Di tengah pandemi yang menyelimuti berbagai negara dari belahan benua seperti Asia, Eropa hingga Amerika, mungkin Belarusia adalah satu pengecualian, setidaknya hingga pertengahan April 2020.
Dalam kacamata rumput hijau, Liga Primer BelarusBank nyaris menjadi primadona baru. Tak berlebihan, sebab ini adalah satu-satunya liga yang masih menyelenggarakan kompetisi di tengah pandemi hebat, terutama di Eropa.
Di saat semua semua liga terpaksa tertunda, Belarusia masih terus menggelar pertandingan meski banyak orang-orang bertanya sekaligus bersyukur dan gembira lantaran masih ada pertandingan sepak bola di tengah pandemi.
Kalau Anda bertanya mengapa negara ini masih bisa beraktivitas seperti biasanya sementara negara sesama Eropa lainnya nyaris babak belur berjibaku dengan corona, jawabannya bisa dua.
Pertama, pada pertengahan Maret, di mana negara-negara yang penduduknya terjangkit Corona hampir mengalami puncaknya, di Belarusia angka itu tak lebih dari 100 kasus. Bandingkan dengan Italia yang sudah mencapai ribuan jumlahnya pada saat bersamaan.
Kedua, angka tersebut memang terbilang kecil untuk ditakuti. Namun, alih-alih ada tindakan preventif dari pemerintah pusat, Presiden Belarus Alexander Lukashenko justru menyikapinya dengan naif --- kalau terlalu berlebihan bila disebut takabur.
"Lebih baik mati berdiri daripada hidup berlutut," sabda Lukashenko waktu itu.
Rasanya itu adalah sabda terhebat yang pernah dikeluarkan seorang presiden di tengah kondisi seperti ini.
Lalu, apalah arti lembaga badan kesehatan dunia WHO yang meminta negara berpenduduk sekira 10 juta jiwa ini untuk menghentikan aktivitas dan menerapkan physical distancing? Nothing!
Alih-alih mendengarkan WHO, mereka justru semakin tancap gas untuk melebarkan sayap industri sepak bolanya.
Belarusia merupakan salah satu negara Eropa Timur. Bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa Belarusia itu sendiri dan bahasa Rusia.
Demi mencapai tujuan itu tadi, mereka banyak melakukan re-branding secara singkat namun kolektif. Banyak klub-klub Belarusia mulai menggunakan bahasa Inggris demi meraup pundi-pundi keuntungan.
Salah satu klub liga, Slutsk, misalnya telah mendapat pendapatan baru dari menjual keanggotaan sebanyak empat ribu Dollar Australia atau setara 40 juta rupiah.
Pengelola Dinamo Brest akan memasang manekin sesuai nomor kursi tiket yang terjual secara daring, lalu menempelkan label nama pemilik tiket, dan memasang foto cetak di manekin tersebut.
Pelayanan ini cukup banyak mendapat apresiasi oleh penggemar Dinamo Brest dan penonton lain. Pihak Dinamo Brest memang turut serta mengkampanyekan #StayHome sebagai bagian dari kepedulian mereka. Tetapi apa arti kampanye itu bila liga masih tetap berlangsung?
Tak sampai di situ. Apa yang dikatakan sang presiden sepertinya menjadi 'bantalan' empuk untuk terus menggelar pertandingan sepak bola di Belarusia.
Puncaknya, otoritas liga berencana mengadakan kompetisi sepak bola putri Belarusia pada 30 April nanti.
Melihat apa yang sudah Corona perbuat dalam waktu kurang lebih empat bulan, baik di Asia, Eropa, maupun Amerika, tak berlebihan untuk menilai bahwa Belarusia bakal turut porak-porandah hanya soal waktu.
Sekira satu bulan sejak Maret, angka positif Corona di Belarusia menembus 9.500 orang dengan 60 angka kematian, per 26 April 2020.
Dalam sekejap angka penonton pun merosot tajam. Itu juga diakui seorang penggemar Slutsk, Yahor Khavanski. Ia mengatakan sejak pandemi bertamu di negaranya, rata-rata penonton klub kesayangannya itu hanya berjumlah 300 orang dari kapasitas 2 ribu kursi.
Gelombang protes pun mulai terlontar dari para penonton hingga pemain. Protes itu mulai diarahkan ke induk sepak bola Belarusia dan, tentu saja, sang presiden, Alexander Lukashenko.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H