali menjadi sorotan

(17/10/2023).

“Tim sepak bola putra Banyuwangi dikabarkan harus menginap di rumah kontrakan dengan

fasilitas yang sangat memprihatinkan. Tidurnya di lantai hanya beralaskan tikar, tanpa bantal dan

kasur. Kondisi ini ikut mempengaruhi kesiapan atlet dalam bertanding.” jelasnya pada majalah

berita (Radar Banyuwangi) 17/10/2023.

Bukan hanya pada cabor sepak bola, pada cabor yang lainnya juga merasakan kejadian

yang sama seperti yang dialami oleh cabor pencak silat, dimana tempat tidur juga sama hanya

sekedar menggunakan alas tikar, tanpa bantal serta kasur. Belum lagi di saat pelaksanaan

pemusatan latihan atau biasa disebut training center (TC) yang diadakan pada Kabupaten

Banyuwangi, tepatnya di kawasan Masjid Muhammad Cheng Ho Banyuwangi. Dimana para

atlet yang mengikuti pemusatan latihan (TC) disuruh membayar atau harus mengeluarkan biaya

sebesar empat ratus lima puluh ribu rupiah (450k) per-orang. Apakah pantas bagi seorang atlet

yang berjuang mewakili atas nama sebuah Kabupaten namun mendapatkan perlakuan demikian?

Bisa dikatakan itu sungguh sangat memperhatikan. Dimana seorang atlet yang seharusnya

mendapatkan uang saku atau uang pembinaan seperti yang dilakukan oleh beberapa Kabupaten

lainnya seperti Kabupaten Kediri yang memberikan uang saku sebesar lima ratus ribu rupiah

(500k) per-bulan di saat menjelang persiapan kejuaran, begitu juga dari Kabupaten lainnya seperti Surabaya, Jember, Sidoarjo dan beberapa diantaranya yang masih mendapatkan uang pembinaan,

bukan malah disuruh membayar untuk sekedar bisa mengikuti sebuah pemusatan latihan.

Masih banyak kejanggalan yang kerap terjadi mulai dari segi konsumsi, sampai fasilitas 

yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya sudah menjadi hak bagi seorang atlet yang

mewakili sebuah Kabupaten. Beberapa kabupaten sudah menjalankan tugasnya dengan

memberikan fasilitas yang semestinya untuk atlet-atletnya yang rela berjuang mengharumkan

nama Kabupaten dalam sebuah ajang kejuaraan, namun di sisi lain tak sedikit Kabupaten yang 

masih kerap acuh terhadap masalah ini, sehingga berdampak bagi seorang atlet yang secara 

langsung merasakan bagaimana rasanya kepedihan dari sebuah kesenjangan. Masalah ini hampir 

tidak menemukan sebuah solusi manakala setiap diadakannya sebuah ajang kejuaraan pasti 

terulang kembali, pada kejadian yang seakan tidak kunjung menemui titik terang seakan 

kesalahan yang terus dilestarikan.

Jika membicarakan HAM, bukankah kejadian ini masuk ke ranah dari pelanggaran HAM? 

dimana hak asasi manusia yang seharusnya di dapatkan secara setara, dimana hak yang seharusnya 

merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia yang bersifat 

universal dan 

oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, 

atau dirampas oleh siapapun. Seharusnya masalah semacam ini juga harus ditangani secara serius 

karena jika dibiarkan saja maka pasti akan berdampak di masa yang akan datang, bisa saja bibit-bibit unggul yang berpotensi bisa mengharumkan nama Negara akan layu sebelum Ia berhasil 

tumbuh dan berkembang, sehingga bisa menjadikan kelangkaan orang-orang yang khususnya 

memiliki potensi untuk mengharumkan nama Negara dalam rangka kejuaraan di kancah dunia.

“Menjadi seorang Atlet adalah hal yang susah, dimana butuh konsistensi akan latihan yang

dilakukan berulangkali. Semua orang mungkin bisa untuk memulai keinginan untuk menjadi

seorang atlet, namun hanya segelintir orang yang bisa bertahan akan konsistensi dari kejenuhan

yang datang.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun