Yang paling sedap ketika menonton sepak bola Indonesia adalah mendengar celetukan-celetukan nyaring khas warung kopi, "Opo wae impor, ra beras ra pemaen bolane! Sok-sok ketume wae sing impor!" Atau, ini yang paling seru, "Mosok dari 200 juta penduduk cari pemaen sing iso maen bal-balan kok angel!"
Celetukan terakhir, khas dan sering saya dengar kala fan sepak bola di warung kopi--mungkin juga di stadion--sedang bermuram durja, lantaran tim kesayangannya tak kunjung memberikan kemenangan, apalagi prestasi. Padahal, penduduknya sudah sampai ratusan juta.
Miris betul pasti hati para fan sepak bola Indonesia ketika membandingkan negaranya ini dengan Islandia yang sepak bola hanyalah profesi sampingan namun mampu berlenggak-lenggok dengan anggun di pentas Piala Dunia.
Semakin perih ketika tahu bahwa jumlah penduduk di Islandia ini tak lebih banyak dari jumlah warga Pamulang, Tangerang Selatan. Atau Jepang, yang begitu memukau dan disanjung di Piala Dunia 2022 dengan penduduknya yang hanya separuh dari Indonesia.
Jumlah penduduk pada suatu negara sebenarnya tak memiliki korelasi dengan prestasi sepak bola. Karena dari 200 juta jiwa tidak semua menyukai, memainkan, apalagi menggeluti sepak bola.
Mari kita lihat megasurvei "Big Count" yang dilakukan FIFA pada tahun 2006 silam. Disebut megasurvei karena FIFA melibatkan seluruh anggotanya yang tergabung di dalamnya. Untuk diketahui FIFA adalah organisasi terbesar di dunia (211 anggota), anggotanya bahkan melebihi PBB (193).
Dalam megasurvei tersebut tercatatat 270 juta orang terlibat di sepak bola (5 juta di antaranya adalah wasit dan ofisial). Atau setara dengan 1 dari 25 orang di dunia terlibat dalam sepak bola. Jumlah ini lebih banyak dari survei sebelumnya pada tahun 2000, 245 juta.
Jumlah pemain sepak bola di dunia didominasi oleh pria (90 persen) yang meningkat 21 persen atau menjadi 34,2 juta. Dan jumlah pemain wanita (10 persen) juga meningkat 54 persen atau menjadi 4,1 juta.
Sebaran orang yang terlibat sepak bola di seluruh dunia ini cukup mengesankan. Asia (AFC) 85 juta orang atau sebanyak 33 persen, Eropa UEFA) 64 juta orang (23 persen), Afrika (CAF) 46 juta (17 persen), Amerika Utara, Tengah, dan Karibia (CONCACAF) 43 juta orang (16 persen), dan Oceania (OFC) tidak sampai satu juta orang atau hanya ada 573 ribu orang (nol koma sekian persen).
Jumlah tersebut masih kasar. Sebab, ini adalah angka untuk semua orang yang terlibat, bersentuhan, atau hanya cari keringat dalam sepak bola.
Untuk lebih akurat, mari kita tengok yang dikategorikan sebagai registered player, atau pemain yang terdaftar, oleh FIFA berdasarkan zona.
Zona UEFA paling mendominasi, dengan 21 juta (dari total seluruh orang yang aktif bermain bola), CONCACAF 6,1 juta, AFC 4 juta, CONMEBOL 3,7 juta, CAF 3,1 juta, dan OFC 241 ribu.
Nah, dari sini coba Anda fokuskan pada jumlah sebaran di zona Asia?
Mungkin Anda akan bertanya-tanya, kalau sebaran pemain yang terdaftar di Asia hanya 4 juta, berapa jumlah pemain yang ada di Indonesia?
Secara total, ada 7,094 juta orang yang terlibat sepak bola di Indonesia. Angka ini membuat Indonesia menempati peringkat 7 dunia sebagai negara dengan orang yang terlibat sepak bola, bahkan lebih banyak dari Spanyol, Inggris, Italia, Prancis.
Tapi, jangan heran, apalagi bangga dahulu. Sebab, dari 7,094 juta orang yang terlibat sepak bola di Indonesia, hanya 66.960 yang terdaftar secara resmi.
Bila dibedah lagi, dari jumlah tersebut, ada 2.560 pemain amatir dan berusia 18 tahun ke atas, 62.600 pemain 18 tahun ke bawah, dan hanya ada 800 pemain profesional (atau bertambah menjadi 850 pemain profesional berdasarkan Professional Football Report 2019).
Jumah itu membuat posisi Indonesia melorot menjadi di peringkat 56 dunia berdasarkan jumlah pemain sepak bola yang terdaftar secara resmi. Total 850 juga mungkin tak lebih banyak dari jumlah warga di desa Anda, bukan?
Setelah melihat data-data ini, celetukan cari pemain dari 200 juta penduduk kok susah akan menjadi absurd.
Yang pas itu, "Dari 200 juta penduduk cari Ketum PSSI yang bener aja kok susah?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H